Orange

25 5 0
                                    

Orange

Character: Aharon Kenzo, Bintang Randika Sripertiwi
Pictures: Pinterest

---Third POV---


     Bel istirahat berbunyi. Kenzo memasukkan buku pelajarannya ke laci mejanya lalu keluar dari kelas jalan menuju kelas sohibnya. Di tempat tujuan, Kenzo mengintip masuk. Kursi yang diduduki oleh Aldi dan Edric kosong menandakan mereka sudah pergi duluan ke kantin.

Tatapan Kenzo beralih pada Bintang, teman sebangkunya Edric masih duduk disana sedang melakukan sesuatu. Dia pun masuk dan mendekatinya. “Kok gak ke kantin?” Tanya Kenzo. Dia menatap kursi Bulan juga kosong.

Melihat Kenzo ada berdiri di sampingnya, Bintang melepas salah satu earphone nya lalu fokus pada layar ponselnya untuk bermain game. “Gak lapar.” Kedua jari jempol nya dengan kilat menekan beberapa tombol. “Kamu sendiri gak pergi nyusul mereka berdua.”

Kenzo membalikkan kursi di depan Bintang dan duduk disana, ia melambaikan tangan kepada teman di kelas itu dengan ramah. Sesekali mengobrol singkat sebelum kembali pada pembicaraan antar keduanya.

“Bentar lagi kesana kok... Main apa sih? Sampe fokus begitu.” Kenzo menjulurkan kepalanya untuk melihat lebih jelas ke game yang terpampang di ponsel Bintang.

Sebuah game yang sedang terkenal dan banyak dimainkan oleh kalangan remaja saat ini. Ternyata Bintang update tentang game. Dia langsung men-download dan memainkan game itu selama seminggu terakhir.

Menghela napas panjang, Kenzo menempelkan sisi wajahnya ke meja Bintang. “Jangan terlalu sering bermain game lho. Apalagi kalau sampe begadang, nanti mata panda terus nilai turun.” Tuturnya sementara dia memainkan kuku jarinya.

“Siapa kamu menasihatiku begitu?”

Tidak bisa disangkal bahwa sebelumnya gadis itu saat hari libur menghabiskan waktu seharian di kamar hanya untuk mencapai level tinggi dalam gamenya. Hingga ibu nya mendobrak masuk ke dalam dan menceramahinya selama 2 jam tanpa jeda.

Setelah itu dia pun memutuskan untuk mengurangi penggunaan gawai terutama untuk bermain.

Kenzo menangkupkan pipinya dan menatap Bintang dengan senyum. “Daripada main game mending kita ke kantin aja. Makan bareng.”

“Makan bareng?” Bintang menyatukan kedua alisnya dan berkata, “Sama kamu?”

Tanpa ragu Kenzo mengangguk. Jam istirahat harus digunakan untuk mengisi perut agar bisa mengikuti pelajaran selanjutnya dengan baik. Jika Bintang tidak memiliki teman makan bersama maka Kenzo bisa menemaninya. Itu pun kalau disetujui olehnya.

Bintang menundukkan kepalanya. Memang dia sedikit lapar, tapi jika pergi dengan Kenzo... Bagaimana kalau Edric, Aldi melihat mereka berdua? Tidak apa sih. Tapi bagaimana kalau itu Bulan?

Bintang beranjak dari kursinya dan jalan keluar kelas tanpa mengatakan apapun pada Kenzo. Pemuda itu berteriak kepada Bintang sebelum dia benar-benar meninggalkannya.

“Lho Bintang! Kok ninggalin?” Bintang menoleh, mendelik tajam dan berkata, “Katanya makan bareng.” Lalu pergi begitu saja.

Kenzo tercengang. Beberapa siswa di kelas tersebut mencoba menyadarkan Kenzo dengan menepuk pundaknya. Syukur, Kenzo kembali sadar. Dia segera berlari menyusul Bintang.

     Hujan mengguyur kota sejak Bintang pulang sekolah. Lagi-lagi dia sendiri. Bulan lebih dulu pulang dengan alasan ingin menonton acara favoritnya. Sebelumnya saudara kembarnya itu kehilangan kesempatan menonton karena jadwal di sekolah yang sedikit lebih lama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Their StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang