Bagian 2

37 3 0
                                    

Luna memasuki gerbang sekolah tepat jam 06.30, ahirnya tidak terlambat lagi. Luna menuju kelasnya, saat sampai diambang pintu sudah banyak murid yang sudah datang alias hampir sekelas sudah ada didalam kelas apa lagi masa MOS pasti harus datang pagi-pagi. Kemarin seluruh murid sudah diberutahu dimana kelas mereka. Sial hanya ada bangku kosong dibelakang dan sudah ada seorang pria yang tertidur disana.

Hanya itu saja bangku yang tersisa, tidak ada pilihan yang lain. Luna berjalan ke arah sana dan segera duduk, saat sudah duduk Luna merasa aneh, sepertinya punggung pria ini pernah ia lihat.

Tiba-tiba pria itu menggeluat, membuat Luna kaget dan memalingkan wajahnya. "Eumm.."

Luna memainkan hpnya tanpa melirik ke arah kanan. "Luna....eumm"

Luna menghadap ke suara itu. "Demi apa! Elu?!"

Pria itu tersenyum lebar. "Ehehe. Sengaja ya duduk bareng gue?" Sambil menaik turunkan alisnya.

"Sial gue duduk sama dedemit kaya lu , lagian juga gue terpaksa duduk disini tauk!" Luna kesal, baru juga pagi hari udah kesel aja.

"Eh lu kok dateng pagi? Biasanya juga siang menjelang malam baru lu dateng?" Tanya Luna.

"Ciee tau aja..." sambil menoel dagu Luna.

"Bacot lu friedchiken!" Ya itu adalah Fredly.

"Iya kenapa putri La Lula?"

"Ngeselin ah!"

"Sini ke pelukan babang."

"Amit-amit. Ya tuhan jauhkan hamba dari makhluk semaca ini..." doa Luna.

"Lu deg deg an ya duduk ama gue? Aduh gak usah gitu juga, biasa aja sama gue gak usah saltung gitu."

Luna Pov.

Ini orang waktu emaknya ngidam keselek batu salak kali ya. Udah tau muka gue kesel begini dibilang salting. "Terserah lu dah males gue."

"Oke kita pacaran."

"Sa ae lu biji mangga!"

"Katanya Terserah gue."

"Males ngomong sama orang susah!"

"Gue rich Lun. Gak percaya? Mau gue beliin iphon bable?"

"Mau..."

"Besok ya"

Gue mukul kepala Fredly. "Duit ortu jagan di pake hura-hura!"

Fredly ngusap kepalanya. "Iya iya kanjeng mami!"

"Awas lu ya sampe beliin mobil buat ciwi-ciwi gatel cem gitu ya! "

"Gak lah emang gue bodo?"

"Hello masnya! Lu waktu sd aja beliin ntu ciwi-ciwi hp mahal! Apa lagi smp? Yang ada mobil juga lu belin!"

"Acie tau banget sama gue ya. Yaudah gue beliin apapun buat lu aja, ya gak?"

"Mati sana lu!"

"Jangan dong entar yang jadi rekan nungguin pulang siapa?"

Iya jugas sih tapi nyeseblin. "Iya jangan mati lama, mati suri aja."

"Sa ae tuan putri"

Veera Pov. End.

Sejak kejadian tadi pagi Luna merasa gemas ingin mencabik-cabik mulut Fredly, apa daya Fans Fredly ada banyak kalau Luna cabik yang ada Luna dikubur idup-idup kan gak lucu. Iya Fredly memang segitu tampannya sampai-sampai dikejar banyak cewe hanya Fredly tidak pernah serius dengan semua perempuan yang mentukainya karena mapan dan tampan.

Beda dengan Luna, memang pecinta cogan hanya saja tidak suka jika cogannya modelan Fredly, idih amut-amit mah kata Luna. Karena mereka beruda sekelas lagi dan duduk dibangku yang sama lagi Fredly selalu mengikuti Luna kemana pun kapan pun. Membuat Luna risi apa lagi ditatap kejam oleh para Fans nya, dih geli.

Pada saat aktivitas MOS berlangsung Fredly selalu menikutin langkah Luna, sesekali Luna marah tapi apa daya? Fredly tetaplah Fredly yang dulu, sangat kukuh, bukanya merasa bersalah malah cegar cegir sambil bilang 'pacaran yu' demi apa Luna hanya memutar malas bola matanya.

Pada akhirnya kemarahan Luna memuncak, Fredly tetap mengikuti Luna hingga toilet. "Gue mau masuk ke toilet cewe loh, mau ikut juga?"

Fredly cengengesan. "Yaampun Luna pikiran kamu mesum banget tapi kalo kamu nawarin yaaa boleh"

Luna langsung mebendang bokong Fredly. "Awww " pekik Fredly.

Siswi yang lewat pun melihat kejadian itu langsung berbisik-bisik, Luna lelah selalu salah bagi kaum perempuan apa lagi Fans Fredly, gemes pingin bunuh.

"APA LU SEMUA? GAK DEMEN GUE MUKULIN FREDLY? HAH APE LU? NGOMONGIN GUE? SINI MAJU SATU-SATU GUE JABANIN JUGE LU PADA!" bar-bar Luna memang sangat bar-bar.

Para siswi yang melihat itu seketika lari sambil berbisik-bisik.

Fredly mengelus puncak kepala Luna. "Jangan marah, nanti cantiknya ilang loh."

Luna sangat marah. "GARA-GARA LU GUE KESEL! " Luna langsung berlari meninggalkan Fredly yang jauh disana mengejar Luna, Luna memang memiliki kemampuan lari yang cepat.

Lunapun memilih pergi ke halaman belakang, disana sepi dan tentu Fredly masih tidak tahu tempat ini jadi aman, lagi pula jam istirat masih lama. Luna duduk dikursi yang sudah disediakan disana.

"Hosh...hosh....a-aduh capek juga, udah lama gak lari huh" Luna mengelap keringatnya.

Luna melirik sekitarnya hanya ada satu orang lain disini, laki-laki sedang membaca buku dibawah pohon yang rindang, apakah cogan? Uh yang gini Luna suka.

Luna tanpa malu langsung menghampiri. "Hai! Lu kakel apa anak MOS kaya gue?" Sapa Luna.

Laki-laki itu tidak melirik sama sekali. Lunapun duduk disampingya, laki-laki itu melihat siapa yang ada disampingnya. Ah dia!. "Oh kakak.... siapa ya..."

Luna berusaha mengingat-ingat. "Kakak ganteng yang bareng empat orang temen kaka itu ya?"

Kakak kelas itu tertawa. "Hmm"

"Siapa nama kakak? Atau aku panggil kak ganteng aja? Atau kak tampan? Atau masa depan? Pilih ka.."

Dasar Luna tidak tahu malu. Kakak kelas itu sekali lagi tertawa membuat hati Luna ambyar. "Ketawanya manis bikin aku ambyar..."

Sekali lagi kakak itu tertawa. "Lo lucu"

Luna merasa pipinya memanas. "Emang dari masih zigot aku udah lucu kak."

Ia hanya tertawa dan berkata. "Jangan panggil kakak agak ganjel gimana gitu."

"Yaudah dipanggil sayang mah gak?" Gila mungkin efek kebanyakan bareng Fredly bikin Luna ikut-ikutan gak tau malu juga, belum juga kenal.

Luna membaca name tag lawan bicaranya. 'Gio Gulla Adnan' namanya aja isi gula apa lagi orangnya, manis pingin dibakurngin.

"Oh kak Gula oke sip. "

Gio merasa malu saat dipanggil 'gula' Luna adalah perempuan yang beruntung bisa bicara sedekat itu dengan Guo apa lagi notabenya mereka baru kenal, hebat bisa ngomong sama ice sekolah dengan santai begitu apa lagi membuat Gio tertawa.

"Nama gue Gio, lo bisa langgil Gio aja..."

Luna menggelengkan kepalanya membuat yang melihat menjadu gemas. "No no ! Maunya kak Gula aja! Boleh ya? Ya ya ya?"

Entah mengapa Gio merasa nyaman dan tidak bisa menolak Luna seperti perempuan lainnya dia berbeda. "Boleh."

*****

Mau vote silahkan kalo kagak juga gpp

Be mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang