*Arvian P.O.V*
Kurang apa lagi sih, perjuanganku?
Aku sudah banyak berkorban untuknya.
Aku sudah memperjuangkan cintaku mati - matian.
Aku sudah mencoba meyakinkannya bahwa rasa sayang ini bukan main - main.
Hanya karena si brengsek itu, dia menjadi ragu kepada semua perjuanganku.
Aku melajukan sepeda motor lebih kencang daripada biasanya.
Satu tujuanku, rumah si brengsek.
Setelah 30 menit berlalu. Sepeda motorku berhenti tepat di teras rumah bercat krem itu.
tok tok tok tok tok. Aku mengetuk pintu dengan kasar. Kedua tanganku terkepal tajam.
Dan 5 detik kemudian wajah si brengsek muncul dihadapanku.
Tanpa basa basi. Kulayangkan tinju ke pipi kirinya. Hingga dirinya terhuyung menjauh beberapa meter.
"Apa - apaan ini?!!" Si brengsek itu tidak terima atas pukulanku.
"Ini pantas buat lo terima yang udah nyakitin Monica!" Jawabku geram.
"Huh. Bodoamat tentang si Monica! Apa pedulinya gue!"
Aku menarik kerah bajunya keatas sehingga dirinya nampak lebih tinggi dariku.
"TOMMY DENGER. JANGAN PERNAH HADIR DI HIDUP MONICA LAGI. JANGAN PERNAH. SEDETIK AJA LO MUNCUL DI HADAPAN MONICA. NYAWA LO MELAYANG."
Aku menghempaskan tubuh Tommy hingga masuk ke dalam rumahnya. Segera aku membanting pintu hingga tertutup kedalam. Pekikan kesakitan keluar dari mulut Tommy.
Kunaiki sepeda motorku dan kulajukan sekencang mungkin.
Emosi dalam tubuhku sedang membabi buta, dan aku tidak bisa menahannya.
Aku tidak akan memaafkan siapapun yang menyakiti Monica.
Tidak akan pernah. Karena aku mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOGETHER
Romance*** "penolakanmu bukan berarti aku harus berhenti memperjuangkan cintamu." *** Wajahmu sendu, sorot matamu menunjukkan bahwa takut padaku. Kau takut aku bersikap sama dengan si brengsek itu. Hatiku pedih, ingin sekali aku memelukmu dan memberitahum...