ii.

382 49 3
                                    







re; verse.

Chapter Two,
Too Fishy?

Chapter Two,Too Fishy?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ryujin duduk dikursi yang tepat berada di sudut kamarnya dengan pandangan yang mengarah ke pemandangan dari luar jendela, pikirannya menerawang entah kemana.


"Halo, Ryujin!"

"KAK HYUNJIN?!"


Yang lebih tua terkekeh ringan, "Kaget?"

Bagaimana tidak terkejut, tangan Hyunjin terlebih dulu menyapanya dengan lambaian sampai Ia sempat mengira itu tangan zombie yang menerobos masuk lewat jendelanya.

Tanpa aba-aba Hyunjin masuk ke kamar
Ryujin lewat jendela loteng yang terbuka,
"Sedang memikirkan apa, manis?"


blush.


"ti-tidak ada!"

"Jangan berbohong, kau tidak pandai berbohong- manis."

Terkutuklah mulut manis Hyunjin yang membuat Ryujin hanya menundukkan kepalanya, malu.


"Kupikir akan lebih baik jika kita berbicara diluar."


"Baiklah."






"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Mereka- hyunjin dan ryujin sudah berjalan di sekitaran kebun luas depan rumah Ryujin selama satu jam kurang. Keduanya bercengkrama ringan dan kadang menertawai kalimat bodoh yang diucapkan.


"Shin Ryujin, tidak kah kau pikir Ayahmu itu aneh?"

Ryujin memikirkan perkataan teman barunya.
Memang, sang ayah agak aneh semenjak Ibu pergi. Seperti menutupi sesuatu.

"Aneh? Bagaimana?"

"Dia keluar dengan koper besar dan baju bersimbah noda merah, apa itu tidak mencurigakan bagimu?"


Ryujin menyerngitkan keningnya, "Tidak. Ayahku itu memang suka membawa koper besar mungkin karena Ia akan lembur."

"Ya ya, terserah padamu saja. Mau ikut denganku menuruni bukit? dibawah terdapat sungai kecil yang deras. Bagaimana?"


"Sepertinya aku akan kembali. Ayah bilang jangan pergi terlalu jauh."


"Ah, baiklah."


Ryujin pergi setelah berpamitan kepada hyunjin, Sang pemuda menatap punggung Ryujin dengan tatapan tersirat.


watch and learn, tuan shin.








watch and learn, tuan shin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Pukul sembilan malam dan sang ayah belum pulang, mungkin sang Ayah sibuk.

Ryujin menatap kosong pintu yang ada dihadapannya, mendalami imaji tentang diri dan masa lalunya.


"Anak Ibu yang cantik, ayo sini bertemu duduk bertemu dengan anak teman Ibu."

Ryujin menggeleng kecil.

"Ryujin kau anak baik kan?!"

"Maafkan Ibu, sayang. Ibu tidak bermaksud membentakmu." ibunya memeluknya namun ditepis oleh ryujin terlebih dahulu.


Entahlah itu semua terasa seperti ilusi yang spontan terlintas diotaknya, Ryujin bahkan tidak tahu apakah itu hanya ilusi atau memori kelamnya yang ditepis jauh-jauh.


Terlintas lah pikiran untuk menelepon Ayahnya,
'Akankah lebih baik jika aku meneleponnya?'






Terlintas lah pikiran untuk menelepon Ayahnya,'Akankah lebih baik jika aku meneleponnya?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Drrrttt



Ponsel bergetar diatas laci kecil diruang keluarga, Ryujin segera mendatanginya untuk sekedar memeriksa.


itu ponsel ayah.


"Tidak kah Ayah pernah berkata jangan pernah meninggalkan ponsel padaku?"


Entahlah pikirannya terlalu penat untuk memikirkan hal yang menurutnya kecil.
















To Be Continue

aku menerima kritik dan saran
jangan lupa vote n komen, karena vomen kamu sangat berarti. terima kasih!

(1) reverse | hwangshinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang