#3 - Halusinasi

123 9 0
                                    

Pagi ini, Hinata terserang demam karena kemarin tercebur di laut. Terpaksa karena Erin sedang sekolah Kaori yang libur menggantikan Erin untuk merawat Hinata.

" Panas mu mulai turun.. " Setelah mengecek termometer Kaori memegang dahi Hinata. Jantung Hinata berdegub kencang. Dia belum pernah diperhatikan seperti ini oleh Kaori.

" Zero.. " Hinata terus memegangi kristal kalungnya.

" Kau harus menguatkan hatimu. Zero menjadi seperti ini karena ingin melindungimu. Dan sekarang kau yang akan melindunginya. " Kaori menggenggam tangan Hinata. Tangan Kaori yang hangat membuat pikiran Hinata menjadi hangat pula.

" Aku akan mengirimkan tugas dlu.. Di sekolah.. Kau tunggu sini ya.. Istirahat lah.. " Kaori memakai jaketnya dan keluar dari kamar Hinata. Hinata hanya berbaring si sofanya. Kemudian terlintas ide di otaknya. Dia berusaha berdiri dan pergi ke mejanya. Dia menyalakan komputer dan alat scan.

Hinata memprogram komputernya dan meletakan kalungnya di atas alat scan. Ketika scan berhasil. Dia melihat area biru yang menandakan kehidupan Zero. Tapi area itu hanya sedikit. Sisanya adalah kekuatan Zero.

" Berarti.. Walaupun Zero tiada Belial akan tetap mengejarku.. Bukan hanya itu dia pasti akan mengambil kristal ini. " Hinata dengan cepat mematikan komputernya dan kembali berbaring di sofa. Dia memejamkan matanya sebentar tapi yang ada dia malah tertidur. Mungkin juga karena efek obat.

Dibawah kesadaran Hinata..

" Hinata... Hinata.. "
" Tempat apa ini? "
" Hinata! "
" Zero!! Dimana?! Dimana kau?!! "
" Hinata!! Agh!! "
" Zero!! "
" Hehehe... "
" Belial!?! "
" Hina.. Hinata..pergi!! "
" Demo Zero wa- "
" Aku bilang pergi!! Agh!! "
" Ha.. Akhrinya kau datang.. Coba saja kau selamatkan Zero! "
" Pasti! "
" Jangan aku mohon.. Hidupmu itu jauh lebih berharga... "
" Tapi Zero juga.. Jangan sia siakan hidupmu! "
" Heh.. Disaat seperti ini kau masih mementingkan Zero! "
" Agh!! Hinata aku mohon! "
" Aku.. Aku.. "

" ZERO!! " Hinata sadar dan membuat Kaori terkejut.

" Hinata kau baik baik saja? "
" Zero.. Zero.. "
" Tenangkan dirimu... " Kaori memeluk Hinata dan mengelus kepalanya.

" Ha.. Ha.. Ha.. Kaori.. " Keringat dingin mulai bercucuran. Hinata tak kuasa manahan takutnya sampai harus menangis. Setelah merasa membaik Kaori membaringkan Hinata di atas pahanya.

" Hinata... Tolong jangan pikirkan hal hal negatif. Ketika kamu demam tingkat halusinasi mu menjadi lebih tinggi. Kalu kamu memikirkan hal seperti itu.. Bisa bisa kamu kehilangan kesadaranmu.. " Kata Kaori sambil mengelus kepala Hinata.

" Tapi.. Aku tidak sedang halusinasi.. "
" Memang.. Tapi kau selalu memikirkan Zero kan? Kau khawatir padanya.. "
" Maaf membuatmu khawatir.. "

Kaori hanya mengangguk dan semuanya menjadi hening. Suasana hening membuat mata Hinata terasa berat. Akhirnya dia tidak bisa melawan rasa ngantuk dan tertidur.

" Tidak.. Aku tidak bisa biarkan kekhawatiran ku memenuhi otak ku.. "
" Hinata.. "
" Tidak.."
" Hinata.. "
" Tidak.. Tidak.. "
" Hinata.. Hina.. "
" Tidak bisa! ZERO?! "
" Haha... Bukannya tadi kau bilang mau menyelamatkan Zero? Hinata.. "
" Tidak.. Aku hanya berhalusinasi... "
" Kau itu tidak berhalusinasi.. Kau melihat kebenaran dari Zero sekarang.. "
" Tidak.. Ayo Hinata kuatkan hatimu.. "
" Jika kau maju aku akan membebaskan Zero.. "
" Hinata... "
" Ze.. Zero? "
" Hinata! Jangan terpengaruh.. Aku ada disini.. Aku selalu bersamamu! "
" Zero? Kristal ini.. "
" Aku akan selalu disampingmu! Kuatkan hatimu Hinata! "
" Aku.. Tidak akan maju satu langkahpun! Karena aku percaya.. Zero ada bersamaku! "
" Omong kosong! Kau hanya coba berpura-pura kuat! Aku tau kau ingin menyelamatkan Zero! "
" Bukan! Aku tidak sedang pura pura!! Zero.. Ada bersamaku! Aku tidak akan maju jika itu berarti kau ingin kristal ini!!! "
" Bagus.. Kau percaya pada hatimu.. Hina-chan.. "

[]

" Kaori? " Hinata bagun di sofanya tanpa ada Kaori. Tapi dia meninggalkan catatan dan sarapan serta obat. Badan Hinata sudah lebih baik.

" Makasih ya.. Kaori.. " Hinata membuka makanannya dan langsung melahapnya. Jomblo? Iyalah.

" Jomblo amat ya aku.. " Hinata menyalakan TV dan mencari saluran yang kelihatannya menarik.

" Berita pagi ini.. Pada pukul 5 pagi tadi terlihat kabut yang cukup tebal.. "

" Kabut? " Hinata melihat ke luar jendela. Tidak terlihat kabut sama sekali.

" Kabut ini menghilang pukul 7 pagi tadi.. "

" Ouh.. Pantas saja.. " Hinata membawa piringnya ke wastafel dan mencucinya.

" Eh.. Kristalnya??! " Hinata meraba lehernya dan kristal zero itu sudah tidak ada lagi di lehernya. Hinata panik dan buru buru mencarinya di sofa.

" Tidak ada.. "
" Disini juga.. "
" Haduh!! Gawat!!! "

Dan berlanjut sampai sore. Sekarang jam pulang sekolah Erin dan Kaori. Ketika mereka sampai Hinata langsung menghampiri mereka.

" Kaori!! Kau lihat kristal ku?! "
" Kristal? Maksudmu kalung itu? "
" Oh ini? " Erin mengangkat gelang dengan kristal biru.
" Itu?! "
" Ini punyamu.. Tadi aku modifikasi.. Kalau dijadikan gelang akan lebih baik.. Oh ya cara ini bisa meminimalis penculikan kristalnya.. "
" Lho?! Erin tau?! "
" Hehe iya.. Rasanya gk seru kalau rahasianya hanya kita.. "

" Haduh Kaori! " Hinata langsung terduduk lemas. Erin ternyata sudah tau bahwa kristal itu lebih penting dari yang diduga nya.
" Kalau punya masalah cerita aja... " Kata Erin sambil menepuk pundak Hinata.
" Iya.. Ngomong ngomong.. Makasih ya.. " Hinata kembali tersenyum, setidaknya dia lega ada yang mengerti perasaannya.

" Oya aku bawain donat kesukaanmu.. " Erin mengeluarkan kotak berisi donat. Hinata langsung tersenyum lebar.

" Hei berikan! "
" Nanti.. "
" Eih.. Aku juga mau!! "

[]

Cyber Ultra Zero The ChronicleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang