4. Are We All Lost Stars?

272 44 7
                                    

"Hasilnya sudah keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hasilnya sudah keluar."

Alfred datang di tengah perbincangan acak Jeff dan Minho perihal laki-laki misterius bertudung kuning yang merupakan owner dari salah satu restoran cepat saji. Seperti yang Minho katakan sebelumnya, Seo Changbin tidak ada sangkut pautnya dengan kasus ini. Toh, siapa pun bisa hadir di pemakaman. Memutus berbagai macam dugaan, Jeff dan Minho tak lagi meneruskan perbincangannya. Beralih kepada Alfred dan amplop cokelat dengan cap laboratorium yang berada di genggamannya.

Tak bersuara, Alfred membaca laporan hasil pemeriksaan dengan saksama, menyisakan rasa penasaran kepada dua orang yang sedang harap-harap cemas menunggu penjelasan.

"Lama sekali, kau membuat kami semakin penasaran! Bagaimana hasilnya?" todong Jeff sembari bangkit dari duduknya.

Alfred menghela napas berat, "Dugaanku benar. Dalam darahnya terdapat senyawa bernama Amatoksin."

"Amatoksin?" Keduanya kompak bertanya, agak asing mendengar nama racun mematikan itu.

"Senyawa ini dihasilkan dari jamur Amanita phalloides. Bisa membunuh seseorang dalam hitungan hari, atau bahkan jam. Dokter Kim mengatakan bahwa tidak adanya sisa-sisa pencernaan dalam lambung korban, aku yakin mereka sudah memakan jamur ini sekitar lima hingga tujuh hari lalu."

Alfred meraih laptop dan membuka folder berisi foto-foto yang diambil selama autopsi berjalan. Ia melingkari bagian usus dengan jarinya. "Terdapat sisa kotoran berbentuk cair di sini, sudah jelas mereka mengalami diare berkepanjangan. Di bagian hati terlihat kehitaman dan bengkak, sel-selnya mati jauh sebelum mereka meninggal karena efek racun."

"Ginjalnya juga sama seperti hati, hitam nyaris membusuk." Jeff ikut berbicara. "Ah, aku sudah ingat. Racun ini langsung menyerang hati dan ginjal. Memang tidak mungkin sembuh, kematian akan menyusul setelah penggunaannya."

Anggukan setuju diberikan Alfred, cukup senang mendengar penjelasan Jeff. "Penyidik mengatakan luka lebam itu berasal dari benturan di lemari. Hal ini terjadi karena efek kejang-kejang yang dialami sebelum kematian."

Hati kian mencelos tatkala mendengarnya. Binaran dalam netra Jeff semakin tertelan semesta. Rasa bersalah semakin menutupi pikiran dan hatinya. Seandainya bulan ini ia tak sibuk berkelana mencari inspirasi novel. Seandainya ia tetap berada di rumah dan memeriksa masakan ibunya. Seandainya... Ya, bermain-main dengan kata seandainya hanya menambah sesak.

"Aku tidak mau mengotori tanganku untuk membunuh manusia seperti mereka," gumam Minho, mendapat tatapan bingung dari kedua rekannya. "Aku sering mendengar kalimat seperti itu di ruang interogasi. Mungkin saja pelaku kali ini memiliki pemikiran yang sama."

"Siapa yang tega berbuat seperti itu kepada orangtuaku?"

Tak ada jawaban, memang belum ada. Minho hanya mengerutkan kening. "Kau yakin mereka tak punya musuh? Atau, mungkin saja pernah mengalami cekcok dengan siapa?"

Can't See The End [Hyunjeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang