iv.

258 36 2
                                    

re verse
Chapter four
Tragedy.





"Loh? Kak Hyunjin?!"


Ryujin sontak berteriak kaget dan tanpa sadar perlahan langkahnya mundur kebelakang dan nyaris saja terjatuh jika pergelangan tangan dan pinggulnya tidak dipegang Hyunjin.


Ryujin sangat terkejut sampai sepuluh detik kemudian Ia baru melepaskan pegangan dan sadar dari kegiatan mari menatap hyunjin nya.


Kau bisa bayangkan sepuluh detik memeta sorot mata hyunjin yang lirih dan dalam tidaklah mudah bagi siapapun, tapi aneh, Ryujin malah merasakan hangat dan nyaman.


"Kenapa kau masih berada disini?" tanya Hyunjin dengan pandangan menelisik.

Ryujin menatap gugup yang lebih tua, "Ehm- aku ketiduran dikelas..."


Pandangan hyunjin yang keras seketika melembut, dia terlampau paham yang akan terjadi pada murid baru sekolah ini--

menjadi bahan bully.



"d-dan kakak sendiri bagaimana bisa disekolah ini?"


Hyunjin terlihat sangat kaget dan kebingungan sejenak, namun dirinya tetaplah Hyunjin dengan otaknya sangatlah cerdik.

"Aku mu-murid! Ya benar! aku murid disekolah ini dan aku baru tiba untuk mengambil tasku."


Sial, kenapa kau gugup begini hyunjin? mampus saja kalau dia curiga dan mulai berpi-


"Ah begitu rupanya! baiklah aku akan pulang, dadah!" ryujin melambaikan tangan kecil ke arah hyunjin lalu berlari kearah gerbang sekolah.


Tch, dasar bodoh. untunglah dia percaya.


Setelahnya Hyunjin berlalu dan 'menghilang' begitu saja.



Setelahnya Hyunjin berlalu dan 'menghilang' begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sapuan angin malam terasa sangat dingin, mungkin karena seragam sekolahnya yang rok selutut, beruntung baju atasannya dilapisi rompi berwarna merah kotak hitam.

Ryujin menatap gerbang yang tingginya tiga meter itu dengan kerutan didahinya. Otaknya memikirkan bagaimana cara agar dirinya dapat keluar dari sekolah ini sedangkan gerbang sudah terkunci oleh gembok besi dan rantai?


Dinyalakan handphone genggam miliknya, "Ayah... tidak sama sekali berinisiatif mencariku?"

Ryujin tidak melihat satupun telepon masuk bahkan pesan biasapun juga tidak ada dari sang Ayah. Sangat lah mengecewakan.

Desahan frustasi terdengar pelan dan lirih,
"Kutelepon saja kalau begitu."

Dentingan jam raksasa dihalaman sekolah berdentang delapan kali, menandakan pergantian waktu dari jam tujuh ke jam delapan.

Ditekannya nomor satu pada keypad dan langsung terhubung dengan telepon sang ayah. Sudah lima kali Ryujin menelepon ayah dan lima kali pula berakhir tanpa jawaban.

Seharusnya tadi aku minta bantuan Kak Hyunjin saja! e-eh? dimana kak hyunjin?

Ryujin tidak menemukan adanya hyunjin ditangga maupun dikoridor sekolah. Aneh, tapi Ryujin masih berpikir mungkin ada spot yang belum dia ketahui di sekolah ini, seperti kantin, aula, kolam, dan sebagainya.

"Entah mengapa aku merasakan pegal diseluruh tubuh padahal aku baru saja bangun dari tidur."

Pegal dan haus. Ah! kebetulan sekali diujung lorong ada drink-machine walau Ia bukan tipikal orang yang suka minuman bersoda, tapi tidak ada pilihan lain saat ini.

Tanpa sepengetahuannya, sepasang mata melihat kearahnya dengan pandangan yang sulit ditebak.




Tanpa sepengetahuannya, sepasang mata melihat kearahnya dengan pandangan yang sulit ditebak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nak? sedang apa kau disini?" pria tua yang kiranya berusia enampuluh tahun itu mendekat kearahnya dengan menjinjing sapu lidi serta sekop.

Rasanya Ryujin ingin mengucap syukur berkali-kali karena akhirnya bertemu dengan mungkin penjaga sekolah ini.

"Saya Ryujin, murid baru disini. Saya tertidur dikelas dan berakhir disini, apa bapak dapat membantu saya keluar dari sini?"

Pria tua itu meletakkan sapu dan sekopnya bersender ditembok, "Tentu, tapi apa saya boleh bertanya?"

"Apakah- Nak Ryujin mendengar atau bahkan melihat sesuatu yang aneh disini?"

Ryujin tidak menjawab pertanyaan penjaga sekolah, Ia malah balik bertanya karena jelas dirinya penasaran dengan makna kata aneh sebenarnya.

"Aneh? saya tidak paham, pak. Memangnya ada apa dengan sekolah ini?"

"Kalau Nak Ryujin tidak mengalami hal aneh, syukurlah, mari saya buka kunci gerbangnya."

Entahlah, seharusnya Ia bersyukur karena penjaga didepannya ini mau membuka pintu gerbang sekolah tapi Ryujin malah merasa penasaran karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban.



















to be continue.

Maafin tara owkei? aku ngestuck sebulan padahal udah dapet ide heheh pasti ini book tertimbun dibawah kan😿

(1) reverse | hwangshinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang