4

12 6 0
                                    

"Kekurangan bukan hambatan untuk berkarya. Berpegang pada agama Allah, maka akan Allah tunjukkan jalan yang mudah"

***

Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Asma masih berkutik dengan laptopnya. Dia mendapatkan undangan dalam salah satu acara kajian akhwat. Asma di mintak untuk mengisi sebagai pemateri dalam acara tersebut.

Asma tidak masalah dengan hal itu, karena sebelumnya saat masih kuliah dia sering mengisi acara-acara seminar motivasi atau kajian muslimah di kampus maupun di luar kampus.

Meski dia memiliki kekurangan. Tapi Asma berusaha agar kekurangannya itu tidak menghalangi dia dalam berbagai ilmu. Sesekai dia harus melawan rasa takutnya. Dia percaya bahwa Allah akan terus membantunya. Dan kini diapun sedang menjalani terapi untuk menyembuhkan traumanya tersebut.

"Asma, ko belum tidur, nak?" Ujar Herman tiba-tiba sudaj berdiri di depan pintu kamar putrinya itu.

"Eh, iya ayah. Ini sebentar lagi selesai"

"Jangan malam-malam. Kalau sudah selesai, segeralah tidur"

"Iya, ayah"
20 menit kemudian. Akhirnya Asma selesai menyiapkan materi untuk besok.

"Alhamdulillah" Asma segera membereskan buku-buku dan bolpen nya. Menata dan merapikan mejanya seperti semula.

Sebelum tidur, seperti biasa, Asma bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu. Kebiasaan yang tertanam sejak dia di pondok dulu.

Setelah selesai berwudhu, Asma lalu pergi untuk tidur. Lama Asma memejamkan mata. Tapi sayang, dia masih tak bisa tidur juga.

Dia mengingatkan laki-laki yang di taman waktu itu. Dadanya berdegup kencang tiap kali mengingatkan hal itu. Dia sunggu malu karena diam-diam mengintip laki-laki itu. Dia rasa sudah tak waras kali ini.

"Astaghfirullah. Sadar Asma. Kamu gak boleh mikirin laki-laki itu" umpatnya dalam hati, masih berusaha untuk tidur.
Selang beberapa menit kemudian, diapun bisa tidur terlelap.

***

Perempuan bercadar itu berjalan melewati lorong-lorong kampus. Dengan di temani pak hamid yang berjalan di belakangnya, ia hendak mencari tempat aula kampus.

Terlihat seorang perempuan berjalan sidikit berlari menuju ke arahnya.

"Assalamualaikum, Mbak Asma?"
Tanya perempuan itu, sedikit ngos-ngosan.
"Wa'allaikumsalam, iya saya Asma"

"Alhamdulillah. Perkenalkan nama saya putri, mbak. Saya ketua pelaksana acara kajian akhwat ini. Mari saya antar ke tempat acaranya" ujar perempuan bernama putri itu menjelaskan.

"Oh iya, terimakasih putri"

Mereka berjalan beriringan. Sesekali mengobrol dan tertawa kecil saat di perjalanan menuju aula.

Asma memang orang gampang bergaul dan asyik jika di ajak mengobrol.

Sesampainya di aula, Putri langsung menuntun Asma untuk naik ke atas panggung dan duduk di kursi pemateri.

Ini bukan kali pertama buat Asma berdiri di hadapan banyak orang. Meski begitu jantungnya kadang berdegub kencang jika di awal-awal acara seperti ini.

Asma mendengarkan dengan seksama pidato si pembawa acara sebagai pembuka acara kajian. Dia menatap setiap mata yang ada di depannya. Senang sekali bisa berada disini dan berbagi ilmu dengan mereka.

Cinta Sejati Untuk AsmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang