Bagian 3

21 1 0
                                    

Hari-hari masa MOS sangat menyulitkan untung saja sudah lewat empat hari masa-masa MOS dan akhirnya Luna bisa merasakan menjadi murid SMP yang seutuhnya.

Luna mengeluarkan kotak pensil dari tas dan meletakanya dikolong dan buku untuk jam pertama juga sudah diletakan disana supaya nanti tidak repot mengeluarkan dari tas.

Luna memutarkan matanya malas saat melihat Fredly berjalan ke arahnya dengan seyuman sambil makan permen. Fredly langsung melempar tasnya dimeja dan duduk dimeja membuat Luna kaget.

Luna menggerutu. "Pagi-pagi sudah sisugukan pemandangan kayak gini..."

"Apa? Lo bilang gue tjakep? Oh ya memang." Dengan wajahnya sombong Fredly memainkan rambutnya dan meletakan kakinya di kusri.

Luna tidak membalas ucapanya, karena itu akan sia-sia.

Fredly duduk dibangkunya. Fredly menoel-noel lengan Luna. "La Luna... main yuk."

Luna menatap kesal Fredly mengganggu bobo cantik aja. "Lo kate gue bocah esdeh lo ajak main!"

"Kapanpun itu lo tetep La Luna yang gemesin kayak waktu dulu.." Luna sudah kebal dengan ucapan Fredly.

Suara perut terdengar, ah ternyata Luna kelapara. "Gue laper.."

Fredly yang mendengar itupun mengeluarkan kotak dari tasnya dan meletakannya didepan Luna. "Nih..."

Luna membuka kotak itu, ternyata ada dua roti dengan rasa keju! Ah Luna suka sekali dengan keju. "Buat apa?"

Fredly mengambil roti keju dan lansung memsukny kedalam mulit Luna sampai-sampai Luna terlihat seperti ikan buntel.

"Buget eygul kagsyar begener!" Luna memaki saat mulutnya penuh. Fredly tertawa dan membuat luna kesal, Lunapun mengeluarkan setengah roti dari mulutnya supaya tidak penuh.

Luna mengunyah. "Elu tu gak bisa ngalus gitu sama gue?" Tanya jutek Luna. Jika bersmaa Fredly, Luna bawaanya kaya Cewe PMS marah terus. Padahal Luna anak yang penyayang dan lemah lembut, hanya Fredly yang membuatnya bringasan.

Luna menikmati roti isi keju itu, sungguh nikmat mana yang kau sustakan. "Enak banget loh rotinya, lo gak makan?"

Fredly merampas satu roti coklat didalam kotak itu. "Iya lah! Enak bener lo maka ke duanya."

Fredly memakan roti itu dan menikmatinya. Dari samping Fredly sudah ada tatapan maut, ya Luna mengembungkan kedua pipinya lalu menggeser kotak makan itu darinya.

Fredly tau Luna ngambek dan itu memang rencananya. Luna ngambek tuh gemesin pingin dikarungin.

Fredly membagi rotinya dan menyodorkan didepan mulut Luna. Luna langsung menggigit roti itu dan mengunyahnya, Fredly terkekeh. "Lo jadi cewe ga pantes."

"Terus gue jadi cowok gitu?"

"Jadi istri gue aja mau?" Lagi lagi Fredly menggoda Luna.

Luna lagi-lagi memutarkan bola matanya dengan malas. "Ogah. Lo kawin aja tuh sama udin!"

Fredly memasang wajah jijik. "Idih amit-amit gue GAY!"

Um btw Udin itu dagang bakso dikantin. Hahaha.

"Becanda kali! Ya masa gue suka sama lo yang gak ada lembutnya kayak cewe normal lainya."

Fredly pernah menyukai Luna saat SD tapi ia berfikir itu hanyalah cinta monyet, tidak penting. Fredly ingin mulai menjauhi Luna tapi kebiasaanya yang selalu ada di sisi Luna sudah melekat sehingga menjadi jati dirinya.

Luna menarik rambut Fredly. "Enak aja lo ngomong! Awas ya lo demen sama gue, gue bakal ceburin lo dikolam ikan!"

Fredly meringis kesakitan. "Ah iya! Iya! Lepas dong akh!" Luna melepas tanganya dari rambut Fredly. Terlihatlah beberapa helai yang rontok.

Be mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang