Ryujin merasakan cahaya terang memasuki indra penglihatannya, Ia tertidur disofa menghadap jendela dan pintu masuk rumah semalaman.
Didudukkan lah dirinya secara perlahan. Ah, salah bantal rupanya sakit sekali!
Ryujin memegang tengkuknya sembari dipijiti perlahan.
"Ryujin, ayah kemarin mendatangi sekolah lama mu."
Ryujin membulat kan matanya, "-tentu saja untuk mengurus kepindahanmu kesekolah yang baru."
Baru saja Ia akan mengatakan sesuatu namun ayah memotong ucapannya. Ryujin sangat terkejut karena Sang Ayah tidak membicarakan tentang sekolah baru terlebih dahulu bersamanya.
Ayah meletakkan beberapa tumpuk seragam, beberapa paket buku, tas sekolah, tempat pensil, dan alat tulis di meja persis depan Ryujin.
"Uhm, terima kasih, Ayah. Tapi kenapa ayah tidak bertanya dahulu kepada ku?"
Ayah tersenyum simpul, "Kau akan memiliki banyak teman, percaya lah."
Ryujin pamit kekamarnya untuk meletakkan perlengkapan sekolahnya, sementara Tuan Shin menatap sendu anaknya yang tersenyum cerah seperti matahari.
Ryujin dulu adalah anak yang manis dan periang, mungkin karena kehilangan Ibunya Ia menjadi anak yang murung dan penyendiri.
Tuan Shin sangat sadar jika Ia bukanlah orangtua tunggal yang membesarkan putri kecilnya dengan sempurna. Ada dimana Tuan Shin sangat membenci dirinya karena merasa gagal membahagiakan permatanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari pertama sekolah sangatlah berat bagi Ryujin, Ia anak yang tertutup dan pendiam yang mana mengundang perhatian bagi murid pembully.
