Bagian 8

28 3 5
                                    

"Gio! Fredly sini turun, sarapan dulu" Ujar Mama sambil menyiapkan makanan.

Mama tetap saja memanggil nama Fredly berharap Fredly mau turun dan makan bersama, sudah lama sekali mereka tidak makan bersama.

Gio turun sambil merapikan dasinya. Fredly berjalan cepat menuruni anak tangga dan tak sengaja ia menyenggol lengan Gio, hampir saja Gio terjatuh. Untung Gio berpengangan disisi tembok. Gio geleng-geleng melihat sang adik bahkan tidak meminta maaf ataupun melihat ke arah Gio dan bertanya apa ia baik-baik saja?.

Setiap pagi Fredly mengambil kotak makan dan memasukkan sarapan miliknya dan memakannya disekolah. Fredly mengambil roti lapis dan juga susu yang ada didalam lemari pendingin.

Terkadang Gio berfikir, mengapa Fredly selalu membawa lebih bekalnya, maksudnya ia Mambawa porsi dua orang, apakah Fredly selapar itu atau rakus atau bagaimana.

Gio memakan roti miliknya sambil memperhatikan Fredly yang sedari tadi sibuk memilih roti lapis atau nasgor.

"Roti lapisnya enak!" Ujar Gio. Mama tersenyum ke arah Gio.

Gio melirik Fredly, sepertinya ia mendengar Gio mengatakan roti lapisnya enak. Gio melihat Fredly memasukannya roti lapisnya ke dalam kotak bekal. Gio tersenyum setidaknya Fredly mendengarkan perkataan nya secara tidak langsung.

Fredly mengeluarkan bajunya, rambut acak-acakan yang membuat dirinya tampan dengan anting disebakan kanan telinga. Fredly baru saja mendapatkan tindikan itu.

"Disekolah gak boleh ada tindik, apa lagi pake anting kecuali cewe" ujar Gio.

Fredly sadar Gio menyinggung nya. "Emang Lo siapa?"

"Gue? Osis"

"Terus? Gue mesti gimana?"

"Sudah sudah, kalian ini mending berangkat sekolah sana nanti telat.." lerai Mama.

Fredly berjalan keluar rumah tanpa pamit seperti biasanya.

********

Fredly sampai di gerbang sekolah. Ia berfikir untuk bolos sekali ini saja, mungkin Luna bisa makan bersama Gio nanti. Fredly muak dengan sekolah. Lagi pula Fredly sudah lama tidak bolos.

Fredly menghentikan langkah kakinya, bagaimana jika Luna tidak mau makan bersama Gio?. Aish Luna, Fredly bisa-bisa gila hanya dengan memikirkan Luna saja. Fredly pasrah dan akhirnya ia memilih untuk pergi sekolah, lebih tepatnya mengurus Luna. Fredly Tidak memiliki niat untuk sekolah semenjak Gio menjadi kakaknya.

BAA!

Mata Fredly melotot, jantungnya berdetak tak beraturan sebab gadis didepannya ini. Benar-benar random . "Gue kaget bego!"

Yap. Gadis yang kini berdiri didepan Fredly sambil cengar-cengir ngeselin adalah Luna, ya La Luna yang memiliki mood sangat random. "Ya itu kan tujuan gue"

Luna menyiku perut Freldy. "Bawa bekel apa?"

Fredly memegangi perutnya. Ini mah namanya malak. " Nanyanya gausah pake nyiku juga kali" ujar Freldy mulai geram.

Ngomong-ngomong Freldy dan Luna sudah semakin dekat. Hubungan mereka sebagai sahabat juga semakin akrab. Rupanya Luna sudah menganggap Freldy itu temannya sejak dulu, hanya saja Luna sedikit risih dengan Fredly yang dulu, Fredly yang dulu suka sekali menggoda Luna dan membuat Luna tidak mau dekat-dekat dengan Fredly.

Be mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang