Semenjak insiden pelaporan itu, Hyper Class terbagi menjadi tiga bagian. Sebut saja Blok Timur, Blok Barat, dan Blok Netral.
Blok Timur adalah anak-anak terlapor, sedangkan Blok Barat adalah anak-anak pelapor. Beda halnya dengan dua blok tersebut, Blok Netral berisikan para gadis polos alias kelompok 'till Jannah serta anak-anak lelaki yang memang sudah adem ayem dari kelas sepuluh. Isinya tidak lain dan tidak bukan adalah trio geblek—Oni, Tio, dan Keanu—Alaska, Derik, Dewa, Galen, dan Gusti.
Iya, murid dengan kelamin jantan di kelas ini benar-benar patut dilestarikan.
Dan sebenarnya, jika dikulik lebih dalam, laki-laki real menurut survei seluruh anak perempuan hanyalah lima orang. Mengapa? Mari kita lihat kejadian ketika acara gotong-royong sekolah.
Hari itu ketika mereka masih menginjak tingkat kedua, sekolah tengah mengadakan acara bersih-bersih massal dalam rangkaian kegiatan menuju puncak ulang tahun sekolah. Tugas mereka cukup mudah, hanya disuruh mempermak kelas masing-masing.
Untungnya saat itu keadaan belum panas. Jadi, seluruh anak perempuan kompak dalam membersihkan kelas. Mereka berbagi tugas, ada yang menyapu, mengepel, membersihkan jendela, mendekor, dan lain-lain.
"Eh ini atapnya kotor banget. Kudu dibersihin deh," ujar Evi sambil mengarahkan pandangan ke atas.
Beberapa anak kelas yang ada mengikuti arah pandang gadis itu. Mereka menyetujuinya. "Iya tuh, banyak banget sarang laba-laba sama debunya," celetuk Berta.
"Tapi tinggi banget. Emangnya ada yang berani?"
Salma menyapu pandangan ke seluruh penjuru kelas, kemudian netranya menangkap tiga kepala yang berada di luar sana. Gadis itu menghela. "Jangan kita. Tuh tiga kucrut masa nggak berguna sama sekali?"
"Iya anjir, main mulu kerjaan. Bantuin kagak ada."
"Yaudah panggil mereka."
"WOI KEANU, TIO, ONI!" teriak Diandra.
Sementara itu...
"Eh anjrit lo, yang bener kalo nyerang!" damprat Keanu entah pada siapa, dan mereka mengabaikan seruan kematian itu. Sungguh, benar-benar satu kesalahan yang fatal.
Geram karena tak kunjung digubris, Evi mengambil langkah dan berdiri menghadap ketiganya. "Heh lo bertiga!"
"Paan?" balas Keanu tanpa mengalihkan fokus pada gawai di tangannya.
"Alaska sama Gusti ngambil sapu baru, Dewa sama Galen pergi bantuin Ibu Jasmine, dan Derik lagi buang sampah," ujar Diandra—yang entah kapan sudah berada tepat di samping Evi—dengan nada rendah. Ia tampak menggertakkan gigi, menahan kesal.
Oni menyahut sengak, "Terus kenapa?"
Sontak, kedua perempuan tadi memijat pangkal hidung dan menghela napas kasar.
"Lo nggak peka apa emang goblok?" sarkas Evi.
Ketiganya masih fokus pada gawai. Sesekali tertawa dan mengumpat, tak menggubris sama sekali. Diberi teguran lembut sudah, diberi teguran kasar juga sudah.
Diandra semakin naik pitam. Gadis itu akhirnya menyerah setelah beberapa kali menjelaskan dan membujuk ketiganya tetapi ditolak dengan alasan sedang bermain dan tidak bisa meninggalkan permainan.
Diandra berucap nyaring pada Evi, "Otak mereka keserep sama hapenya Vi! Udah kita tinggalin aja, mereka bukan cowok! Dan lebih lemah daripada cewek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyper Class
Teen Fiction[DON'T JUDGE FROM THE TITLE, THIS IS JUST A SCHOOL STORY⚠️⚠️⚠️] Apa yang terbesit dalam benak kalian ketika mendengar kelas IPA? Anak-anak berbaju rapi yang telah disetrika sang mami? Atau, anak-anak berkacamata tebal-yang tebalnya bisa sama atau b...