βinar & βara - O3

158 7 197
                                    

Binar meregangkan otot tangannya yang terasa pegal. Menyapu taman sekolah yang sangat luas di tambah dengan banyaknya pepohonan itu membuat Binar merasakan pinggangnya akan melorot jatuh sampai ke kaki.

Bibir tipis Binar manyun, sementara benaknya sedang sibuk menggerutu dan menyumpah serapahi Bara yang sudah membuatnya meninggalkan beberapa mata pelajaran berharga hari ini.

Sebenarnya, kena hukuman karena terlambat merupakan sebuah pengalaman baru dalam hidup Binar. Pengalaman membanggakan lainnya adalah, ia berhasil membuat seorang Bara menyelesaikan hukuman sampai tuntas.

Karena biasanya, cowok itu selalu menjadikan hukuman sebagai ajang untuk bersenang-senang. Disuruh berjemur di lapangan malah ngadain konser dadakan yang hanya bermodalkan nekat dan muka tebalnya. Disuruh bersihin kamar mandi malah meminta karyawan OB sekolah untuk mengerjakan hukumannya sementara dia sendiri kabur bolos untuk tidur di UKS. Cowok itu memang jauh dari predikat murid baik-baik.

Sore ini Binar sedang beristirahat di kantin, sambil menunggu Bara yang sibuk di sekretariat band. Tadi, setelah menyelesaikan hukuman menyapu taman, Binar kembali ke kelas untuk melanjutkan pembelajaran. Sementara Bara? Cowok itu menghabiskan waktu yang tersisa untuk berkunjung ke markas kesayangannya-UKS.

Bel pulang baru berbunyi beberapa menit yang lalu, sehingga keadaan sekolah masih ramai dengan para siswa yang berhamburan ke parkiran. Saat sedang menunduk memainkan ponsel, suara deheman seseorang membuat fokus Binar jadi terpecah.

Binar mendongak, lalu mengerutkan kening ketika melihat seorang cewek manis berambut sebahu tengah menatapnya dengan seulas senyum kikuk. Binar membalasnya dengan senyuman tipis. Paling numpang duduk, pikirnya, lalu kembali menundukkan kepala, sibuk berselancar di dunia maya.

"Ehm, K-kak." Suara pelan cewek di depannya membuat Binar kembali mendongakkan kepala.

"Ya?" tanya Binar sekenanya.

Cewek itu melipat bibirnya, terlihat gugup. Binar yang merasa heran akhirnya memilih kembali bersuara. "Ada apa? Gak usah gugup gitu, deh, gue kan bukan istrinya Pak Presiden, santai aja kali." Binar tahu celetukannya barusan sangatlah garing, segaring gurun sahara dan se-crunchy kulit ayam krispi. Tapi setidaknya, ia ingin sedikit mencairkan suasana.

Mendengar candaan Binar, cewek itu jadi semakin mengembangkan senyum. Ia mengulurkan tangan kanannya. "Aku, Selena, Kak."

Binar mengangkat kedua alisnya sebelum balas tersenyum sambil membalas jabatan itu. "Gue, Taylor Swift."

Selena refleks tertawa mendengar ucapan Binar. Ternyata Kak Binar enggak sejutek yang aku pikirkan.

"Jadi, lo datengin gue mau ngajak collab? Mau kapan? Gue banyak waktu luang, kok." Binar kembali bercanda, membuat Selena kembali tertawa.

"G-gini, Kak Binar, sebenarnya-"

"Loh, lo tahu nama gue?"

Selena meringis. "Eh i-iya, aku tahu, kok."

Binar mengibaskan tangannya. "Duh, emangnya gue sefamous itu, ya, sampai-sampai lo bisa tahu nama gue?" Binar terdiam sejenak, mengetuk pelipisnya tanda berpikir. "Ah, jangan bilang lo kenal gue karena Bara?"

Merasa tertembak tepat, Selena membulatkan matanya terkejut. Sementara Binar yang melihat ekspresi Selena hanya bisa menghela nafas panjang.

"Jadi, ada apa?" tanya Binar to the point, malas berinteraksi lama-lama dengan Selena yang notabene-nya Bara lovers. Paling ujung-ujungnya minta tolong, ngejadiin Binar sebagai kurir dadakan yang harus menyampaikan barang titipan dari mereka.

Binar & BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang