Part 7

2.9K 69 0
                                    

Karim POV

Di ruang UGD rumah sakit...

"Permisi dok. Dua orang Pasien di sebelah yang datang bersama gadis ini sekarang kondisinya semakin kritis." ucap seorang suster yang tiba-tiba datang memasuki ruangan.

"Oh, ya? Kalau begitu mari kita cek sekarang." Jawab dokter kemudian berjalan keluar ruangan.

Karena penasaran aku pun mengikuti kemana dokter itu pergi. Aku mengintip dari balik jendela.

"Denyut nadi nya sudah tidak ada, Dok."

Dokter tersebut menggunakan stetoskop nya memerika denyut jantung pasien lelaki dewasa yang seumuran papa ku.

"Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun. Pasien ini sudah meninggal dunia. Tolong urus jenazahnya, Sus"

"Baik, Dokter."

Kemudian dokter itu berganti memeriksa pasien di sebelahnya. Seorang anak perempuan yang masih kecil terbaring lemah di sana. Sepertinya usianya tak jauh beda dengan adik ku.

"Bagaimana tekanan darahnya?"

"Tekanan darah nya tadi sempat menurun, Dok. Tapi sekarang sudah normal." jawab suster yang sedang membersihkan luka-luka di wajah dan lengan anak itu.

"Tulang tangan kanannya patah, tapi tidak parah. Tolong ambilkan perlengkapan gips. Tangannya perlu di gips." pinta sang Dokter.

"Baik, Dok." ucap suster itu kemudian keluar dari ruangan.

Tak mau ketahuan mengintip, aku pun membalikan badan dan berjalan menjauhi ruangan itu.

Aku hendak menuju ruang jenazah di mana Nabila akan di urus. Di luar gedung UGD aku berpapasan dengan dua orang polisi yang berbincang dengan seorang warga.

"Jadi kronologinya mobil yang dikemudikan itu berjalan dengan kecepatan tinggi hingga menabrak 2 orang pejalan kaki, benar begitu?"

"Benar, Pak Polisi. Salah satu korban pejalan kaki itu meninggal dunia."

"Lalu bagaimana kondisi pengendara mobil?"

"Sepertinya mereka tidak selamat, Pak. Ada tiga orang di dalam mobil itu. Sepertinya satu keluarga. Suami istri dan seorang anak perempuan. Untuk lebih jelasnya sebaiknya tanyakan pada dokter saja."

Kemudian suster yang tadi pergi untuk mengambil perlengkapan gips hendak kembali ke ruangan UGD itu berpapasan dengan mereka.

"Suster, bagaimana kondisi pasien yang kecelakaan tadi?"

"Ibu itu sudah meninggal mungkin saat dalam perjalanan kemari. Lalu Bapak itu juga baru saja meninggal. Anak perempuannya selamat. Tapi kondisinya masih lemah."

"Baiklah, kalau begitu terima kasih, Sus." ucap Pak Polisi itu.

Jadi, pria yang ku lihat di ruangan UGD tadi adalah si Penabrak Sialan itu. Dia sudah tewas. Padahal ingin sekali aku menghajar pengemudi mobil itu karena ulahnya lah Nabila meninggal. Dan anak perempuan tadi itu adalah anaknya.

***

Setahun sudah berlalu semenjak kepergian Nabila. Aku amat terpukul dengan kepergiannya. Kepergian Nabila amat menyakitkan dan membawa serta semangat hidup ku. Jangankan untuk melakukan hobi kami dulu seperti bermain piano, bernyanyi, melukis, bahkan untuk makan pun aku teramat malas.

Nabila adalah seorang adik yang sudah lama ku nantikan kehadirannya. Sudah sejak lama aku menginginkan seorang adik. Karena teman-teman ku sekelas ku sering membicarakan adiknya. Adiknya begini dan adiknya begitu. Maka saat Nabila lahir, aku amat bersemangat. Ia lalu menjadi hidup dan kebahagiaan ku. Aku teramat menyayanginya. Amat sangat menyayanginya.

The Devil BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang