Menyerbaknya desas-desus gosip yang bisa juga dibilang sebagai fakta membuat nama Tamy Raserya hancur dalam hitungan detik. Bisa dibilang bahwa ia sendirilah yang sebenarnya sudah memasang bom waktu. Tanpa ia sadari, peribahasa itu berlaku sepenuhnya. Sepandai-pandai biawak kemarin gelonjotan di lantai, akhirnya akan mati juga di tangan Oni.
Haha, iya. Nasib biawak itu sangat naas. Baiknya jangan diungkit lagi, nanti pawangnya akan galau kembali.
Padahal kalau ditelaah dengan lebih teliti, Oni jelas tidak salah karena ia berusaha melindungi Tio dari gigitan sang biawak. Namun yah, kekuatannya saja yang luar biasa. Saking luar biasanya kepala biawak itu menjadi tak berwujud-
Woi! Jangan dibahas napa! Jangan buat gue gagal move on sama Vara! -Tio
'Kan, muncul orangnya. Oke, skip.
Semua perlakuan tak baiknya akhirnya menjadi bumerang tersendiri bagi gadis itu. Tidak diacuhkan, dikucilkan, bahkan ada banyak yang terang-terangan menghardiknya.
Kelihatannya sih, Tamy tampak tegar dan biasa saja mendapatkan perlakuan seperti itu. Bahkan cenderung menantang balik sesiapapun yang membully-nya. Contohnya saja sekarang, ketika gadis itu tengah berjalan melewati beberapa kelas, pandangan mencemooh, sinis, serta bisik-bisik yang sengaja dikeraskan dilayangkan penuh padanya. Seketika ia menjadi puncak atensi oleh semua murid.
Uti dan teman-temannya, anak kelas 12 IPS 2 menghadang Tamy sambil melihat poles kuku yang tampak mengkilap di tangannya. Tamy menaikkan satu alis. "Mau apa lo? Minggir."
Gadis di seberangnya tampak meniup-niup sang kuku sambil sesekali mencuri pandangan meremehkan pada Tamy. "Mau gue?" Uti tertawa hambar. Ia maju mendekat sambil menatap remeh Tamy. "Gue mau... toxic people kayak lo musnah dari kehidupan."
Tamy balas tertawa hambar. Ia menghembuskan napas ke udara sambil menengadahkan kepala, netra kelam nan dingin itu tiba-tiba berubah agak berkaca.
"Salah gue ke kalian apa?" ujar Tamy parau.
Gadis di seberangnya tersenyum sinis. "Lo ini emang nggak sadar diri ya? Udah ngefitnah temen-temen lo sendiri, malah nanya salah lo apa? Dan sekarang, belagak jadi korban? Lo pantes dapetin semua ini tau nggak!"
Embusan napas lelah kembali Tamy keluarkan. "Kalian terlalu ikut campur." Usai berucap demikian Tamy segera menerobos anak-anak itu. Membuat beberapa dari mereka terhuyung ke belakang sambil mengumpat. "Dasar sampah!"
"Mati aja lo sana!"
"Bit*h!"
Semakin Tamy berlari, semakin bising ujaran-ujaran itu. Ujaran menyakitkan yang telah ia dapatkan seminggu penuh. Kepalanya terasa ingin pecah. Telinganya pengang. Hatinya, mentalnya bagai dirajam sampai hancur tak bersisa. Pertahannya sudah runtuh sekarang.
Tanpa menghiraukan tatapan-tatapan aneh itu, Tamy berlari dengan mata yang sudah menganak sungai ke arah rooftop. Satu-satunya tempat di sekolah ini yang bisa menerimanya.
ノ(・ω・)ノ
Latihan flashmob kali ini tidak dilakukan dengan bergerilya lagi. Namun, namanya saja Hyper Class, maka apa-apa yang menyangkut mereka menjadi sangat berlebihan dan terkadang berada di luar nalar. Sekarang, mereka tengah merencanakan bagaimana caranya mencuri rasa kasihan dari sang guru fisika agar bisa memberikan waktu belajar milik beliau untuk latihan.
Dan tercetuslah sebuah battle antara Pak Lik-bukan paman, nama beliau memang Lik, Malik-dengan Hyper Class, yakni battle adu gombal. Kelas ini mengutus salah seorang kandidat yang memang dipercayai bisa meluluhkan lelaki mana saja, dialah Nida.
![](https://img.wattpad.com/cover/207814431-288-k373406.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyper Class
Teen Fiction[DON'T JUDGE FROM THE TITLE, THIS IS JUST A SCHOOL STORY⚠️⚠️⚠️] Apa yang terbesit dalam benak kalian ketika mendengar kelas IPA? Anak-anak berbaju rapi yang telah disetrika sang mami? Atau, anak-anak berkacamata tebal-yang tebalnya bisa sama atau b...