Author's POV
Justin terlihat frustasi, dia berjalan mondar-mandir di depan sahabatnya yang saat ini bersamanya itu.
"Apa aku harus terbang ke Chicago sekarang? Kurasa tidak mungkin, Jazmyn belum sadar dan aku tidak bisa meninggalkannya. Tapi Jaxon? Bagaimana dengannya?" ucap Justin frustrasi dan menjambak rambutnya.
"Ya, kau harus ke Chicago. Kau tak perlu cemas, Jazmyn akan bersamaku. Dengar, mereka tak hanya menghancurkan perusahaan ayahmu. Tapi juga ingin menghancurkan keluargamu" Ujar Kendal.
"Apa kau yakin yang melakukan ini semua adalah penjahat yang sama seperti penjahat yang menuduh dad sehingga ia di penjara?" Tanya Justin memastikan.
"Ya, jelas. Ibumu tadi bilang, dia masih mengingat salah satu diantara mereka. Mereka adalah penjahat yang sama, lihatlah" Ucap Kendall seraya menyodorkan secarik kertas. Justin membaca tulisan yg ada di kertas, lalu dengan geramnya ia meremas kertas itu dan membuangnya jauh-jauh.
"Aku akan mengikuti permainannya" Ucap Justin penuh dengan amarahnya.
"Aku pinjam uangmu dulu, nanti Scooter yang akan membantuku membayar semua hutangku" Ucap Justin membuat Kendal terkejut.
"Apa aku tak salah dengar?" Ucap Kendal tak percaya.
"Tidak, kurasa aku harus memperbaiki perusahaan dad dan membantu Scooter" Ucapnya lagi membuat Kendal tersenyum bangga.
"Pergilah. Aku akan memberimu uang. Dan dengar, kau tak perlu membayar hutangmu. Mendengar kau akan bangkit membantu Scooter saja itu sudah membuatku senang. Jazmyn akan baik-baik saja denganku." Balas Kendal terus tersenyum senang.
Justin mengangguk lalu pergi dari rumah sakit menuju ke Bandara.
-
Suara tangisan seorang anak kecil memecah keheningan di ruangan itu. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakinya. Dia terus memberontak, namun sayang, para pria yang berdiri di hadapan anak kecil itu hanya tertawa keras dan menontonnya.
"Apa kau yakin rencana ini akan berhasil?" Tanya Chris tak yakin.
"Ya kita lihat saja, sebentar lagi pasti Justin akan menjemput adiknya yang malang ini. Setelah itu, kau bisa menghabiskan Justin si pria sombong itu." Ucap Whizkos tertawa keras. Ya, namanya Whizkos. Dia adalah buronan para polisi sejak dua tahun yang lalu. Dia adalah penjahat terkenal di kota Los Angeles.
"Bagus Whiz" ucap Chris tersenyum miring.
Selena's POV -Tiga hari kemudian-
Sudah tiga hari aku tidak melihat Justin si pria es itu. Rasanya.. sedikit aneh, walaupun dia bersikap dingin denganku, aku tidak peduli. Terakhir bertemu dengannya, aku melihat wajahnya yang terlihat panik setelah menerima telepon dari seseorang lalu dia pergi meninggalkanku begitu saja dan menyuruhku pulang sendirian. Aku penasaran apakah dia baik-baik saja?
Jika dilihat dari sikap dingin Justin, aku yakin itu bukanlah sifat yang sebenarnya. Mungkin ada suatu hal yang membuatnya seperti itu.
"Mrs.Gomez, kau sedang memikirkan apa?" Ucap seseorang mengagetkanku.
"Ahh Mr.Jared, maafkan aku." balasku gugup, bagaimana tidak? Pemilik Restaurant itu sampai menghampiriku. Mungkin aku terlalu lama melamun.
"Lanjutkan pekerjaanmu" Ucapnya sambil menepuk bahuku dan tersenyum.
"Baik Mr.Jared"
Kulihat dari kejauhan Jules sedang menertawaiku, aku tidak sabar untuk membekap mulutnya dengan lap ku ini."Puas Mrs.Jules? Karena sudah menertawaiku?" tanyaku setelah menghampirinya.
YOU ARE READING
My Sweatheart Justin
Romance-Selena Marie Gomez Aku memutuskan sekolahku dan memilih bekerja. Sampai aku bertemu dengan mu di suatu tempat dan akhirnya aku terluka karena rahasiamu, aku sangat mencintai mu hingga akhirnya kita memutuskan untuk hidup bersama tanpa mengingat mas...