Zara POV
Zara Putri Amelia itulah nama lengkap ku. Mama dan papa angkat ku memanggil ku Zara. Ya, mereka resmi menjadi orang tua angkat ku
saat usia ku 6 tahun. Maryam Mubarak dan Kabir Mubarak adalah orang tua angkat ku. Mereka mengadopsi ku dari panti asuhan setahun setelah aku tinggal di panti itu. Aku tinggal di panti asuhan setelah kecelakaan yang menewaskan kedua orang tua kandung ku. Aku amat beruntung karena mama dan papa angkat ku amat menyayangi ku. Kebahagiaan ku seharusnga lengkap jika saja kakak angkat ku tidak membenci ku. Kak Karim, entah mengapa dia membenci ku. Mungkin karena aku anak adopsi.Pukul 5 pagi alarm ku sudah berbunyi. Dengan malas aku akhirnya bangun dan mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat subuh. Rutinitas harian ku seperti biasa setelahnya merapikan tempat tidur ku. Di rumah ini memang ada 3 orang pembantu, tapi aku lebih suka merapikan kamar ku sendiri. Setelah mandi dan memakai seragam putih abu-abu, aku kenakan sepatu sneaker hitam kesayangan ku. Tak lama terdengar suara ketukan di pintu.
Tok tok tok...
"Zara, ayo cepat turun! Kita sarapan bersama." seru mama dari luar pintu kamar ku.
"Iya ma! Sebentar Zara sedang memakai sepatu. " sahut ku.
Aku merapikan penampilan ku sebentar di cermin. Tak lupa ku poleskan sunscreen dan lip tint favorit ku agar bibir ku tidak kering. Rambut panjangku sudah terkuncir rapi dan tak lupa sedikit semprotan parfum. Ok perfect!
Setelah mengecek isi tas ku dan memastikan tidak ada yang tertinggal aku pun menjinjingnya dipunggung ku dan segera melangkah menuruni anak tangga menuju ke ruang makan.
Di sana mama dan papa sudab duduk. Papa duduk di kursi paling ujung sedang melakukan rutinitas paginya membaca koran sambil menunggu semua anggota keluarga turun.
"Pagi Pah, Mah!" sapa ku pada mereka.
"Pagi Princess." Jawab mereka. Princess adalah panggilan sayang mereka pada ku.
"Ayo sarapan dulu." ajak mama mulai menuangkan nasi goreng ke piring papa dan piring ku.
Aku melirik jam di pergelangan tangan kiri ku. 06:45 astaga bisa-bisa aku terlambat lagi sampai di sekolah.
Kami memulai sarapan. Aku makan dengan terburu-buru tak ingin terlambat lagi datang ke sekolah mengingat kemarin aku dihukum dengan membersihkan halaman sekolah karena terlambat.
Aku sangat bersyukur memiliki keluarga adopsi yang menyayangi ku. Mereka pun memperhatikan semua kebutuhan ku. Kasih sayang yang mereka berikan pada ku amatlah besar, hingga seringkali aku lupa kalau aku hanya anak adopsi.
Oh ya mereka mengadopsi ku tak lama setelah putri kecil mereka tiada. Ya adik Kak Karim. Begitu cerita yang ku dengar. Aku seperti menggantikan posisi putri mereka yang telah tiada.
"Pagi Mah, Pah!" Sapa Kak Karim datang berpakaian kerja rapi dengan kemeja, dasi lengkap dengan jas.
Pagi ini Kakak ku terlihat tampan sekali. Parfum maskulin nya menguar. Ya Allah kakak ku ini menggoda iman sekali. Jika saja dia bukan kakak angkat ku.
Kak Karim memang amat tampan. Dia mewarisi ketampanan papa angkat ku. Mata nya berwarna hazel seperti mata mama. Hidungnya mancung, berkumis tipis, dan berjambang pendek. Tak heran banyak wanita yang memuja pada ketampanannya. Tak terkecuali diri ku. Ya, aku menaruh hati pada nya entah sejak kapan.
"Kau ingin sarapan roti atau nasi goreng?" tanya mama bersiap mengisi piring dengan menu makanan.
"Tidak usah, Mah. Aku buru-buru. Pagi ini ada meeting di kantor." Ucap Kak Karim setelah meneguk segelas susu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Brother
General FictionZara seorang putri yatim piatu yang di adopsi oleh keluarga kaya, Kabir Mubarak. Orang tua angkat Zara sangatlah menyayanginya. Kalian pasti membayangkan kehidupannya yang bahagia karena hidup berlimpah kekayaan setelah ia diadopsi keluarga Kabir Mu...