Dua Puluh Empat

420 24 0
                                    

Hari kedua

Friska mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan sinar yang masuk ke mata nya. Ia melihat jam weker nya sudah menunjukkan pukul sembilan, tetapi rasanya ia belum puas untuk tidur, wajar saja jika ia masih mengantuk. Karena semalam Friska sibuk menyiapakan skripsi untuk ia presentasikan di depan kelas. Seperti biasa, ia harus meraih nilai terbaik di dalam kelas nya. Friska menguap dengan lebar, Sepertinya ia membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua jam lagi.

Seperti ini lah Friska pada saat menemui tanggal merah. Rebahan, rebahan, dan rebahan.

Baru saja hendak terlelap, suara menggelegar khas emak emak sudah memekikan telinga Friska. Friska menggosok telinganya dengan ritme cepat, suara mami nya sangat limited edition. Dinding kamar Friska saja bisa tembus karena suara mami nya.

Friska langsung terduduk diatas ranjang disaat pintu kamar nya terbuka dan memperlihatkan sosok Nina. Matanya yang semula mengantuk kini sudah langsung fresh.

"Mau tidur lagi?"

Friska menggeleng cepat "nggak"

"Bangun! Beresin tempat tidur habis itu mandi"

"Terus?"

"Temenin mami belanja ke mall. Jadi anak gadis nggak boleh males malesan, bangun siang, dan males mandi. Sering-sering sholat shubuh makanya, biar terbiasa bangun pagi"

Mendengar kata mall Friska langsung meloncat dari atas ranjang, ledekan yang mami nya berikan ia sampingkan sejenak. Dia sangat bersemangat untuk menghabiskan waktu berbelanja bersama maminya, sudah lama ia tidak bersenang senang dengan maminya.

"serius mi?!" tanya Friska antusias

Nina mengangguk "iya, sekalian belanja buat papi kamu"

"Papi kapan pulang?"

"Nanti malem. Yaudah mami siap siap dulu, kamu juga siap siap"

"Iya mi"

Detik berikutnya Nina pergi meninggalkan kamar Friska.

Sedangkan Friska sedang membereskan kamar nya dengan mode kebut. Setelah dirasa kasur nya sudah rapi, Friska bergegas mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri nya.

***

"Mi bagusan mana? Yang ini atau yang ini?" Friska menunjukkan dua dress yang barusan diambil nya kepada Nina.

"Bagus semua, tapi bagusan yang ini" Nina menunjuk satu dress yang ada ditangan kanan Friska. Dress sebatas lutut dengan lengan sebatas bahu yang dipilih Nina sangat cantik, tali hitam berbentuk pita yang melingkari pinggang dress itu sangat cocok dengan warna kesukaan Nathan yaitu peach.

Friska sengaja memilih warna kesukaan Nathan. Karena baju ini khusus untuk hari pernikahan Abang Rey. Masih lama memang, tapi Friska menyukai dress ini. Dress ini sangat cantik dan Friska takut dress ini akan diambil oleh orang lain.

"Pilihan mami memang nggak pernah ngecewain"

Friska mencium pipi mami nya lalu berkata "makasih mami"

"Friska kesana dulu ya" Detik berikut nya Friska pergi meninggal kan Nina yang sedang memilih baju untuk suami nya nanti.

"Eh ini baju yang gue cari, kok ada di lo sih"

Friska menghentikan aktivitas nya yang tengah menggantung satu dress yang tidak ia pilih tadi, saat suara seseorang yang ia kenali menegur dirinya.

"Eh lo budek ya!" kesal cewek itu sambil menepuk bahu Friska.

Friska melanjutkan untuk mengembalikan dress nya ketempat semula. Setelah selesai ia menoleh ke belakang. Friska terdiam sejenak. Ia menatap kedua pasangan itu secara bergantian.

Geeky Girl But NaughtyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang