"Ia datang sangat pelan, merangkak bagai bayi yang belum pernah berjalan. Meski terasa menyesakkan, kita tetap menelannya perlahan. Sungguh, rindu ini sangat mematikan."
Suara riuh tepuk tangan mulai mengudara, ditujukan untuk pria paruh baya yang saat ini bergerak turun dari podium menuju ke sofa di tengah panggung. Usia empat puluh baru saja diinjaknya, bersamaan dengan launching buku kelima belasnya. Senyuman paling berseri membuat matanya harus membentuk garis lurus. Jangan lupakan sepasang lesung pipi itu, salah satu daya tarik di wajah tampannya yang terlihat seperti rubah.
"Saya dengar, novel ini terinspirasi dari kisah nyata. Apakah benar seperti itu?" tanya pembawa acara.
"Ya, benar. Awalnya saya enggan menuangkan kisah-kisah pribadi ke dalam buku saya. Namun, setelah peristiwa paling mengerikan itu terjadi, dunia saya terguncang hebat. Saya rasa, saya harus mengabadikannya dalam tulisan. Agar perjalanan kami dapat terekam dan abadi."
"Lalu, bagaimana dengan kabar tokoh-tokoh lain dalam buku itu?"
Tidak ada kalimat yang bisa dia rangkai untuk menjawab pertanyaan barusan. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk kurva penuh makna yang hanya bisa ia beri untuk membalas. Sebaiknya, orang-orang membaca novel berjudul One Last Journey agar semua rasa penasaran mereka dapat terjawab.
"Silahkan baca bukunya."
Pembawa acara tersenyum sembari mengangguk menyetujui kalimat pria paruh baya itu. "Kepada seluruh penonton, untuk menjawab rasa penasaran kalian, jangan lupa membeli novel One Last Journey karya Jefferson Yang di berbagai toko buku negeri ini."
Antusias penonton kembali menciptakan suara riuh yang menggema di ruangan bercorak merah hati. Penulis itu membungkuk untuk menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh penonton dan staf produksi yang sempat hadir dalam acara ini. Mungkin terdengar sederhana, tapi memiliki arti yang sangat mendalam dan berharga selama perjalanan karirnya sebagai penulis.
Jefferson Yang berhasil bangkit dari keterpurukannya lima tahun lalu. Sepertinya dia mulai paham kenapa hidup harus tetap berlanjut. Dunianya belum hancur. Orang-orang itu masih ada bersamanya.
..........................................
• Can't See The End •
Φ
-to be continued-
.......................................Nb:
Selamat datang dalam dunia HyunJeong!
Let's meet our main character.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't See The End [Hyunjeong]
Adventure"Wajahnya baik, apa kau yakin dia?" "Kau tahu? Penjahat paling berbahaya sekali pun bisa berkeliaran dengan bebas menggunakan wajah polos nan lugunya." --- Hippeter, 2020