Menabrak

38 3 0
                                    

Hari ini aku terlambat kesekolah. Ayah terpaksa mengantarku, karena kalau berjalan kaki pasti akan sangat terlambat. Ayah menghentikan motornya di depan gerbang sekolah. Aku tidak melihat satupun siswa yang berkeliaran di luar. Sepertinya bel masuk sudah berbunyi. setelah berpamitan dengan ayah, aku berlari menuju kelas. Kupacu langkahku secepat mungkin.

Sudah terbayang wajah seram Pak Rahmad guru Bahasa Indonesia. Pasti nanti aku bakalan dimarahi. Kemarin saja Doni di suruh berdiri di depan kelas sampai pelajaran selesai . Karena Doni tidak mengerjakan PR. Satu belokan lagi aku akan sampai di kelasku. Tiba-tiba " Aagghhh" tubuhku terjatuh. Buku yang aku pegang pun berserakan.

Rupanya aku baru saja menabrak seseorang. Dengan cepat ku berdiri kembali. Mengabaikan rasa sakit di bokong ku. Hampir saja ku keluarkan kata-kata umpatan. Namun cepat kuhentikan begitu melihat siapa yang barusan aku tabrak. Jantungku benar-benar mau copot. Wajah bersih dengan bulu halus di sekitar dagu dan rahangnya. Mata yang jernih terus menatapku. Bibirnya yang kemerahan tersenyum manis. Aku benar-benar terpaku, tak mampu berkata apa-apa.

" Lain kali kalau jalan hati-hati ya" suaranya begitu datar.

" Ma...maaf Pak" jawabku sambil menundukkan kepala. Aku tidak berani melihat wajah Pak Fadhil. Seketika aku teringat dengan kelasku. Kutinggalkan pria tampan itu. Kupelankan langkah begitu mendekati kelas. Aku berusaha membaca situasi. Masih terdengar ribut-ribut dari dalam kelas. Sepertinya Pak Rahmad belum datang. Kalau beliau sudah di dalam kelas, tidak mungkin kelas akan ribut. Kubuka pintu kelas dengan pelan. Semua terdiam. Kusurongan kepalaku sedikit ke dalam, teman-teman bersorak. Aku sampai kaget. Ternyata hari ini Pah Rahmad tidak datang karena sakit.

Jam bahasa Indonesia kami habiskan dengan membaca di Perpustakaan. Kami kembali ke dalam kelas untuk melanjutkan jam berikutnya. Begitu kami memasuki kelas ternyata Pak Fadhil sudah ada di dalam. Sepertinya beliau sudah siap untuk memulai pelajaran. Kami semua duduk manis di meja masing-masing. Aku masih sedikit malu mengingat kejadian tadi pagi. Kutekukkan wajahku, tidak berani menatap.

" Sebelum saya mulai, silahkan kumpulkan dulu tugasnya" suara Bas Pak Fadhil terdengar ke seluruh ruangan kelas. Kubuka tasku hendak mengambil tugas Matematika yang semalam aku kerjakan. Mataku terbelalak. Karena bukunya tidak ada. Kukeluarkan semua isi tas. Tapi tetap tidak ada. Badanku mulai lemas.

" Ini sudah semua?" Pak Fadhil merapikan tugas yang dikumpulkan teman-teman. " Zahra belum mengumpulkan Pak" suara Lia si ratu kepo membuatku kaget. Kurasakan semua pandangan mengarah padaku.

" Sudah, ini tugas Zahra, dan sayapun sudah memeriksanaya." Ujar Pak Fadhil. Sontak saja Lia ditertawakan semua penghuni kelas. Dengan sedikit keheranan saya menatap Pak Fadhil. Namun beliau malah mengacuhkan aku dengan memulai pelajaran.

RINDU UNTUK PAK GURUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang