βinar & βara - O2

190 9 140
                                    

Barongsai sialan!

Binar bersumpah akan mengempeskan ban mobil Bara nanti sepulang sekolah. Biar Bara tahu rasa, dan gak bisa pulang ke rumahnya sekalian!

Tadi, begitu Binar melewati pintu kelas, wajah masam Bu Apong-lah yang pertama kali ia temui. Meski Bu Apong berdiri di dekat meja guru yang berlawanan arah dengan pintu masuk, tetapi mata laser Bu Apong yang tajam membuat Binar merasa tegang seperti tengah di tilang polisi.

"Binar Mentari?"

"Iya, Bu?" Binar menelan ludah, menyadari mungkin kalimat yang akan di lontarkan Bu Apong selanjutnya merupakan kesengsaraan bagi nilai Matematikanya.

"Berdiri di depan kelas dengan sebelah kaki terangkat sampai jam pelajaran saya selesai. Dan yang lain." Bu Apong menjeda sejenak, memperkuat atmosfer tegang yang tercipta. "Keluarkan kertas selembar, kita ulangan sekarang."

Seluruh isi kelas menghela nafas berlebihan lalu menatap Binar dengan tatapan siap menerkam mangsa. Gara-gara Binar, mereka jadi ketiban sial. Ulangan mendadak, di jam pertama, Matematika pula!

"Tapi, Bu, nanti ulangan sa-" Kalimat Binar terhenti karena tatapan membunuh yang di layangkan Bu Apong. "Baik, Bu, saya keluar." Dengan lesu Binar menyeret langkahnya keluar dari ruang kelas, kemudian mengangkat sebelah kaki. Dalam hati ia bersumpah akan membunuh Bara nanti!

๑๑๑

"Bar, Binar lagi di hukum," bisikan dari Gavriel membuat Bara jadi tersadar dari lamunannya.

"Tahu dari mana, lo?" Sebenarnya tanpa bertanya pun, Bara sudah tahu karena ia sendirilah penyebab Binar di hukum.

"Tadi pas gue sama Natha ke ruang guru, gue lihat Binar lagi berdiri di depan kelasnya."

Senyum semringah langsung tercetak di bibir Bara. Kemudian, ia menutup bukunya. Ada yang lebih menarik dari pembelajaran di kelas. Bara pun bangkit dari duduknya, menimbulkan suara berderit dari kursi yang semula di dudukinya.

Ketika Natha yang berada di barisan berbeda menoleh, Bara memberikan kode lewat tatapan mata yang langsung di mengerti oleh cowok itu.

"Mau kemana, lo?" Gavriel menatap Bara dengan bingung karena tiba-tiba cowok itu berdiri.

"Mau nyamperin Binbin kesayangan, dong." seru Bara dengan mata berbinar.

Gavriel mendengus merasa geli akan tingkah teman sebangkunya itu. "Cepetan tembak dong, di embat orang baru tahu rasa, lo."

Bara tidak menggubris kalimat Gavriel. Ia memilih berjalan santai ke depan kelas dengan wajah tanpa dosanya. Pak Cece yang sedang menulis di papan tulis seketika menoleh ketika mendengar derap langkah kaki menuju pintu.

"Bara, kamu mau kemana?" tegur Pak Cece menghentikan aktivitasnya sejenak. Pria itu menatap muridnya dengan tatapan penuh selidik. Begitupun dengan seisi kelas. Mereka menunggu kelakuan nyeleneh Bara yang belum mereka temui pagi ini.

Bara tidak menggubris pertanyaan Pak Cece. Kakinya terus melangkah ke ambang pintu, membuat Pak Cece mengetuk-ngetuk spidol ke papan tulis. "Bara, cepat kembali ke tempat dudukmu. Kalau tidak, Bapak akan kasih kamu hukuman."

Mendengar perkataan Pak Cece, Bara berbalik, membuat Pak Cece melongo sekejap di susul ucapan hamdalah karena merasa bangga bisa membuat anak bandel itu patuh padanya.

"Ide yang sangat brillian, Pak! Saya senang kalau Bapak memberi saya hukuman!" seru Bara bersemangat, membuat seisi kelas-kecuali Pak Cece-mengulum bibir, berusaha menahan tawa. "Tapi, Pak, di hukumnya di kelas XI IPA 2, ya Pak? biar saya ada temennya." Bara menyatukan kedua tangan dengan wajah memohon.

Binar & BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang