Part 5

3.8K 83 2
                                    

Hai Readers.
Gw ga tau apakah kalian akan suka dengan cerita ini. But well, tetep gw update. Tolong tandai kalo ada typo dan please kasih vote dan comment nya yang banyak.
Terima kasih.

Salam,
Quziya 😉

Updated 9 Januari 2020
______________________________________

Zara POV

Pagi yang cerah hari ini ku mulai dengan wajah suram. Entah sudah hari ke berapa aku tidak melihat Kak Karim. Dia berangkat pagi-pagi sekali dan pulang larut. Aku jadi merindukannya.

"Hai, Zara." Sapa Safira teman sebangku ku di kelas. Tapi aku memanggilnya dengan Amoy. Karena keluarga nya memanggilnya dengan Amoy. Dia berkulit putih, berambut hitam panjang dengan poni sepanjang alis nya, dan mata sipit khas orang Cina. Ya, ayahnya seorang mualaf keterunan Cina.

"Hai Amoy." Jawab ku.

"Ada apa dengan muka mu? Pagi ini muka mu itu seperti pakaian kusut yang belom di setrika." tanya Amoy menyelidik.

"Apa terlihat begitu?" tanya ku memastikan dan di jawab anggukan oleh Amoy.

"Aku baik-baik saja. Hanya... "

"Apa? Kamu mikirin Kakak mu itu lagi?"

"Tidak." Sebenarnya iya.
"Aku cuma nervous dengan UN yang bentar lagi."

"Oh, jadi karena UN. Aku kira kamu memikirkan kakak mu itu. Tenang saja kita akan belajar dari kisi-kisi yang diberikan guru. Jangan cemas." jawabnya santai sambil membuka kotak bekal paginya. Aku hanya meliriknya sekilas.

"Kamu mau? Aku belom sarapan, jadi bawa bekal deh." tawarnya pada ku sembari menyodorkan kotak bekal berisi nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi dan sosis. Terlihat lezat.

"Kelihatannya enak. Tapi aku masih kenyang karena sudah sarapan di rumah." Jawab ku.

"Syukurlah,  kalau begitu jatah sarapan ku tidak berkurang pagi ini." Ucapnya sembari memulai suapan pertamanya.

"Astaga. Kau ini sebenarnya niat berbagi atau tidak?"

"Tentu saja. Yang tadi itu hanya basa basi. Mmm kamu tau kan porsi makan ku sangat banyak. Aku bisa kelaparan di tengah jam pelajaran kalau kamu meminta bekal sarapan ku."

Huft. Aku hanya bisa menggelengkan kepala ku. Amoy memang bertubuh gemuk. Wajar saja karena porsi makannya yang banyak membuat lemak bertumpuk di tubuhnya.

"Amoy.."

"Hmm.." Amoy hanya menjawab dengan deheman karena masih sibuk mengunyah sarapannya.

"Sepertinya Randi tidak masuk sekolah lagi hari ini. Kamu tau dia sakit apa?" tanya ku setelah menyadari bangku Randi yang masih kosong padahal beberapa menit lagi bel sekolah akan berbunyi.

"Mana ku tau." jawab nya sambil mengendikkan bahu.

"Bagaimana kalau kita jenguk dia sepulang bimbel?" Karena aku sangat penasaran sakit apa Randi sampai 3 hari tidak masuk sekolah.

"Ok! Tapi nanti sopir mu harus mengantar ku pulang sampai ke rumah ku, ya?"

"Baiklah."

***

Akhirnya setelah bimbel usai, aku dan Amoy bisa bernafas lega. Kami keluar dari ruang kelas menuju area parkir. Di sana Pak Udin pasti sudah menunggu ku.

"Akhirnya pelajaran yang melelahkan berakhir juga." ucap ku sambil menghembuskan nafas.

"Aku mual tiap hari makan trigonometri, logaritma. Kalau tau akan memusingkan seperti ini, dulu aku ambil kelas bahasa saja." keluh Amoy.

The Devil BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang