l i m a

669 21 0
                                    

Evi Cs beserta Riana Cs tengah berdiri di depan seorang gadis yang sedang melayangkan tatapan herannya.

Mereka berada di depan kelas gadis itu. Ditonton beberapa anak yang memang sedang keluyuran karena mungkin gurunya masih belum datang.

"Ada apaan nih?" Tamy, gadis itu melontarkan pertanyaan atas kebingungan yang melingkupinya selama beberapa saat tadi.

"Lo 'kan pelakunya?" tembak Riana. "Lo yang nyebar dan ngedit foto kami. Dih, paparazzi banget sih ngambil foto orang."

Gadis itu menyerngitkan dahi lalu tersenyum meremehkan. "Lo nuduh gue?"

"Terus lo berharapnya kami nuduh Evi dan teman-teman?"

Tamy terdiam. Air mukanya berubah.

"Bukan karena lo ngasih potongan rekaman itu, kami langsung percaya gitu aja. Mimpi! Kami nggak sebodoh itu!" tambah Dola.

"Kalian kalo ngomong jangan sembarangan-"

"Kami punya bukti," potong Anjel. Ia mengeluarkan ponselnya kemudian tampak menggeser sesuatu sebelum memperlihatkannya pada Tamy.

Flashback on

...."Au tuh, emang begitu mereka. Terlalu mencampuri urusan. Emangnya kita nyuri nilai mereka? 'Kan enggak? Yang dosa juga siapa? Emang kita transfer dosa ke mereka? Hahaha!"

"Iya tuh, sok suci bener!"

"Eh kasih pelajaran aja gimana? Biar mereka nggak sok suci lagi."

Diandra yang sedari tadi diam dan hanya ikut menyimak, akhirnya angkat bicara. "Gue nggak setuju."

Fany otomatis menatap Diandra dengan penuh selidik. "Maksud lo?"

Diandra menghela. "Gini, masalah bakal tambah runyam kalo kita ngapa-ngapain mereka. Kasih pelajaran? Gue kira ujung-ujungnya jadi masalah baru. Bukannya selese dan kita untung, malah kebalikannya. Pihak yang dirugiin paling besar tuh kita. Image kita sekarang lagi nggak bagus. Kita bakal mudah ketahuan dan ditebak. Karena kita punya alasan yang kuat buat dijadiin tersangka," jelas Diandra panjang lebar.

Semua terdiam dan terpekur. Memikirkan perkataan Diandra yang kalau dipikir-pikir lagi memang sangat benar adanya. Layaknya bom waktu, awalnya mungkin mereka bisa senang karena berhasil membalaskan dendam dan memuaskan ego masing-masing, tetapi pada akhirnya mereka pula yang akan kena imbasnya.

Giliran Fany yang menghela. "Bener, gue baru kepikiran. Sorry. Kebawa emosi tadi."

Tersenyum simpul, Diandra menepuk bahu sahabatnya itu pelan. "Nggak papa."

┬─┬ノ( º _ ºノ)

...."Yaiyalah kalian 'kan ada di grup. Mereka mana mau ngomongin di depan. Kalian sih main belakang duluan, kena karma deh! Hahaha!"

Tamy mengibaskan rambut panjang tergerainya lalu beranjak dari sana. Salma tampak ingin mengejar tetapi Anjel menahan. "Biar gue."

Dan pada akhirnya, Salma melepaskan Anjel saat melihat sorot mata itu. Sorot mata yang memang mencerminkan seorang Anjel-tenang, setenang air sungai. Anjel sudah sangat bisa menguasai dirinya dan Salma percaya gadis itu bisa menangani ini dengan emosi yang terkontrol.

Anjel keluar kelas. Irisnya menangkap punggung gadis yang sempat membuatnya hilang kendali itu. "Tamy!"

Sang empunya nama sontak berbalik dan menyunggingkan senyum lebar. "Hmmm?"

Hyper ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang