Part 6

3.3K 70 2
                                    

Karim POV

"Pagi Mah." Sapa ku pada Mama yang sedang menata sarapan di meja makan.

"Pagi, sayang."

Ku tarik kursi yang biasa ku pakai untuk duduk.

"Papa mana, Ma?" tanya ku menyadari kursi papa yang masih kosong.

"Papa kamu mau jogging dulu sebentar. Tuh di halaman depan." Jelas Mama.

"Tumben Papa jogging?"

"Biar sehat katanya."

"Biasanya juga Karim ajak jogging hari minggu keliling kompleks ga mau."

"Itu karena rute jogging kamu terlalu jauh. Papa kan udah ga sekuat dulu."
Jelas Mama yang ku jawab dengan anggukan saja.

Ku lahap sarapan nasi goreng yang sudah mama sediakan di piring ku.

"Karim, kamu sayang kan sama Msma?" tanya Mama tiba-tiba yang bisa ku jawab hanya dengan deheman "Kalau gitu kamu mau kan kabulin permintaan Mama?" Ku lihat mata Mama berbinar seperti kucing meminta ikan kepada pemiliknya.

"Mama mau apa? Mobil baru? perhiasan? Tas Branded? Atau sepatu?" tanya ku.

"Semua itu udah punya. Mama mau kamu kasih Mama menantu secepatnya."

Oh God! Why this is again?!

"Mah, Karim udah bilang kan, Karim belum mau nikah. Lagian Karim belum punya calon." Astaga, Mama menghilangkan nafsu makan ku pagi ini dan mood ku mendadak jadi buruk. You ruined my mood, mom. Batin ku berkata.

"Mama udah nemu kok calon istri yang pas buat kamu. Lagian kamu juga udah kenal orangnya." Jelas Mama dengan mata berbinar.

"Siapa?" tanya ku kemudian memasukan satu suapan ke dalam mulut.

"Nah, ini dia orangnya datang. Panjang umur kamu Princess." sambut Mama pada Zara.

Uhuk..  Uhuk..

Aku jadi tersedak setelah menangkap maksud terselubung Mama.

"Pelan-pelan makannya. Ini minum dulu." sambil tersenyum lebar Mama menyodorkan segelas air putih pada ku.

"Pagi semua. Mama sama Kak Karim lagi ngomongin apa sih?" tanya Zara.

"Kita lagi bahas calon istrinya Karim."

"Oh, jadi Kak Karim udah punya calon istri."

"Kamu ga pengen tau siapa calon istrinya?"

"Memangnya dia siapa? Artis? Atau model?"

"Mah, Please stop this." pinta ku.

"Bukan dua-duanya. Calon istri Karim adalah kamu, Princess nya Mama."

"Apa?!"

"Meski dia satu-satunya gadis yang tersisa di dunia ini, Karim ga akan pernah mau sama dia, Mah. Never. Mama tau sendiri alasannya karena dia itu---"

"Karim!! Pokoknya kamu harus mau."

Ku hela nafas panjang untuk menurunkan emosi ku.
"Maaf Mah. Karim ada meeting pagi ini dan Karim malas berdebat sama Mama. Assalamualaikum." Aku pergi mengakhiri percakapan pagi dengan Mama.

"Wa'alaikumussalam. Karim pokoknya Mama mau Zara jadi menantu Mama."

Ku lirik Zara yang duduk terdiam di kursi. Ini pasti ulahnya merayu Mama agar menikahkan kami berdua sama seperti permintaannya waktu kecil dulu. Dasar gadis penyihir.

***

"Kak Karim tunggu. Zara sudah buat cincin dan mahkota bunganya. Kakak bilang kalau menikah harus ada cincin kan? Ini Zara bawakan cincin, Kak." Teriak Zara sambil terus berlari mengejar ku. Tangan kanannya menggenggam mahkota bunga dan cincin dari tangkai bunga yang ia rangkai sendiri.

The Devil BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang