Repeat Life

32 4 2
                                    

Kapan adikku akan menggantikanku...
Ah, selamat menikmati^^

Chapter I

Character: Aokaze Hayano, Sylvie Rosario Genferin
Picture Source: Pinterest

Third POV

     Tatapan Hayano kosong seolah jiwanya menghilang, pikirannya semrawut, dia tahu apa yang akan terjadi padanya nanti; waktunya kian mendekat. Hayano belum memberitahukan berita ini pada siapapun bahkan pada master yang sudah lama ia layani.

Sylvie Rosario Genferin, salah satu dari anak termuda di keluarga besar Genferin. Rambut putih sepinggangnya membuatnya tampak indah dan menawan. Berawal dari kejadian saat Hayano mengetahui rahasia Sylvie yang merupakan vampire, ras yang Hayano kira hanya ada di buku fiksi. Demi menjaga rahasia, dia menerima pilihan untuk menjadi butler Sylvie, begitulah keadaannya sekarang. Melayani, merawat, dan menjaga Sylvie.

Ingatan tentang kecelakaan itu terus berputar dalam otaknya, kecelakaan yang membuat pemuda bernama lengkap Aokaze Hayano ini kehilangan ingatannya. Semua ingatan Hayano tentang masa lalu sebelum kecelakaan itu terjadi sedikit demi sedikit mulai muncul, termasuk penyakit yang dideritanya sejak kecil. Ingin sekali Hayano mengatakan soal penyakitnya pada Sylvie, tetapi masternya ini masih terlalu muda, Hayano tidak yakin untuk memberitahunya. Sylvie sudah pernah bilang kepadanya agar ia memberi tahu semua padanya ketika ada masalah, tapi di sisi lain dia juga tidak mau Sylvie sedih. Rasa bersalah menguat di hati Hayano, apa yang harus dia lakukan?

“Hayano.” Sylvie berlari mendekati Hayano sambil membawa beberapa bunga mawar. Dia berdiri di hadapan Hayano, memintanya untuk membungkuk. Hayano menurut, sedikit penasaran apa yang ingin dilakukan oleh masternya. Sylvie menyelipkan satu bunga mawar ke telinga Hayano, “Untuk Hayano.”

“Terima kasih, young lady.” Panggilan yang Hayano berikan pada Sylvie.

Sylvie peka terhadap seseorang, dia tahu butler di hadapannya sedang memikirkan sesuatu, meski tatapannya datar tetapi terbesit kesedihan. Mengapa dia tidak menceritakan masalahnya? Bukankah mereka sudah berjanji? Oh atau mungkin Hayano belum siap untuk menceritakannya padanya, Sylvie hanya perlu menunggu. Sekarang Sylvie dan Hayano berada di taman, menikmati pemandangan. Hayano menatap ke bawah tepat ke arah sepatunya, dia tidak mau kehilangan semua kenangan berharga ini, semenjak kecelakaan hidupnya hampa dan tidak berarti. Orang yang dia sayang juga sudah meninggalkannya ke tempat yang lebih baik.

Hayano memejamkan mata sesaat lalu membuka kembali, mata birunya menatap lurus dan datar ke arah Sylvie, “Young lady, bolehkah saya beristirahat sejenak di kamar? Saya merasa tidak enak badan.”
Sylvie yang masih asik memainkan bunga mawar di tangannya menoleh pada si butler, dia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Walau berbeda status, Sylvie juga harus tetap memperlakukan Hayano dengan baik sama seperti yang Hayano lakukan padanya.

Hayano menundukkan kepala hormat, kedua tungkainya bergerak masuk ke dalam rumah, memfokuskan tujuan untuk kembali ke kamar. Sesekali dia menyapa para pelayan lainnya yang kebetulan lewat.

Di perjalanan, Hayano terus memegangi kepalanya yang sakit. Penglihatannya mulai memudar, tidak! Jangan sekarang, jarak ke kamar  hanya perlu beberapa langkah lagi. Hayano bertumpu pada dinding, berjalan perlahan. Sementara kedua kakinya sudah bergetar hebat tanda akan kehilangan keseimbangan. Benar saja, tak lama tubuhnya ambruk tepat di depan kamarnya.

Their StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang