7. Kejujuran

1.6K 152 8
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku 🤗
Happy reading.

Kali ini Naka membawaku ke rooftop lagi, saat ini rooftop memang paling aman untuk kami bicara, aku ingin menumpahkan seluruh isi kepalaku, dan aku tidak ingin ada orang lain yang mendengar berbincangan kami.

Naka menggenggam tanganku sejak kami menaiki tangga, biarkan saja aku tak ingin protes, aku hanya ingin cepat-cepat sampai ke atas.

Dan begitu sampai aku langsung melepaskan tangannya.

"Ka, kamu itu pacar Yasmin kan?" Ucapku langsung menodong Naka tak ingin keberanian ini menciut lagi. "Kenapa kamu datang lagi ke aku kalau kamu masih sama Yasmin Ka?" Ucapku penuh emosi.

"Maksud kamu apa sih Ta, masih sama Yasmin gimana? Aku sama Yasmin emang masih temenan."

"Temen? Tapi jalan berdua kemana-mana, gandengan tangan!" Ucapku sinis, aku menghembuskan nafas pelan, "Aku tau ini udah sangat lama dan aku harusnya gak ungkit lagi, tapi aku ingin semuanya jelas Ka, biar aku gak ragu lagi untuk memulai hidup baru."

"Maksud kamu apa Ta?" Sepertinya Naka mulai mengerti kemana arah pembicaraanku.

"Dulu kamu mutusin aku karena kamu jadian sama Yasmin kan, kamu suka sama dia dan mutusin aku secara tiba-tiba, bahkan kamu datang ke acara prom sama dia." Aku tak bisa lagi membendung tangisku, meskipun ini sudah lima tahun berlalu tapi rasa sakitnya masih terasa, biarlah ini untuk terakhir kalinya aku akan meluapkan semuanya.

Naka mencoba memelukku tapi yang dia bisa hanya meraih tanganku yang langsung ku tepis. "Kamu salah paham Ta, oke aku memang salah gak ngasih tau alasan yang sebenarnya, tapi ini semua gak ada hubungannya sama Yasmin, aku gak pernah pacaran sama Yasmin dan gak ada niat sedikitpun ke arah sana, aku gak pernah berniat menggantikanmu dengan siapapun." Dia diam sejenak, "Yasmin tunangan Randi, dan dari dulu pun dia sudah jadi pacarnya Randi."

Aku menoleh kaget karena informasi yang baru saja ku terima. "Maaf Ta, kalau salah paham ini sudah menyakitimu terlalu lama, aku gak pernah bermaksud membuatmu sakit hati dengan kedekatanku dengan Yasmin, saat itu hanya Yasmin dan Randi yang tau keadaanku yang sebenarnya, Yasmin itu sahabat Randi dari SMP dan kebetulan rumah mereka bertetangga."

"Tolong maafin aku, aku sayang sama kamu Ta, benar-benar sayang baik dulu maupun sekarang."

"Tapi kamu ninggalin aku Ka, tanpa penjelasan apapun." Ucapku pelan.

"Maaf, sekali lagi maaf, saat itu aku lagi kalut banget."

Naka mengambil jeda, pikirannya menerawang. "Aku akan menjelaskan semuanya, biar gak ada lagi salah paham diantara kita." Dia membawaku duduk dibangku satu-satunya yang ada disana, dia berjongkok didepanku, menggenggam tanganku dengan sangat erat, tanganku begitu terlihat mungil dalam genggamannya.

"Waktu itu Mama sakit, kamu tau hubunganku dengan Ayah juga buruk, setiap kami bertemu pasti berakhir dengan pertengkaran, dia juga memaksa aku untuk kuliah bisnis, padahal aku tidak menyukainya, aku selalu iri sama Randi karena dia bisa tinggal dengan Mama dan bisa melakukan apa yang dia suka, suatu hari Randi bilang kalau Mama mengalami gagal ginjal dan harus cuci darah, duniaku rasanya hancur Ta, aku dan Randi memutuskan untuk kerja paruh waktu, tapi itu tak pernah cukup untuk biaya pengobatan Mama, hingga aku akhirnya memohon pada Ayah untuk membantu pengobatan Mama, dia setuju tapi dengan banyak syarat, salah satunya dengan kuliah sesuai apa yang dia perintahkan, saat itu aku sempat berbuat ulah, saat aku ketahuan, dia langsung mengirimku ke Amerika, aku sangat marah waktu itu dan memohon agar kuliah di Indonesia saja, tapi dia berjanji untuk tak hanya akan membiayai cuci darah Mama tapi juga akan membantu mencarikan donor ginjal untuknya."

Dia mengambil jeda dan menghirup nafas banyak-banyak, pasti sangat sulit untuk menceritakan kembali kisah pilunya dan itu karena aku.

"Setelah dua tahun akhirnya Mama mendapatkan donor ginjal, aku sangat bersyukur akhirnya Mama sehat kembali meskipun dengan kegiatan yang dibatasi."

Kali ini dia terdiam cukup lama, matanya memerah menahan tangi. "Sayangnya setahun kemudian ginjalnya mengalami infeksi sehingga akhirnya Mama tak bisa di selamatkan."

Tak terasa air mataku ikut menetes mendengar cerita Naka, aku menyesal tak ada disana disaat-saat terberat hidupnya.

"Aku turut berduka cita atas meninggalnya Mama kamu Ka, dan maafin aku gak ada disaat moment terburukmu."

"Ssst ini bukan salah kamu, bukan salah siapa-siapa, itu sudah dua tahun lalu dan aku sudah ikhlas dengan takdir Mama, tapi... ada satu hal yang belum bisa aku ikhlasin sampai sekarang." Mata tajamnya menatapku intens.

"Apa?"

"Kamu." Jawabnya lugas.

"Aku gak bisa ikhlasin kamu Ta, tolong maafin aku, aku tau aku bodoh, aku tau aku brengsek, tapi tolong beri aku kesempatan untuk bisa bersamamu lagi."

Dia lalu merengkuhku, membawaku ke dalam pelukannya. "Kamu maukan memberi aku kesempatan lagi?"

Tak ada lagi salah paham diantara kami, dan akupun secara sadar mengakui kalau aku masih menyayangi Naka, jadi tak ada alasan bagiku untuk menolaknya, sebagai jawaban aku mengangguk dalam pelukannya. Tapi dengan segera dia menarik wajahku dari pelukannya.

"Jawab apa? aku butuh denger suara kamu sebagai jawaban Ta." Tuntutnya tak sabar dengan wajah berbinar, berbanding terbalik dengan beberapa detik lalu.

"Iya." Jawabku.

"Iya apa?"

"Iya aku mau, aku juga sayang kamu Ka."

"Oh my God, Thankyou."

Dan secepat kilat dia menarikku kembali dalam pelukannya, dengan ucapan terimakasih darinya berkali-kali.

"I love you Renata."

Dan akhirnya dia menciumku lembut dibibir, kami meluapkan rindu dan cinta yang terpendam selama lima tahun ini. Akhirnya kami kembali pada kisah awal kami, kisah yang lebih dewasa dan mempunyai masa depan.

Di tengah ciuman mesra kami, terdengar Ponsel Naka berdering, ciuman kami berhenti, nafasku terengah-engah, lalu aku mendengar Naka berdecak setelah melihat nama penelpon.

"Siapa?" Tanyaku.

Lalu Naka meloudspeaker teleponnya, suara Dilan disana terdengar sewot. "Ken lo dimana?"

"Kenapa sih lo, ganggu aja?"

"Anjir lo lagi mesum ya sama Tata!"

Ken tertawa menanggapi tebakan Dilan, sedangkan aku tersipu malu mendengarnya.

"Malah ketawa lagi lo."

"Ada apa sih nelpon gue?"

" Sialan emang lo, buruan kesini, ini anak-anak mau foto, minus lo sama Renata aja, buruan sebelum gue lapor polisi." Lalu telepon mati.

"Udah yu turun, kasihan yang lain pada nunggu."

Aku mengajaknya, namun sepertinya dia tidak bermaksud demikian. Dia menarik tubuhku dan kami kembali berciuman, melanjutkan ciuman kami yang terganggu oleh Dilan.

Aku merengek, "Ka...."

Dengan suara seraknya menjawab, "sebentar lagi, aku masih kangen."

Dan begitulah awal kisah baru kami dimulai, komunikasi kami yang kurang, membuat salah paham berkepanjangan, niat hati sudah ingin melupakan dan merelakan, tapi GARA-GARA REUNI, kami malah balikan.

End

Kaget gak ceritanya udah End aja? 😁

Aku memang menyiapkan ceritanya memang hanya 7 chapter, kalau dilanjutkan takut feelnya malah gak dapat. Tapi biarpun cuma sedikit semoga cerita Naka Tata bisa menghibur kalian semua.

Terimakasih banyak sudah membaca kisah Naka Tata.

I love you all ❤❤

Tersisa satu chapter lagi bagian Epilog, kira-kira ada yang bisa nebak epilog isinya apa?

Gara-gara REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang