Bab Enam : Hope

6K 832 118
                                    

Hae haeee...
Akhirnya setelah  sekian lama,

Hoke langsung saza

~•~

Pemuda tampan itu menghentikan mobilnya di tepi hutan, dia buka kaca jendela mobilnya agar dirinya bisa melongokkan kepala dan mengamati sekitar lebih jelas.

“kurasa ini sudah benar” gumam Sehun. Dia lihat goresan kecil di ujung diary sang ayah yang menjelaskan tentang alamat dimana ibunya pernah disekap. “aku harap bisa menemukan sebuah petunjuk di sini” lanjutnya seraya turun dari mobil.

dia pandangi kiri kanan sekitarnya, sepi. Jalanan tempat dirinya sekarang berpijak pun sama sepinya. Mata elangnya menyorot tajam jalan setapak di depannya. Daun-daun kering menutupi tanah merah di bawahnya.

Menarik nafas sebentar sebelum memutuskan untuk melangkah memasuki hutan. Dalam hati berdoa, semoga tak ada hewan buas atau makhluk-makhluk aneh mengganggu pencariannya.

Suara gemeletak ranting yang terinjak menemani perjalanan Sehun kini. Suara kicauan burung yang berterbangan pun turut menemani. Cahaya matahari mengintip malu-malu dari celah-celah dedaunan dan ranting pohon. Bau tanah dan kotoran hewan menusuk penciumannya. Sesekali Sehun akan mendengar suara kemeresak dari semak-semak di dekatnya, dia berfikir positif, mungkin itu musang atau hewan sejenis yang sedang berlarian.

Hutan itu benar-benar sepi, namun anehnya terlihat terawat. Apa mungkin ada seseorang yang menjaga hutan ini? Yah, semoga saja ada.

Pemuda tampan itu melihat ponselnya, mencari siapa tahu pamannya memberi kabar tentang perkembangan sang ayah. Tapi tak ada satupun notifikasi, signal pun tak ada. Dia masukan kembali ponsel pintarnya ke dalam saku.

Setengah jam berjalan, akhirnya dia menemukan tempat yang dia cari. Di depan sana, sepuluh meter darinya, sebuah kabin tua berdiri. Walau terlihat tua, tapi kabin itu terawat, beberapa tanaman dalam pot menggantung di depan teras. Sepertinya ada orang yang menempati kabin itu.

“siapapun itu, kuharap dia punya informasi tentang Mama”

Kaki jenjangnya kembali melangkah, berjalan mendekati kabin tua di depannya. Dia berhenti tepat di depan teras kabin. Matanya menelisik sekitar, sisian kabin diberi jarak kurang lebih lima meter dari pohon-pohon. Dia sudah hendak maju untuk meraih kenop pintu namun sebuah tepukan cukup kencang menghentikan niatnya dan membuatnya terlonjak kaget.

“Mau apa kau?!”

Pertanyaan dari seseorang di belakang Sehun membuat pemuda itu membeku seketika. Suara itu terdengar mengintimidasi. Oh tidak, apa jangan-jangan dia pemilik kabin ini?

Perlahan Sehun membalik badannya dan dia temukan pria berwajah kotak dengan air muka ramah namun dibuat garang berdiri di depannya. Jantung Sehun bertalu tak karuan mendapat tatapan tajam intimidasi dari pria yang menurutnya sepantaran dengan ayahnya.

“m-maafkan saya, saya kira kabin ini tidak berpenghuni” kata Sehun, badannya membungkuk, memohon maaf sebesar-besarnya atas kelancangan yang dia lakukan.

Lama dirinya menunduk, menunggu pria itu membalas permintaan maafnya, di detik ke lima belas pria itu malah tertawa seolah-olah melihat sesuatu yang lucu. Sehun mengerutkan dahinya dan perlahan menegakkan kembali badan bongsornya. Dapat dia lihat mata pria itu tertutup karena tertawa.

“ahahaha, tak perlu setegang itu, nak. Santai saja” kata pria itu sambil menepuk-nepuk bahu Sehun. “kau sedang mencari sesuatu?” lanjut pria itu.

Tentang Kamu [ChanBaek] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang