"Nin, si Biru kok belum balik-balik sih?" tanya Bara pada Nindy yang sudah duduk manis di meja makan untuk makan malam bersama. Sumpah ini makan bareng-bareng aja tapi berasa kondangan yak :)
"Ha? Nggak tau Bar sumpah deh. Lagi jalan kali sama Kak Satria." Jelasnya sambil menerka-nerka.
"Aduh, tapi kok nggak ngabarin sih dia kalo emang mau makan malem di luar, aelah." Ujar Bara dengan bersungut-sungut.
"Santai aja Bar, lo kan biasanya juga kalo mau makan malem di luar bareng cewek nggak pernah mau ngabarin si Biru tuh." Sindir Ardhi.
"Yaelah iya sih Dhi, tapi kan--"
Ting Tong!
Ucapan Bara terpotong kala suara bel kosan berbunyi dengan nyaring, Sagita yang emang lagi berdiri langsung aja lari ke depan buat bukain pintu. "Siapa sih namu ke kosan kok malem-malem, aneh banget." Batinnya."Loh Biru?" kagetnya saat melihat ada di depannya adalah seorang Biru, "Lo kenapa? Mata lo kok sembab, kenapa?"
Biru yang dihujani pertanyaan seperti itu semakin ingin menangis lalu langsung masuk tanpa berkata apapun pada Sagita. Lalu, Biru melangkahkan kakinya ke arah ruang makan yang sudah penuh anak kosannya dengan Sagita yang mengekori di belakangnya dan dipenuhi rasa penasaran campur bingung.
"BARA!" teriak Biru yang sontak mengejutkan seluruh atensi anak kosan, mereka secara serempak menolehkan kepalanya kepada kondisi Biru yang berantakan.
"LO KENAPA?" balas Bara sambil buru-buru berdiri dan menghampiri kembarannya.
Biru pun langsung memeluk Bara sambil menangis tersedu-sedu, Bara yang bingung langsung menepuk-nepuk punggung Biru untuk menenangkannya. Setelah merasa Biru agak tenang, Bara pun melepaskan pelukannya lalu menyuruh Biru untuk menjelaskan situasinya.
"Bar, gue diselingkuhin sama kak satria. Bajingan banget!" Ucap Biru dengan penuh emosi lalu kembali menangis.
"Kok bisa? Lo tau dari mana?" tanya Bara.
"Temennya tadi bilang ke gue kalo dia ngajak ketemuan, yaudah gue berangkat ke sana. Eh nggak taunya, dia disana lagi nyium cewek lain. BAYANGIN BAR NYIUM. DI BIBIR. LO KEBAYANG NGGA SAKIT HATI GUE KAYAK GIMANA." Napas Biru tercekat disela-sela ia bercerita.
Biru menarik nafas berat, "Habis itu langsung gue datengin, terus gue putusin. PARAHNYA, LO TAU REAKSI DIA APA? "Oh oke." GITU DOANG BAR, GITU DOANG. IH SUMPAH SUMPAH KESEL BANGET," Lanjutnya masih menangis dan mulai memukuli Bara sebagai pelampiasan. Bara yang digunakan sebagai pelampiasan hanya diam.
Bara menatap kembarannya dengan iba, akhirnya memegang bahu Biru lalu ia agak menundukkan badannya agar tinggi mereka sejajar. "Makanya Ru, kan udah gue bilangin. Kalo mau pacaran kenalin ke gue dulu, soalnya gue udah tau sih kalo akhirnya bakalan kaya gini. Secara lo polos banget, digoblokin sama cowok yang sifatnya 11 12 sama kembaran lo, lo mau." Ujarnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit di Bali
Ficção Adolescente[ Millenials squad ] - Warning! full of harsh words. Dibawah langit bali, dan diatas tanah berpijak. Mereka menorehkan cerita yang dibumbui romansa dan kerecehan khas muda mudi masa kini. © Ryujeanhan, 2020.