Dua Puluh Tiga

472 27 1
                                    

"Nanti pas pulang temenin gue ke kantor bokap di kampus ini" ucap Friska mengelap kacamata baru nya lalu memakainya. Tak lupa ia merapikan rambut nya yang berantakan didepan cermin, sesekali ia membasuh nya menggunakan air yang mengalir dari keran wastafel.

Zee juga sudah membelikan pakaian baru untuk mereka.

"Ngapain?" tanya Raina dan Zee kompak.

"Mau cari bukti"

"Bukti apa?" tanya Raina

"Ya bukti kasus pembunuhan Nissa lah bego" jawab Zee

Raina hanya memutar bola matanya Jengah lalu berkata "iya pinter"

"Emang ada?"

"Nggak tau juga sih karena itu kan udah lama banget. Tapi kalo belum di coba ya belum tau hasilnya" jawab Friska

"Iya deh. Gue udah muak sama mereka. Cepet-cepet gih masuk penjara" ujar Raina

"Satu minggu lagi Rai, Zee. Untuk sekarang bebasin dulu mereka. Terserah mereka mau ngapain, mau nungging, salto, panjat tebing gue nggak peduli. Yang penting gue mau ngapain nggak ada yang menghalangi" balas Friska lalu keluar dari kamar mandi yang diikuti oleh kedua sahabatnya.

***

Waktu pulang sudah tiba. Dan sesuai dengan perkataan Friska tadi, Mereka sekarang sedang berjalan dikoridor kampus untuk menuju ke ruangan Ikhsan.

Hari ini ruangan itu tertutup karena Ikhsan sedang tidak mengunjungi kampus, Ikhsan sedang ada urusan kantor diluar kota. Setelah menuruni tangga, akhirnya Friska dan sahabat nya sampai didepan pintu kantor seseorang yang yang Notaben nya adalah pemilik kampus ini.

Mereka berhenti sejenak untuk melihat sekeliling mereka, dan memastikan jika semua mahasiswa telah pulang. Termasuk para pacar mereka yang sedang mengantar ketiga perempuan tengil itu pulang. Setelah dirasa aman, Raina menarik Knop pintu. Tapi sayang nya pintu itu terkunci.

"Dikunci. Terus gimana?"

"jeng jeng jeng" Friska menunjukkan kunci yang ada di tangan nya.

"Kok lo punya kuncinya?" tanya Raina

"Aww" ringis Raina saat kening nya di sentil oleh Friska.

"Gue anak nya pinteeeerr"

"Gue sama mami di kasih kunci serep. Takut nanti ada keperluan mendadak pas papi lagi diluar. Jadi cuma gue sama mami yang bisa masuk sini kalo papi nggak ada" jelas Friska yang di angguki oleh mereka.

"Yaudah buka cepet gih"

Sedetik berikut nya, Friska membuka pintu itu menggunakan kunci serep yang di berikan papi nya. Dan pintu pun berhasil dibuka.

"Besar juga ruangan nya. Rapi pula" ujar Zee saat sudah memasuki ruangan milik Ikhsan.

"Iya, papi jarang kesini. Kalo ada keperluan penting aja baru kesini" jawab Friska yang dibalas Zee dengan ber 'oh' riah.

"Eh Rai tutup pintunya. Nanti ada yang masuk" titah Zee yang langsung dilaksanakan oleh Raina.

"Kalian cari di sana, gue cari disini" Friska memberi petunjuk kepada Raina dan Zee untuk membantu nya mencari bukti yang bisa di gunakan.

Sebelum mencarinya, Friska melepas kacamata yang menghalangi penglihatan nya. Bukan nya rabun, tapi Friska hanya risih dan tidak nyaman menggunakan kacamata pada saat keadaan genting seperti ini.

Friska membuka semua berkas yang ada di meja papi nya satu persatu.

"Kok nggak ada"

"Mungkin disini" Friska kemudian mengecek kedua laci meja itu, semua berkas ia keluarkan dan membaca satu persatu tulisan besar yang berwarna hitam. Namun hasil nya tetap Nihil. Tidak ada yang bisa ia jadikan petunjuk disini.

Geeky Girl But NaughtyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang