Chapter 8

5 1 0
                                    

Hari Sabtu dan Luna tidak memiliki kegiatan apapun. Ia hanya bekerja hari Senin hingga Jumat, dan sekarang Luna tampak seperti seorang pengangguran. Ia dan Jeno sudah sarapan bersama tadi.

Dan sepertinya saat ini Jeno melanjutkan kembali tidurnya. Semalam laki-laki itu terjaga di warnet hingga pukul lima pagi. Luna tidak lagi melarangnya untuk berhenti bekerja. Karena Jeno sudah bersedia untuk kuliah.

Ia terus memikirkan tentang pesta ulang tahun Daniel besok hari. Luna merasa sangat gugup. Walaupun ia tidak tahu apa yang menyebabkannya merasa gugup.

Mengingat tentang ulang tahun Daniel membuat Luna tersentak. Punggung perempuan itu menegang dan meninggalkan sandaran sofa. Ia belum membelikan hadiah apapun untuk Daniel. Bukankah ia tidak boleh datang dengan tangan kosong?

“Bodoh.” Gumam Luna.

Luna menatap jam yang menempel di dinding. Saat ini pukul sebelas siang. Ia mengambil ponselnya di atas meja dan menghubungi Luke. Membeli hadiah untuk seorang laki-laki, akan lebih baik jika meminta pendapat dari laki-laki juga.

“Hai, baby..”

“Luke, apa kau sibuk?”

"Aku sibuk hingga pukul satu siang, ada apa baby? "

"“Aku membutuhkan bantuanmu. Besok pesta ulang tahun Daniel. Dan aku belum menemukan hadiah untuknya.”

"aku pikir dengan kau yang hadir di pestanya dengan penampilan yang sangat cantik,  sudah cukup membuat nya terpesona pada mu baby" saran Luke.

Luna terdiam sebentar saat mendengar ucapan Luke. Apa yang diucapkan Luke memang benar. Tetapi bukan seperti itu permainannya.

“Ini bisa menjadi salah satu cara untuk menarik perhatiannya, Luke.”

"Begitukah menurut mu?  Ku pikir Daniel sudah tertarik semenjak kau pertama kali bekerja di perusahaannya baby. Tetapi baiklah, aku akan menemani mu setelah jam makan siang" Jawab Luke

"Terimakasih Luke" Balas Luna tulus

"Aku punya permintaan untuk mu baby.  Datang lah ke rumah ku dan aku akan menjemput mu disana. Mom dan Dad merindukan mu"

“Oh, tentu saja, Luke. Aku dengan senang hati akan ke sana. Tetapi aku tidak bisa membawa Jeno. Dia kelelahan dan sedang beristirahat sekarang.”

"Tidak apa-apa. Kedatangan mu disana sudah membuat mereka senang, sampai bertemu disana baby. Bye"

"Bye"

Luna tersenyum dan segera berganti pakaian. Ia memeriksa Jeno sebentar di dalam kamar sebelum akhirnya meninggalkan cacatan di pintu kulkas. Ia tidak ingin Jeno merasa panik saat tidak menemukannya ketika bangun tidur.

Luna berjalan kaki menuju halte bus yang berada di dekat rumahnya. Seharusnya ia naik taksi agar bisa sampai dengan cepat ke rumah Luke. Tetapi Luna lebih senang dengan menyimpan uangnya untuk keperluan lain. Naik bus tidak akan membuat dompetnya menipis dengan cepat.

Hampir satu jam kemudian Luna sampai di depan pagar rumah Luke. Ia menatap rumah mewah Luke, sebelum akhirnya beralih pada rumah yang berada tepat di samping rumah Luke.

Beberapa tahun yang lalu, rumah itu adalah rumahnya. Namun sekarang rumah itu bukan lagi miliknya. Ada seorang pembantu rumah tangga yang sedang membersihkan halaman rumah tersebut. Menandakan bahwa rumah itu telah memiliki pemilik yang baru.

Semua telah berubah.

Luna menepuk pipinya pelan. Menghalau airmata yang hampir saja menetes. Orangtua Luke tidak boleh melihatnya menangis. Luna tidak ingin membuat mereka bersedih karena dirinya.

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang