[4] Soreness

573 125 21
                                    

Hari-hari berlalu seperti hembusan angin. Taeyeon tetap menjalani hidupnya seperti biasa. Menyumpal telinganya dengan earphone sambil menelungkupkan kepalanya di tangan yang terlipat. Tak lupa susu pisang yang selalu berada di mejanya.

"Kau dengar tidak?!"

Salah seorang teman lelakinya berseru, menarik kerah Baekhyun ke atas. Baekhyun hanya meringis tanpa bisa bertindak. Ini sudah berjalan cukup lama. Semua orang di kelas tahu, tapi mereka tidak pernah melakukan apapun.

Baekhyun tidak mengerti. Apa salah dirinya?

"Ayo katakan sesuatu!"

Baekhyun membuka mulutnya, mengeluarkan suara. Ingin berteriak, tapi tak bisa.

"Yang jelas, dong!" Lelaki itu melemparkan Baekhyun ke sudut ruangan. Terasa cukup keras karena terdengar bunyi loker berderit yang memuakkan.

Dada Taeyeon mendadak sesak melihatnya. Ia ingin bangkit, berteriak lagi dan mengajaknya pergi. Tapi, pada akhirnya selalu sama.

Taeyeon mengalihkan pandangan ke luar jendela, memilih tidak peduli.







"Hai, Kim Taeyeon."

Taeyeon mendongak. Ada seorang lelaki berdiri di depannya. Terkejut pada awalnya. Lelaki itu orang yang disayanginya, dulu. Sebelum kesempatan yang ia berikan, lelaki itu hancurkan berkali-kali.

"Apa?" Taeyeon menjawab tanpa minat. Ia tetap memasukkan bola ke dalam gudang olahraga tanpa menatap lawan bicaranya.

"Perlu bantuan?" Tanya lelaki itu pelan.

"Aku lebih perlu kalau kau menjauh dariku, Jiyong." Jawab Taeyeon sarkas.

Lelaki itu—Jiyong—mengacak rambutnya frustrasi. Merasa pening dengan jawaban ketus dari gadis di depannya. "Taeyeon, kau masih saja ingat kejadian itu?"

"Bukan ingat, tapi memang kau yang membuatnya untukku."

Jiyong menghela napas pelan, berat. "Maaf ...."

Taeyeon mengangkat sebelah alisnya.

"Maukah kau memberiku kesempatan lagi—"

"Kesempatan katamu?" Taeyeon memotong pembicaraan. Rasanya begitu menyebalkan mendengar itu dari Jiyong. Gadis itu maju mendekati dengan dagu terangkat. Kali ini dia tak boleh lemah lagi, tak boleh masuk ke lubang yang sama lagi.

Taeyeon melemparkan bola yang langsung ditangkap Jiyong dengan sigap. "Kalau kau bisa membersihkan gudang ini dengan lidahmu, aku akan memberimu kesempatan. Bahkan jika itu berjuta kali."

Taeyeon menggendong ranselnya setengah badan. Dengan ekspresi dingin, ia menabrakkan bahunya dengan keras ke bahu bidang milik Jiyong. Setidaknya Jiyong harus tahu, Taeyeon kini lebih kuat.

Taeyeon berjalan pulang melewati sungai sekolah. Langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu di bawah. Segerombolan anak laki-laki tengah berkumpul disana; termasuk Baekhyun.

"Maaf, sengaja!"

Gerombolan lelaki itu tertawa terbahak-bahak. Mereka baru saja melempar ransel milik Baekhyun ke sungai sekolah. Rasanya lucu melihat Baekhyun berlari masuk ke dalam kolam untuk mencari ranselnya.

Dinginnya air menyambutnya, membuat badannya terkejut tanpa aba-aba. Ia mengusap wajahnya yang tertampar air, mengedarkan pandangan untuk mencari ranselnya.

Ketemu!

Baekhyun mendongak ke atas. Menatap jembatan sekolah. Lantas ia menghirup udara dengan rakus, meminimalisir rasa sakit yang berkecamuk di dada. Ia bersyukur karena air matanya tersamarkan oleh air dari sungai sekolah.

Taeyeon berlari menuju gerbang secepat yang ia bisa. Menghapus air matanya yang mulai menyembul di sudut mata. Dalam hati berharap bahwa kejadian itu tidak hanya ia yang melihatnya.

Lagi-lagi gadis itu tidak peduli.

Taeyeon merasa jahat.


A/N:

Jangan hujat aku, please ( ꈨຶ ˙̫̮ ꈨຶ )

update tiap hari jangan?

Summer Voices [BAEKYEON] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang