“Mungkin yang selama ini aku cari hanya ketenangan”
****
Setelah karin dan sindi tadi sempat berhenti untuk mengistirahatkan tubuhnya dan meminum air mineral kedua nya telah melajukan kembali kendaraannya. Matahari sudah malu-malu menampakkan dirinya yang berati senja akan segera tiba.
Tadi ia mengambil jalan pintas dengan memasuki jalanan diperkampungan yang pemandangan desa masing sangat kental. Dengan pemandangan kiri jalan sungai dengan batu-batuan besar dan juga anak-anak desa yang mandi disungai. Dan pemandangan disebelah kiri kadang-kadang kebun singkong, ladang, dan rumah warga. Suasana disana masih asri. Seperti belum tersentuh oleh teknologi jaman modern, jadi siapapun yang disana pasti ingin berlama-lama.
Kini sindi yang didepan dan karin yang berada diboncengan karena sempat mengeluhkan kepalanya yang sedikit nyeri dan sakit. Jalan begitu berkelok-kelok dan mengharuskan karin menggenggam jaket hitam milik sindi dengan kencang. Ditambah dengan sindi yang mengendarai motornya seperti orang kesetanan. Gak salah sih kalau selama ini ia selalu menang dalam balap motor terkecuali dengan karin karena karin ratunya jalan. Ckck
Tulisan ‘MITSUBISHI’ sudah nampak didepan mata yang artinya tujuannya saat ini sudah semakin dekat. Setelah beberapa menit akhirnya keduanya sampai di pucak pas atau warpat yang terkenal dengan mie rebus nya yang begitu nendang.
“astaga kenapa semuanya sudah penuh, kita telat nih sin” ucap karin setelah melepaskan helm dan melihat keadaan sekitar yang sudah penuh dengan pengunjung. Tempat ekstetik yang langsung menampakkan hutan dan pemandangan pohon dengan kicauan suara burung yang merdu sudah HABIS.
“lo sih, pake acara buang air” gerutu karin setelah memasuki warung yang paling tengah dan semuanya sudah penuh.
“ya kan pengen pipis rin, kalau gw tahan ntar gw kena penyakit kencing batu lo mau tanggung jawab apa!” jawab sindi tak kalah sewotnya dengan karin.
“siapa suruh di cuaca dingin kayak gini minum air banyak banget”
“ishh serah dah”
“ini gimana ga ada bangku yang kosong SINDI” karin dengan menekankan kata terakhirnya.
“ya disini aja, kan depan lo tuh udah ada pemandangan yang sangat bagus. Fotoin gw dong” ucap sindi sambil mengeluarkan iphonenya.
“goblok, lo ga dingin apa? Ini warung tuh kosong, lo mau mati kedinginan disini!”
“dinginlah ditambah lo yang dari tadi diem mulu berasa dikutub utara gw. Eh tapi sekarang lo jadi bacot kayak gini, malah berasa digurun sahara."
“bacot mulu. Ayok cari kursi yang kosong tapi yang ada penjualnya” karin segera keluar dari warung tutup tersebut dan mencari kursi yang kosong untuk diduduki dua orang.
Dan sindi yang setia mengikutinya dari belakang sambil selfie.
Setelah karin memasuki warung keempat ia melihat pengunjung yang telah usai menggunakan mejanya dan akan segera pergi. Ia dan sindi segera masuk untuk booking meja karena semakin malam warpat akan semakin ramai oleh pengunjung.
“akhirnya duduk juga, pedes banget bokong gw.”
“bacot” jawab karin.
Selanjutnya sindi mengeluarkan sebungkus rokok dihadapan keduanya beserta dengan korek apinya.
“nih rokok” ucap sindi dengan mengluarkan sebatang rokok yang sudah ia selipkan diantara bibir nya dan segera mematik api namun berhenti karena ucapan karin.
“gw gak ngrokok. Dan lo kalo ngrokok didepan gw, gw bunuh lo sekarang juga” ucap karin dengan sorot mata mengintimidasi.
“ckck sejak kapan lo nolak tawaran gw” sindi masih tak bergeming dan mematik apinya.
Karin segera mengambil paksa rokok yang sudah menyala diantara bibir sindi dan membuangnya didekat kaki dan segera ia injak-injak.
“lo tau gw ga suka dibantah”
“iya”
“bang mau rokok gak? Nih ambil aja” ucap sindi kepada pengunjung warpat yang berada disamping kanan nya. pemuda tersebut langsung mengambil rokok yang disodor kan sindi dan mngucapkan “makasih teh” sindi tak menjawab hanya anggukan singkat yang ditunjukan untuk menjawabnya.
“gw atau lo yang pesen?” ucap karin setelah melihat interaksi sindi dengan pemuda tersebut.
“lo”
“tapi gw gak mau. gw pesen mi soto dikasih telur dan suka teh anget panas. Ingat panas! Jangan anget” jawab karin
“dih tadi nawarin sekarang kok malah nyuruh. Gw gak mau!” jawab sindi dengan melipat kedua tangannya didepan dada dan melengoskan kepala ke arah kiri.
Karin melihat sindi dengan mata mengintimidasi yang sarat akan penolakan.
“iya iya gw yang pesen”
Sindi segera beranjak dari kursinya dan menghampiri mamang warung. Setelah sindi memesan untuk dirinya sendiri dan karin, ia segera kembali kemejanya yang kebetulan sedang dibersihkan oleh mamangnya.
“mari neng”
“makasih mang” jawab sindi dengan senyuman tulusnya.
Tak lama kemudian pesanan yang mereka pesan datang. Karin segera menggosokkan tangan nya diatas mangkuk mie nya untuk mengurangi hawa dingin yang menyerangnya. Cukup 5 detik ia memulai memakan mie nya karena kalo lama-lama dibiarkan nganggur mie tersebut akan segera dingin dalam waktu 5 menit. Memang udaranya dibawah hampir menyentuh 10 derajat Celcius.
Karin dan sindi sedang asyik menikmati makanan yang terdapat dimejanya masing. Benar-benar tidak salah karin mengajak sindi untuk mengahabiskan hari minggu nya dipucak pas/warpat ini. Burung burung muali berterbangan untuk kembali kesarangnya, suaranya yang merdu membuat siapapun yang disana ingin berlama-lama bertahan ditempat tersebut.
Keduanya telah selesai mengisi perutnya dengan mie rebus, karin menambah satu porsi udara dingin menambah keroncongan perutnya. Sedangkan sindi menambah kopi panas yang asapnya masih mengepul diatas.
Keduanya kini telah usai makan. Dan sedang menikmati kekenyangan yang melanda keduanya. Karin memejamkan mata dan menarik napas panjang-panjang, ia akan mengingat dengan baik hari ini. Semua yang berkaitan dengan hari ini. Karin akan mengingatnya baik-baik.
Sedangkan sindi sudah asyik memainkan fake instagramnya dan berselfie untuk memenuhi galerinya. Walaupun keduanya seorang model, namun karin gak sefanatik sindi, dengan selalu mengabadikan momen dengan iphone canggihnya.
“rin foto yuk” ajak sindi kepada karin.
“ayok, eh minta tolong sama mamangnya sana biar bisa ngefotoin kita berdua” jawab karin dengan raut wajah yang lega dan senang. Entah apa yang difikirkannya sebelumnya sehingga ia merasa selega itu.
“mamang penjual mie ini?” jawab sindi polos
“gpblok banget sih anjay, mamang samping lo noh”
Tunjuk karin dengan sudut matanya yang mengarah ke pemuda yang diberi rokok oleh sindi sebelumnya.
“bilang dong” jawabnya dan segera beranjak dari kursi nya.
Tak butuh waktu lama untuk berbicara kini karin dan sindi sudah berpose. Meraka slaing merangkul dengan tangan lain yang tidak merangkul untuk dibuka dan menampilkan gigi putihnya. Pose kedua masing sama namun yang satu ini mereka saling berpelukan dan memejamkan kata. Bermaksud untuk saling menguatkan dan selalu ada disaat mereka sedang membutuhkan.
Cuman dua pose namun pemuda tersebut membidiknya dengan berkali-kali yang mengahasilkan candid karin menyukainya. Jadi keliatan alami bahagianya. Tak bisa dipungkiri hari ini keduanya benar-benar sangat bahagia.
*****
Masih nungguin aku update gak? Khusus hari ini aku update dua kali, semoga kalian menyukainya
Jangan lupa pencet bintang disebelah pojok kiri bawah dan jangan lupa komen.
See you next part gaess. Luv yu
12/1/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Besides Me
Teen Fictionjangan copast!! Oke *** "Ayolah kita ikutin aja anak anak pada jalan kemana, arah yang paling banyak dituju mungkin disitulah letak kantinnya" Bener juga nih cewek, langsung saja aku melepas headseatku yang masih bertengger manis ditelingaku dan men...