12 IPA 4.
Adalah kelas terkontroversial yang pernah ada di SMU Warabala. Dengan segudang prestasi yang diraih selama kurang dari 1.095 hari, mereka berhasil menyabet berbagai macam gelar dari para guru juga murid-murid dari kelas lain. Namun, yang paling santer dan begitu dibangga-banggakan oleh hampir seluruh anak kelas itu adalah sebutan yang diberikan langsung oleh sang wali kelas yakni, Hyper Class.
Semua berawal ketika awal masuk kelas 12. Mereka diberikan surprise oleh sang kepala sekolah—Pak Maklis—yakni seorang wali kelas yang seharusnya tidak boleh menjabat dikarenakan kedudukannya yang sangat penting bagi sekolah.
Guru kesiswaan alias guru yang bertugas menangani seluruh siswa dengan tabiat yang bisa dikatakan tak baik. Guru ini biasanya selalu patroli keliling sekolah untuk memastikan keadaan dan menjerat para siswa yang tidak patuh. Jadi, bisa dibilang selain mengajar guru ini juga bertanggung jawab kepada seluruh siswa di sekolah. Hal ini tentu saja berat dibandingkan dengan hanya menjadi wali kelas yang tanggung jawabnya hanya satu kelas. Namun, bagaimana jadinya jika peraturan itu dicabut oleh Pak Maklis sendiri yang langsung menerjunkan Pak Kim—guru kesiswaan—itu menjadi wali kelas Hyper Class?
Sudah pasti karena Pak Maklis sendiri keseringan memijat kepala akibat kelakuan ajaib anak-anak kelas itu.
Hal ini tentu saja menimbulkan beragam reaksi dari semua pihak. Guru-guru ada yang terima dan tidak. Namun yang terpenting bukankah dua kubu yang sebentar lagi akan menjalin hubungan itu?
Pak Kim dan calon anak-anak didiknya.
Kini, mereka tengah dihadapkan bersama. Semua anak kelas diam dan tampak tegang karena berbagai desas-desus tentang Pak Kim sudah tembus ke tembok kelas mereka.
"Pagi, semua," ucap Pak Kim dengan nada datar.
Atmosfir mendadak canggung. Tidak ada yang menjawab sapaan Pak Kim.
Beliau menyapu keseluruhan wajah-wajah yang katanya bermasalah itu. Tidak menemukan satu pun anak yang bergerak. Akhirnya beliau menghela napas."Yowes," Pak Kim berdeham. "PAGHE SEMUANYA!"
"Pagi, Pak...." jawab seluruh anak kelas, agak takut.
Lalu, tawa lepas milik Pak Kim tampak mengisi udara. Sontak, seluruh kepala yang padahal menunduk dalam-dalam itu perlahan terangkat. Kemudian satu per satu dari mereka ikut meluruhkan tawa tanpa tahu sebab jelasnya.
"Kok pada tegang gitu, sih? Santuy aja," celetuk Pak Kim disela hamburan tawa itu.
Sekarang, seluruhnya hampir terpingkal-pingkal sampai mengeluarkan air mata. Entahlah apa sebabnya, tidak usah dipedulikan. "Nah, kalian sabeb panggil saya apa, sing penting jangan nama doang."
Lantas, suara-suara bermunculan, berbagai usulan menyeruak membuat Pak Kim perlahan bisa membaca karakter mereka masing-masing.
"Oppa!"
—Bucin Bities, Ekso, dll."Ahjussi!"
—Bucin drakor."Babeh!"
—Anak Betawi asli."Papi!"
—Anak Jaksel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyper Class
Teen Fiction[DON'T JUDGE FROM THE TITLE, THIS IS JUST A SCHOOL STORY⚠️⚠️⚠️] Apa yang terbesit dalam benak kalian ketika mendengar kelas IPA? Anak-anak berbaju rapi yang telah disetrika sang mami? Atau, anak-anak berkacamata tebal-yang tebalnya bisa sama atau b...