SELESAI

6.7K 121 11
                                    

Bagaimana sakitnya jika kalian diusir orang tua karena hal yang menurut kalian kecil? Pasti sangat sakit, bukan? Setelah menjelaskan ke kedua orang tua Jeno, gue dan Jeno maupun kedua orang tua Jeno turut ikut untuk mengatakan hal ini ke orang tua gue.

Gue tau ini akan kacau, tapi demi kebaikan gue dan masa depan gue, ini bakal baik.

Respon bokap-nyokap gue sudah ketebak, mereka sangat marah, sangat, sangat marah. Dan yang paling gue inget adalah kata yang terucap dari papah gue, yaitu "kamu jadi anak cuma untuk mempermalukan orang tua untuk apa? Papah malu karna kamu, Nara!" kata itu hingga kini masih tertancep di hati gue.

"papah malu kan punya anak kaya aku? Okeh mulai sekarang aku bukan anak papah, terima kasih untuk semuanya!" itu kata balasan gue ke papah gue.

Setelah mengatakan itu gue langsung mengangkat kaki dari rumah itu dan menuju ke taman karna, yah kalian tau sendiri, itu satu satunya temen yang buat gue adem walau dia tidak bisa berbicara.

Gue menyetir dengan keadaan menangis tadi, tapi percayalah rasa ini akan sebentar, ini akan baik baik saja nanti, gue percaya itu.

Reaksi Jeno saat pertengkaran gue dan papah gue saat itu cukup kaget, entah kaget dalam artian apa yang jelas dia kaget.

....

Cukup lama sendiri dalam renungan ditaman tadi, gue sedikit lebih tenang, walau sedikit tapi itu bisa buat hati gue tidak seperti tadi.

Gue memutuskan untuk pulang ke apartemen karna harus mengambil beberapa barang penting disana, setelahnya gue udah ngontack ka Ibnu untuk jemput gue.

Okeh, gue siap tinggal dengan sepupu gue yang mungkin bisa dibilang paling gue sayang banget.

Dengan rasa berat, gue tetep melangkah menuju tepat apartemen tempat gue dan Jeno tinggal.

Memencet bel dengan rasa dag-dig-dug, gue takut Jeno benci sama gue, tapi sudahlah gue pasrah, karna ini semua keputusan gue.

Cukup cepat respon dari Jeno, di langsung ngebuka pintu untuk gue.

Gue dan dia saling menatap satu sama lain, namun itu hanya sebentar, gue mengalihkannya dengan langsung masuk menuju kamar gue.

Dia menyusul gue dibelakang gue, saat gue masuk kamar dia hanya melihat aktivitas gue yang mulai masukin barang penting kekoper gue dari depan pintu kamar gue.

Gue acuh tak acuh saat dia berdiri didepan pintu kamar gue "mau kemana lo?" tanyanya yang akhirnya buka suara setelah hampir lima menit nunggu gue nyusun barang didepan pintu kamar gue.

"bukan urusan lo" jawab gue yang masih sibuk dengan barang barang yang gue susun.

"gue masih suami lo, harusnya lo ngerti" katanya tegas.

Gue memberhentikan aktivitas gue lalu menatapnya "gue gaa ngerti, jadi ga bisa ngertiin lo, sorry" jawab gue lalu melanjutkan aktivitas gue lagi.

"gue serius ra, gue berhak tau juga" dia sedikit masuk kekamar gue.

Gue kini berdiri dari tempat gue untuk mengambil barang ditempat lain, saat gue hendak mengambil barang,btangan gue ditarik oleh Jeno.

Gue sedikit kaget karna itu sedikit seperti paksaan untuk mendekat ketubuhnya.

Gue berdebar ga karuan, kesel juga dengan ini, gue menepis kasar tangannya yang memegang pergelangan tangan gue.

Tangannya terlepas dari tangan gue dengan kekuatan tepisan dari gue, gue menghelas napas kasar "gue ga bakal tinggal disini lagi, puas lo?" kata gue.

KETOS is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang