Sisi membuka mata, tersadar dari pingsannya. Dilihatnya sekeliling. Ada Kevin, Mila, Dicky, Cio, Lyora dan.... Digo? Mana Digo? Ada apa dengan Digo? Apa yang terjadi dengan Digo? Kenapa Digo gak ada di samping gue? Kemana Digo?
Kevin yang melihat Sisi bangun, langsung memeluk nya.
"Lo baik-baik aja kan, Si?" tanya Kevin mengerjapkan matanya yang basah.
Sisi diam. Matanya mencari-cari sosok seseorang.
Mila yang menyadari siapa yang Sisi cari, segera mendekat, dan menggenggam tangan sahabatnya erat, mencoba mengalirkan kekuatan dan ketenangan.
"Sisi, Digo gak pa pa kok. Dia sedang dirawat. Luka di lengannya cukup dalam, dia juga kehilangan banyak darah. Tapi dia baik-baik aja. Lo tenang aja ya. Setelah lo kuat, gue akan anterin lo ke tempat Digo."
"Mila, gue mau lihat Digo. Sekarang Mil! Gue khawatir sama dia" kata Sisi lemah.
Cio yang mendengar ucapan Sisi segera keluar memanggil dokter.
Dokter memeriksa Sisi beberapa saat, kemudian tersenyum mengangguk pada Cio.
Cio menghembuskan nafas lega.
"Mila, lo bisa anter Sisi ke tempat Digo. Pakai kursi roda aja," kata Cio menoleh ke Mila yang mengiyakan.
Mila segera mendorong kursi roda ke dekat tempat tidur, sementara Kevin menggendong Sisi dan mendudukkannya di sana.
Mila dan Kevin keluar dari kamar menuju ke kamar Digo dengan mendorong kursi roda Sisi.
.....
Digo masih terlelap ketika Sisi datang bersama Mila dan Kevin.
Setelah mendekatkan kursi roda Sisi ke dekat tempat tidur Digo, Mila dan Kevin meninggalkan Sisi di sana.
Sisi menatap wajah Digo yang sedang tertidur karena pengaruh obat penenang. Dokter sengaja memberikan obat penenang karena Digo yang kehilangan banyak darah bersikeras menunggui Sisi yang pingsan.
"Honey, ini aku Sisi. Makasih ya untuk semua yang sudah kamu lakuin buat aku. Aku bangga punya kamu di samping aku. Aku sayang sama kamu.... Bangun dong, Honey...." Sisi terisak. Tangannya terulur mengusap lembut pipi Digo, kemudian menyentuh luka di lengan Digo yang sudah diperban hati-hati.
Digo membuka matanya perlahan. Pengaruh obat penenang itu berangsur menghilang. Dikerjap-kerjapkan matanya yang pedih terkena sinar lampu kamarnya. Bayangan seseorang di sampingnya tampak kabur, makin lama makin jelas. Sisi tersenyum menatapnya!
Digo mengedipkan matanya beberapa kali sebelum meyakini kalo orang yang di dekatnya benar-benar Sisi.
"Hai Honey," sapa Sisi yang tersenyum manis tapi pipinya basah air mata.
"Hai Sayang," balas Digo hampir berbisik.
"Kamu baik-baik saja kan?" tanya Sisi.
"Aku gak pa pa kok , Sayang. Kamu gimana? Kok kamu nangis? Aku panik banget waktu liat kamu pingsan tadi," Digo memandang Sisi cemas.
"Sisi gak pa pa, Digo. Kata Dokter sih karena shock, terlalu histeris diakibatkan trauma masa lalunya," sahut Cio melangkah ke dekat Sisi disusul Lyora.
"Lo itu gak berubah ya! Tetep bandel!" cetus Lyora melihat keadaan Digo," Tadi bokap lo nelfon gue karena nelfon lo gak diangkat!"
"Ada apa?" tanya Digo mengernyit merasakan sedikit nyeri di lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know
Fiksi PenggemarJika persaudaraan terjalin erat, takkan ada kata sendiri. Jika persahabatan terikat kuat, takkan ada kata tersisih. Dan jika cinta terpaut dalam kasih sempurna, takkan ada kata kekurangan.