Chapter 4

112 9 1
                                    

Justin's POV

Setelah melihat Jazmyn aku merasa lega. Aku keluar dari ruangan yg terkutuk itu untuk mencari udara segar. Indahnya suasana malam, aku lebih menyukai malam daripada siang.

Bruukk..

Seorang gadis tiba-tiba menabrakku, dia jatuh tersungkur. Dia berusaha untuk berdiri lalu menatapku, terlihat ekspresi wajahnya yang amat terkejut saat menatapku.

Aku mencoba untuk mengenali wajahnya. Langsung aku menyadari ternyata itu adalah gadis yang kuculik tadi. Sepertinya dia melarikan diri.

"Kau.." Ucapnya dan ia seperti mengenaliku. Aku gugup namun masih kutatap lekat matanya.

Dia bertanya bahwa aku adalah pria berjaket hitam yang selalu mengawasinya.

Aku terdiam dan gugup, lalu gadis itu meminta maaf dengan raut wajah yang ketakutan lalu pergi meninggalkanku.

Aku segera mengejarnya untuk memastikan apakah ia mencurigaiku atau tidak.

Aku berlari dan secepatnya menggapai pundaknya lalu ia kaget dan menoleh cepat.

"Jangan takut" itulah ucapan yang ku lontarkan padanya.

Dia masih ketakutan, terlihat dari raut wajahnya. Cantik, aku mengakuinya.

"Kau seorang gadis, mengapa keluar sendirian malam-malam begini?" tanyaku dengan datar.

" Aku baru saja pulang kerja" Jawabnya dengan tubuh yang sedikit gemetaran.

Aku tau dia berbohong. Dan seharusnya sekarang ia sedang bersama Chris.
Kurasa memang benar, dia melarikan diri dari Chris.

"Kau sendirian?" tanyaku lagi sehingga membuat lamunannya terbuyar.

" Lalu kau? Apa yang kau lakukan di sini. Bukannya kau pria yang suka mengawasiku belakangan ini? Dan kita baru saja bertemu beberapa jam yang lalu apa kau tak ingat?" Tanya gadis itu seperti mengintimidasi.

"Aku hanya melindungimu dari laki-laki berjubah hitam" Jawabku cepat. Kurasa ia curiga.

"Apaka kau melihatku diculik?" Tanya nya lagi, namun aku tak berusaha gugup.

Aku mengangguk dengan tenang.

"Aku akan mengantarmu pulang." Ucapku lagi sehingga ia berhenti dari langkahnya dan berbalik menatapku.

"Tidak perlu tuan aku bis---"

"Tak usah menolak." Potongku dengan ketus.

"Baiklah." Balasnya singkat.

Malam itu sunyi, apalagi tak ada sepatah katapun yg diucapkan oleh kami sehingga suasana benar-benar hening. Ditambah udara malam itu cukup dingin membuatku semakin mengeratkan hoodie yg ku kenakan seraya memasukkan tanganku ke saku celana hitam milikku, dan saat itu aku meliriknya yang juga terlihat kedinginan.

"Ini pakailah Hoodieku" entah mengapa mulutku ini berbicara dengan sendirinya sampai aku kesal pada diriku sendiri. Tanganku tergerak melepas Hoodie ku dan memberikan kepadanya.

Terimakasih, lalu bagaimana denganmu Tuan?

Aku tak membalas ucapannya, aku masih mengutuk diriku sendiri karena tindakanku tadi. Kenapa aku terlalu baik padanya? Sedangkan aku sendiri merasakan hawa dingin yg sangat hebat menusuk kulitku.

Kurasa batinnya sekarang sedang mendumal karena ucapannya tak ku jawab sama sekali.

Aku merasa bahwa dia sedang memandangiku dan itu cukup lama, sebenarnya aku tidak suka jika ada orang yg memandangiku seperti itu, aku merasa tak nyaman.

"Berhentilah menatapku."
Ujarku kesal karena ia terlalu lama memandangiku sehingga membuatnya tersadar, kurasa dia menahan rasa malu.

Suasana hening seperti semula, aku dengannya terus melangkahkan kaki menuju kerumahnya.

"Mengapa kau mengantarku pulang? tanyanya lagi sehingga membuat ku malas untuk membalas ucapannya.

Kudengar dia mendengus kesal, merasa bahwa ucapannya ku anggap seperti angin lewat.

Aku mencoba meliriknya sebentar, dan tanpa kusadari aku tersenyum tipis saat aku melihat raut wajahnya yg sepertinya sangat kesal, dan itu menggemaskan. Tunggu.. Apa? Menggemaskan? Ah bodoh kau Justin.

"Tidak baik jika seorang gadis diluar malam-malam, aku mengantarmu karna di kota ini banyak orang-orang yang jahat." ucapku dingin setelah beberapa menit.

"Terimakasih sudah mengantarku tuan" ucapnya dengan tersenyum kearahku.

Aku tidak menjawab nya lagi, biarkan dia mendumal dalam batinnya.

Setelah beberapa menit..

Gadis ini menghentikan langkahnya di depan bangunan bernuansa klasik dengan cat dinding berwarna putih, kurasa itu rumahnya.

"Sekali lagi terima kasih tuan, karna kau sudah mengantarku pulang."ucapnya tersenyum dan menatap kearahku.

Kubalas dengan anggukan lalu aku menunduk, aku tak terlalu suka jika ditatap dengan seorang gadis.

Sebenarnya cara ia menatapku itu berbeda dengan gadis lain di luar sana yg biasanya selalu menatapku dengan tatapan yg mencoba untuk menggodaku dan itu membuatku bergidik geli untuk melihatnya. Meskipun begitu, tapi aku tetap tidak suka jika dia menatapku.

"Dan terima kasih karna kau sudah meminjamkan Hoodiemu untukku"

"Ya." balasku singkat lalu meraih hoodieku yang disodorkan olehnya.

"Apa kau tidak ingin mampir dulu kerumahku tuan?"

Lagi-lagi dia bertanya padaku, aku malas menjawabnya dan.. aku tak suka dipanggil tuan.

"Jangan memanggilku tuan, aku punya nama." Ujarku datar.

"Oh maaf, siapa nama--"

"Justin, aku harus segera pulang." jawabku datar memotong ucapannya.

Aku pergi meninggalkannya. Aku merasakan bahwa dia masih berdiri di bawah rintikan salju ini sambil memandangku. Aku tidak perduli.

Tidak ada keinginan diriku untuk menangkapnya kembali dan membawanya ke Chris. Kulihat dia adalah seorang gadis polos dan itu sangat terlihat dari wajahnya. Aku sangat kasihan dan tak ingin memberikannya kepada Chris lagi.

Aku terpaksa menerima tawaran bodoh dari Chris untuk mencarikan gadis untuknya, itu semua karena uang dan keadaan yang sangat mendesak.

Aku merasa menjadi manusia yang paling jahat. Tapi aku melakukan semua ini karena Jazmyn.

Jazmyn membutuhkan biaya untuk operasi tumor ganas yg menyerang di otak nya dan itu benar-benar menghabiskan dana yg cukup banyak. Aku bingung dari mana aku mendapatkan uang secepat itu?

Lalu tanpa berfikir panjang aku menculik gadis pirang itu yang kebetulan selalu pulang larut malam dan melewati gang kecil yg sepi. Kugunakan kesempatan itu untuk menculiknya dan memberikan nya kepada Chris.

Dan bayaran yang kudapatkan dari Chris itu bisa untuk membayar sebagian biaya operasi itu dan tentu juga Kendall membantuku membayar biaya operasinya.

Kendall memang sahabat terbaikku, dia selalu ada untukku dan ia selalu membantu menyelesaikan semua masalahku meskipun itu rumit.

Yups Next..

My Sweatheart Justin Where stories live. Discover now