BAB XII

22 4 2
                                    

Setelah mendapatkan semua perlakuan dari istrinya pak hartono, Zafran memutuskan untuk pergi saja dari rumah itu. Ia menuliskan surat diselembar kertas yang berisi permohonan maaf atas perlakuannya selama ini dan izin untuk meninggalkan rumah mereka.

Surat itu diletakan dibawah selipan vas bunga yang berada tepat disamping tempat tidur pak hartono.

Disurat itu, Zafran berjanji akan pulang ketika ia sukses nanti.

Tanpa disadari istri hansip itu melihat apa yang sedang ia lakukan. Ia mengambil surat itu, membacanya lalu membuangnya. Zafran yang sudah pergi meninggalkan rumah itu pun sudak tidak memiliki jejak.

Suasana keruh, langit gelap. Petir pun menggelegar menguasai langit, awan putih menghilang, nampak hambar.

Sampah plastik berterbangan disisi jalan, angin menggoda pepohonan, aspal terguyur hujan.

Zafran enggan menoleh ke kerubunan orang di sisi jalannya. Mereka berteduh dibawah halte rumpang. Sedangkan Zafran terus berlari sampai percikan air yang ia lewati muncrat ke sisi jalan.

Tidak ada lagi yang ia harapkan, hanya kerinduan dengan orang tuanya yang ia rasakan. Ia berharap mati saja karna kelaparan, seenggaknya bisa bertemu sapa dengan orang tuanya di syurga.

Zafran menginjakan kakinya dipemakaman ibunya yang kini kian bertanah anjlok akibat hujan. Membuat kakinya ditenggelami oleh tanah merah bercadangkan air.

Ia memeluk nisan ibunya, dan menangis sehebat-hebatnya. Ia sangat rindu akan kasih sayangnya.

Flashback

Dahulu ibunya pernah berpesan, agar Zafran selalu kuat bagaimanapun kondisinya. Dalam kondisi buruknya pun mampu ia jalani sampai saat ini, 3 tahun yang lalu.

"bu hidangan apa yang kita makan untuk hari ini?."

"dadar telur kesukaan anak ibu." ucap ibu tersenyum manis sambil membuka-kan kerai makanan.

"wah, alhamdulillah, kita makan berdua ya bu."

Ibunya mengambilkan sepiring nasi dan telur dadar itu. "nih nak, anak ibu harus makan yang banyak yaa." ucap ibu

Yaa, itu dimana mereka masih bertempat dikontrakan yang pernah mereka tempati dengan ayahnya.

Setelah mereka sedang asik menikmati makannya, orang yang mempunyai kontrakan itu datang menggedor-gedorkan pintu rumah.

Ibu Zafran keluar untuk segera membuka-kan pintu. "heiii!! Kalian sudah nunggak beberapa bulan ini, mau dibayar atau kalian pergi dari kontrakan saya?."

"maaf bu, saya belum punya uang." ucapnya

"eh keluarga saya juga butuh uang! Saya ngontrakin rumah ini untuk menghasilkan uang, jika kalian tidak bayar. Dari mana saya dapat penghasilan!." ketus ibu kontrakan

Tiba-tiba Zafran keluar, dan ibu kontrakan ini menyeret Zafran dan ibunya secara paksa meninggalkan kontrakannya. Sehingga ia harus mencari tempat tinggal yang seenggaknya tertutup dari panas matahari dan hujan.

Itulah yang membuat Zafran dan ibunya tinggal bertahun-tahun dibawah puing-puing asbes bangunan.

Zafran mengingat hal itu, menangis dan menggoyak-goyakan nisan ibunya. "kenapa buu! Kenapa ibu pergii, ibu belum melihat Zafran sukses. Agar kita tidak diinjak-injak lagi dengan manusia yang tidak mempunyai adabbbb! andai mati suri didalam kubur itu ada, aku mengharapkannya ibu! Aku mengharapkannya!!!!!!." ucap Zafran dengan kencang hingga petir dan geledek pun menggeleger.

Zafran memutuskan untuk mencari alamat saudara jauhnya yang berada di jakarta.

Ia teringat pada saat ayah dan ibunya masih ada, mereka pergi ke suatu tempat acara pernikahan yang ayahnya katakan itu adalah om atau bisa disebut adik dari ayahnya.








Note:
Sesudah membaca jangan lupa untuk vote dan commentnya ya.

⬇️ ⭐️             ⬇️💬








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

berjuang untuk hidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang