-2-

2.7K 333 26
                                    

----MOM 2----

Hari pemakaman Tzuyu

Jungkook adalah yang paling terluka disana. Ia datang menyambut tamu. Namun tatapannya kosong, sejak tadi malam ia kehilangan selera makan juga selera hidupnya.

"aku turut berduka sobat" salah seorang teman menepuk bahunya untuk memberi semangat. Jungkook tak membalas, hanya mempersilahkan orang itu pergi.

Memang benar kehilangan orang yang tersayang itu seperti akhir dari segalanya. Itulahnya yang dirasakan Jungkook, ia bahkan tidak perduli dengan keadaan bayinya. Sudah hampir seperempat hari ia tidak datang menjenguk atau bahkan sekedar menjawab telfon dari ibunya yang sedari tadi berjaga dirumah sakit.

Sementara itu.

"aku mohon susui lah cucuku, sudah sejak tadi malam dia tidak mendapat asupan apapun" nyonya jeon bersimpuh. Sejujurnya itu tidak perlu karna tanpa dimintapun sang wanita pasti akan memberinya.

"ahjumma kumohon berdirilah" ujarnya.

Bayi jeon tidak menangis namun wajahnya sudah mulai memucat. Ia tidak menerima susu formula dari para suster kendati ia sangat lapar. Ada apa dengan bayi ini.

Wanita itu menangis, ia melihat bayi jeon sangat imut namun tatapannya seakan tersirat bahwa ada luka yang dalam disana.

Kim yerim tentu akan memberinya, ia telah jatuh hati dengan bayi itu.

"kalau boleh tau, dengan apa aku memanggil bayi ini?" kim yerim bertanya sementara nyonya jeon hanya memberi tatapan sendu.

Sekarang mereka hanya berdua, duduk bersama didalam ruangan.

"akan ku bicarakan setelah ini dengan ayahnya" balas nyonya jeon. Ia mengamati dengan seksama cara yeri membelai bayinya.

"oh iya siapa namamu nak, maafkan aku karna sempat berfikir buruk tentangnmu" ujar nyonya jeon sesaat kemudian. Tentu saja setelah mengetahui informasi bahwa yeri adalah salah satu pasien yang juga telah kehilangan bayinya dihari yang sama.

Yeri beralih menatap nyonya jeon dan tersenyum sesaat kemudian.

"yeri imnida, tidak apa apa ahjumma" ujarnya sambil menyusui bayinya.

"kau sangat cantik yeri" nyonya jeon memujinya, ia melihat jari-jari lentik yeri menyambut genggaman bayi jeon.

Yeri menatap dengan sendu. Lalu sesaat kemudian ia berkata

"hmm maaf ahjumma, jika anda keberatan..."

"ada apa?" nyonya jeon memotong karna terlihat canggung, sejujurnya sedikit gugup mengenai kalimat selanjutnya.

"saya bersedia menyusui anak ini sampai saat dimana dia sudah tidak membutuhkan saya lagi" ujarnya dengan cepat sambil bergetar menahan tangis.

Ini momen terindah, yeri merasakan hawa panas diarea wajahnya. Ia selalu berfikir bahwa saat itu akan tiba, saat ia bisa merawat seorang bayi dan memberinya ASI meskipun pada kenyatannya bayi ini bukan bayinya sendiri.

Ada kesedihan disana.

Untuk sesaat hanya hening yang tersisa. Nyonya jeon tidak tahu harus menjawab seperti apa, tentu saja ia bingung.

Ia berfikir bahwa itu adalah salah satu pilihan terbaik. Tapi tetap saja ia harus meminta pendapat Jungkook walaupun mungkin Jungkookpun tak akan perduli.

"kau sangat baik yeri-ssi, akan kurundingkan dengan ayahnya" nyonya jeon membalas.

Yeri hanya tersenyum, ia tak ingin berhenti menatapi bayi cantik itu.

MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang