Aroma yang Kusuka

31 3 0
                                    

Aku berusaha mengikuti pelajaran Matematika dengan sebaik mungkin. Walaupun sebenarnya fikiranku masih dipenuhi berbagai pertanyaan tentang bukuku yang tiba-tiba ada sama Pak Fadhil. Ku coba kesampingkan pikiran itu.

"Minggu depan kita ulangan ya" ujar Pak Fadhil sambil menutup pelajaran.

Aku lihat Pak Fadhil bersiap meninggalkan kelas. Kucoba menghampiri pria tampan yang selalu hadir disetiap pandangan mataku.

" Ada apa?" Pak Fadhil menghentikan gerakannya. Tubuhnya lurus menghadapku. Tatapannya begitu lekat seolah-olah ingin menarikku kedalammya. Seperti biasa aku tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhku kaku tak mampu bergerak.

" Zahra..... mau...." Suaraku hampir tak terdengar, lidah ku kaku tak bisa digerakkkan.

" Mau apa" terlihat senyum dibibirnya. Aku mulai berani menatap Pak Fadhil.

" Buku.." ujarku sambil menunjuk bukuku yang ada ditangannya.

" Oh..ini. Nanti ya, setelah semuanya selesai saya periksa" katanya sambil melangkah meninggalkan ku. Aku ikuti langkahnya dari belakang. Tercium aroma parfum yang sangat aku suka. Aku seperti jarum pentul yang ditarik magnet. Terus menempel mengikuti langkah Pak fadhil. Seperti keheranan Pak Fadhil menghentikan langkahnya.

" Zahra?" dengan lembut beliau memanggil namaku.

" Kok buku Zahra bisa ada sama Bapak?" pertanyaan yang dari tadi aku pendam akhirnya mampu keluar dari bibirku. Pak Fadhil tertawa, terlihat barisan giginya yang tersusun rapi.

" Ingat kejadian tadi pagi?" Pak Fadhil mendekatkan kepalanya. Hembusan nafasnya menyapu rambutku. Aku mencoba memutar kembali memori ku tentang kejadian tadi pagi. Aku baru ingat buku itu pasti terjatuh ketika kami bertabrakan. Tidak sempat aku ambil karena buru-buru pergi . Mungkin Pak Fadhil mengambilnya setelah aku berlalu.

" Sudah Ingat" Pak fadhil melambaikan tangannya ke wajahku. Aku kaget, dan memundurkan kepalaku.

" Lain kali lebih hati-hati lagi, jangan suka terlambat" suaranya sengaja dipelankan.

" Iya Pak" aku mengangguk pelan.

" Jadi sekarang saya mau kekantor, kamu masih mau ikut?". Ujarnya menggodaku. Pipiku memerah di goda seperti itu. " tidak Pak" sambil tersipu malu aku melangkah meninggalkan Pak Fadhil yang masih tetap tersenyum menatapku.

RINDU UNTUK PAK GURUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang