Their Story

Warmth

Freddie disini. Karena adik kecilku sedang asik bermain, maka aku menggantikannya untuk upload satu cerita.

Nikmati cerita dari kami, satu vote, comment, juga share dari kalian akan sangat berharga.

Character: Kurogami Yuuji, Kurogami Saya
Genre: Smut, Slice of Life, Romance
Pict: Pinterest

----Third Person’s POV----

“Tadaima...”

Suara maskulin seorang lelaki terdengar setelah pintu tertutup. Pria berambut hitam itu menghela nafas dengan raut wajah lelah. Dari pakaiannya ia tampak baru saja pulang kerja. Ia melepaskan sepatunya dan menyimpannya di rak samping pintu dengan rapi. Jika ia meninggalkan sepatunya begitu saja istrinya pasti mengomel.

“Okaeri, Yuuji.”

Salam pria tadi dibalas dengan suara lembut seorang wanita. Kurogami Saya, istri Yuuji, muncul dari arah dapur. Wanita berambut panjang itu tampak mengenakan celemek sementara tangan kirinya memegang sendok sup. Yuuji tersenyum. Ia menghampiri istrinya dan mengecup bibirnya sekilas. Tangannya memeluk pinggang wanita di hadapannya erat.

“Isi energi...”, katanya pelan sembari membenamkan wajah di pundak Saya.

“Ukh... Papa selalu saja bermanja pada mama begitu sampai rumah. Padahal di sekolah juga bertemu.”

Suara anak-anak terdengar dari balik tubuh sosok dalam pelukannya. Yuuji mengintip dari balik bahu istrinya. Di meja makan duduk sepasang anak kembar, Kurogami Reiji dan Kurogami Reiko. Reiji, anak laki-lakinya, tampak menatap kedua orang tuanya risih, geli dengan tingkah laku ayah ibunya yang seperti anak muda yang baru menjalin cinta.

“Mou, Reiji-nii! Jangan ganggu kemesraan mereka dong!”

Kurogami Reiko, saudara kembar perempuan Reiji, mengomel. Bibirnya mengerucut kesal. Ia kembali menatap kedua orangtuanya dengan antusias, berharap akan melihat adegan romantis dari cerita-cerita drama yang ia ketahui. Sang ayah hanya tertawa ringan. Ia melepaskan pelukannya pada sang istri dan berjalan mendekati kedua anaknya.

“Apa Reiji takut papa akan memonopoli mama?” Yuuji melontarkan pertanyaan itu dengan senyum mengejek. Tangannya menepuk kepala anak laki-lakinya pelan. Anaknya yang satu ini memang mewarisi sikap protektifnya pada wanita di keluarga mereka.

“T-tidak! Lakukan sesuka kalian! Tapi jangan di depan kami!”, jawab Reiji membuang muka.

Tawa hangat dari ketiga orang lain disana mengisi ruangan. Sifat malu-malu Reiji memang selalu tampak manis. Keluarga mereka tampak hangat dan ceria. Saya berbalik dan mendekati kompor, mengaduk sup yang sedang ia masak untuk makan malam.

“Aku sudah siapkan air hangat. Mandilah lalu kembali untuk makan malam.”, ia menoleh pada suaminya.

“Ah, aku akan mengerjakan beberapa dokumen setelah mandi. Aku akan makan sedikit larut nanti.”

Yuuji tersenyum kecut. Kedua anaknya menatapnya sedih, mengkhawatirkan kesehatan ayah mereka. Menyadari hal ini, ia hanya mengelus kepala keduanya lembut.

“Kalian makan yang banyak ya!”, cengirnya sebelum berlalu ke kamarnya dan Saya.
“Nah, kalian dengar apa kata papa, kan? Sekarang kalian makan duluan, ya. Biar nanti makanan papa mama yang urus.”, suara istrinya masih terdengar di telinga Yuuji sebelum ia menutup pintu kamar.

===============================================

Melonggarkan dasinya, Yuuji menghela nafas panjang. Pekerjaannya sebagai seorang kepala sekolah memang sering memaksanya untuk lembur. Ia meletakkan tas kerjanya ke atas meja sembari berlalu ke kamar mandi. Bibirnya menyunggingkan senyum tatkala melihat bak di kamar mandi sudah terisi air hangat. Meski cerewet istrinya memang perhatian. Pria itu melucuti pakaiannya, menyimpannya di keranjang cucian, sementara kacamatanya ia taruh dengan hati-hati di rak atas wastafel. Ia merasa rileks ketika tubuhnya terendam air hangat. Otot-ototnya yang pegal terasa lebih baik. Suara pintu kamar mandi yang dibuka membuatnya menoleh. Netra gelap Yuuji melihat Saya masuk.