Aku manusia bukan hewan yang dapat kau jadikan bahan tontonan layaknya sirkus
-karin***
Karin keluar dari kelas sambil mengelap air mata yang terus saja berjatuhan, ia tidak memperdulikan panggilan Della ataupun tatapan cemooh dari teman-temannya. Ia terus berlari menuju toilet tempat yang mungkin membuat hatinya tenang dari sekian banyak tempat disekolah ini. Sesampainya didalam toilet ia segera mengunci pintu, namun karena tangannya yang bergetar ia kesulitan.
“payah banget sih.” ucapnya kepada diri sendiri
Ia mencoba lagi dan akhirnya berhasil.
Beruntungnya Karin saat mendapatkan toilet yang sepi atau terlebih hanya ada dirinya didalam toilet. Karin masuk kesalah satu bilik kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Dari luar ia mendengar Della yang menggedor pintu kamar mandi, namun tak ia perdulikan.
Dunianya kembali hancur, lelaki itu kembali membuat ulah dengan mempertontonkan kekonyolan yang ia buat kepada Karin didepan kelas. Didepan teman-temannya. Karin kira setelah beberapa minggu Raga memperlakukannya layaknya manusia. Ia sudah berdamai.
Karin terus saja menangis dan berteriak ia ingin mengeluarkan kekesalannya yang teramat sangat kepada temannya itu. Bahkan sebutan ‘teman’ sudah tak layak untuk Raga, lelaki setan.
Setelah kurang lebih 25 menit ia menangis, Karin menarik napas kasar beberapa kali untuk menetralkan suasana hatinya. Penampilannya sudah tidak memungkinkan ia masuk kelas. Juga waktu istirahat yang sudah berakhir.
Karin memutuskan keluar dari toilet. Rambut yang tadi pagi ia tata rapi dengan kepangan sekarang ia urai. Kacamata yang bertengger manis ia lepas dan ia masukkan kedalam saku rok, tak perduli apabila kacamatanya bakalan patah atau terjatuh dan hilang. Baju yang tadi pagi ia masukan kedalam rok, ia keluarkan. Bodoamat kalau saja ada yang melihat penampilannya. Sepertinya tidak mungkin akan ada yang melihat mengingat ini sudah jam masuk pelajaran selanjutnya.
Sekarang yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya ia keluar dari dalam toilet ini dan keluar dari sekolah tanpa harus berurusan dengan satpam sekolah. Ia bingung, cukup lama ia berada didalam toilet ini namun tak ada satupun orang yang berusaha masuk atau melaporkannya ke guru karena salah satu murid gilanya mengunci pintu toilet dan berniat bunuh diri. Gedoran dari Della hanya bertahan 5 menit setelah Karin masuk.
Ngomong-ngomong tentang bunuh diri, Karin bersyukur akhir-akhir ini ia rutin minum obat. Penyakit sialannya tidak kambuh dalam situasi seperti ini.
Oke, kembali lagi dengan rencana kaburnya mungkin ia bisa lewat tembok belakang dengan memanjatnya. Sekarang ia sudah keluar dari toilet dan mengedarkan pandangannya siapa tahu orang-oarang memang sedang menunggu ia keluar dari toilet dan menertawakannya kembali. Ngomong-ngomong tentang rok Karin yang ada noda warna kuning ia tak memperdulikannya, ia tak berusaha membersihkannya. Bodoamat dengan itu semua.
Setelah memastikan tak ada orang yang melihat ia akan kabur, Karin berjalan mengendap-endap untuk menuju ke belakang sekolah.
***
Setelah Raga berhenti tertawa dan 5 menit sudah lewat, Karin dan Della belum juga kembali. Tak butuh waktu lama untuk berfikir ia mencari keduanya. Tempat pertama yang ia datangi adalah taman belakang sekolah. Nihil, ia tak menemukannya. Ia kembali menyusuri gudang dan perpustakaan. Dan ia tak menemukan keduanya.
“kemana sih lo.” Ucap Raga dengan menendang pintu gudang. Entahlah kenapa ia berpikir mencari Karin ketempat seperti itu, mungkin menurutnya seseorang yang menangis akan mencari tempat sepi untuk menangis.
Raga kembali menyusuri koridor sekolah, sepintas ingatannya tentang Karin dihari pertama masuk sekolah. Ia segera berlari menuju toilet cewek. Dan dugaannya benar, disana ia melihat Della yang sedang terduduk dan memukul pintu. Keadaannya kacau. Ia menduga Karin tak jauh berbeda dengan Della.
Raga menghampiri Della dengan santainya. Dari luar toilet ia dapat mendengar Karin menangis dan berteriak.
“mending lo pergi ke UKS atau kemanapun. Keadaan lo yang kayak gini hanya menarik perhatian orang-orang buat ngerubungi lo.” Ucapnya setelah berada di belakang Della
Della yang mendengar suara yang sangat falimiar tersebut langsung berdiri dan ingin melayangkan tinjunya kearah Raga, namun gagal karena Raga lebih dulu menangkap tangannya.
“lepas! Lo pikir dengan memperlakukan Karin seperti itu lo sama aja nganggap Karin seperti Badut yang dapat ditertawakan semua orang!.” Geram Della
“butktinya semua orang tertawa.” Ucap Raga dengan bersedekap dada.
“LO YA!.” Della kembali akan memukul Raga namun dengan sigap dapat ditangkap Raga
“lo pergi aja, gw akan minta maaf sama Karin. Dia sekarang urusan gw.” Ucap Raga memerintah
Della langsung pergi dari situ, bukan karena ia tak peduli dengan keadaan Karin, namun ia tak ingin menambah Karin malu dengan menjadikannya tontonan karena ulahnya dan penampilan nya yang sangat kacau.
Setelah kepergian Della, Raga memandang pintu didepannya dan ingin mendobrak pintu tersebut dan memeluk manusia yang berada didalamnya.
Niatnya ia urungkan, Raga memilih menunggu Karin didepan toilet dan menjaganya agar tidak ada satupun orang yang masuk.
Cukup lama ia menatap lurus pintu toilet dan ia melihat pintu yang sempat terbuka perlahan. Sebelum pintu tersebut benar-benar terbuka sempurna ia telah berhasil sembunyi.
Dari balik tembok tempatnya bersembunyi ia melihat penampilan Karin yang berbeda dari sebelumnya. Wanita itu kembali seperti dulu lagi. Wanitanya telah kembali. Tak bisa ditahan Raga sedikit menarik bibirnya sehingga menimbulkan senyuman kecil.
Ia menjadi bertambah senang tatkala ia tidak menumukan sedikitpun luka ditubuh Karin. Tak berselang lama senyumannya hilang berganti dengan kerutan didahinya yang sangat kentara. ‘Karin mau kemana’ batin Raga, ruang kelasnya belok kiri, kenapa ia malah belok kanan. Tanpa memikirkan hal lain, ia mengikuti Karin dengan tetap menjaga jarak.
“oh mau kabur.” Ucap Raga setelah melihat Karin yang sedang menata tangga ditembok belakang sekolah.
“jiwa bar-bar nya masih saja belum hilang.” Ucap Raga ketika melihat Karin yang sudah berhasil naik ke tembok tak berselang lama Karin sudah menghilang dibalik tembok.
“nekat nih anak loncat, kalo luka siapa yang susah.” Ucap Raga setelah itu menyusul Karin naik tangga, ketika berhasil sampai atas ia melihat kebawah dan benar saja tak perlu loncat dari atas tembok dibawahnya sekarang ada tumpukan batu yang tingginya hampir sama dengan tinggi tembok. Tumpukan batu sangat membantu jalan kaburnya Karin.
“daripada gw kembali kekelas mending gw ikut kabur aja.” Ucap Raga dan ikut kabur bersama Karin.
Karin memilih kabur kearah kanan sedangkan Raga kearah kiri.
***
Masih nungguin aku update ga nih???
Jangan lupa pencet bintang dibawah pojok kiri bawah dan juga ditunggu komenannya
See you on next part. Luv yu💓
15/1/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Besides Me
Teen Fictionjangan copast!! Oke *** "Ayolah kita ikutin aja anak anak pada jalan kemana, arah yang paling banyak dituju mungkin disitulah letak kantinnya" Bener juga nih cewek, langsung saja aku melepas headseatku yang masih bertengger manis ditelingaku dan men...