Pagi yang cerah. Zafran yang sedang duduk dipinggir trotoar, menggigitkan jari-jarinya ketika melihat seorang anak kecil dengan ibunya dari sudut luar restoran yang sedang memakan lahap fried chicken-nya .
Zafran memang anak yang tidak pernah merasakan kebahagiaan itu. Karna setiap hari, ia hanya bisa memakan makanan sisa hasil uang pulung ibunya.
Ayahnya sudah meninggal pada saat zafran berusia satu tahun. Umur zafran kini sudah memasuki enam tahun.
Zafran dan ibunya hanya hidup berdua dilapak kecil yang terbuat dari sisa-sisa puing asbes.
Untuk membeli sebungkus nasi pun, zafran harus membantu ibunya dengan menjual koran dipinggir lampu merah. Pendapatannya juga tidak banyak, tetapi zafran tetap bersyukur atas apa yang sudah ia dapatkan dari hari ke hari.
Bagi anak-anak sebayanya, mungkin ini adalah hal yang tidak biasa. Tidak semua anak bisa menjadi seorang Zafran.
Masih banyak yang mengeluh,
masih banyak yang tidak bersyukur dan masih banyak pula yang selalu menetang takdir.Jika seorang ibu yang selalu mengkhawatirkan anaknya, berbeda dengan Zafran. Ia selalu mengutamakan isi perut ibunya. Hanya makanan sisa yang didapatkan Zafran untuk kebutuhan seharinya.
Kue berjamur yang dibungkus tidak layak, sisaan kue kecil yang mungkin sudah terkontaminasi kotoran, makanan basi bahkan makanan buruk sekalipun. Zafran tidak perduli akan hal itu, yang ia fikirkan adalah bagaimana dirinya dapat kenyang tanpa harus membuat ibunya cemas.
Ibu mana yang tidak cemas dengan anaknya yang masih berusia kecil, harus bertantang-tenteng berlalu-lalang mencari nafkah untuk memenuhi kehidupannya.
Pada saat Zafran mengelus perut kecilnya dengan tersenyum bahagia, ibunya datang menghampiri Zafran yang sedang duduk disebuah paparan kayu beralas tikar.
"anak ibu lapar?." Tanya ibu.
"tidak, aku sudah makan bu. Jangan khawatir." jawab Zafran.
"makanan apa yang sudah menelusuri organ-organmu?." Ucap ibu sambil memainkan perut Zafran dengan telunjuknya.
"makanan yang mubazir kalau tidak dihabiskan bu." jawab Zafran.
Ibunya hanya bisa menangis dan berbicara dalam hati "mengapa nasib anakku seperti ini, Apakah jalan hidupku ditakdirkan sebagai orang tak punya?"
Zafran yang melihat ibunya sedang menangis, ia segera menghapuskan air mata di pipinya.
"jangan nangis, Zafran baik-baik saja bu." Ucap Zafran.
"maafin ibu nak, seharusnya diseusiamu. Kamu berhak bahagia seperti anak kecil lainnya, maafin ibu yang hanya bisa merepotkanmu." Balas ibu sambil mengusap-usap kepala Zafran dengan lembut.
"aku tidak merasa direpotkan, justru aku yang selalu merepotkan. Maafin aku ya bu." sahut Zafran.
Ibu Zafran pun langsung memeluk tubuh Zafran erat.
"bu, engkau tau ? Aku lebih membutuhkan pelukan hangatmu dari pada hartamu. Karna aku tau hartamu tidak banyak, itu tugasku untuk membuat ibu merasakan bagaimana mempunyai harta yang tidak senilai dengan uang. Banyak orang diluar sana yang mempunyai banyak fasilitas. Tetapi mereka sangat kekurangan kasih sayang seorang ibunya, aku bangga memiliki ibu sepertimu didalam hidupku." ucap Zafran sambil mencium tangan ibunya.
Note:
Sesudah membaca jangan lupa untuk vote dan commentnya ya⬇️ ⭐️ ⬇️💬
KAMU SEDANG MEMBACA
berjuang untuk hidup
General Fictionseorang anak kecil yang mempunyai keterbatasan ekonomi di dalam kehidupan keluarganya. zafran aldrean namanya, ia selalu iri dengan anak kecil lain yang selalu mendapatkan kebahagiaan lebih sebagai takdirnya tetapi, zafran tetap menjalani hidupnya...