BAGIAN 8

670 31 0
                                    

Rangga terus berlari cepat, menembus lebatnya pepohonan hutan di Lembah Kunir. Hingga sebentar saja, Pendekar Rajawali Sakti sudah keluar dari hutan, dan kini memasuki padang rumput yang tidak begitu besar. Terlihat dua pondok kecil di sana. Pendekar Rajawali Sakti berhenti berlari, ketika melihat dua orang tengah bertarung tidak jauh dari pondok tempat tinggal si Jari Maut.
Dua orang wanita yang sama-sama mengenakan baju biru. Tapi dari senjata yang digunakan, sudah dapat dipastikan kalau yang memegang senjata berbentuk kipas adalah Pandan Wangi. Sedangkan wanita yang satunya lagi menggunakan pedang. Dia tak lain adalah Mintarsih. Rangga mendekati pertarungan itu. Dari jurus-jurus yang dikerahkan, sudah dapat dipastikan kalau mereka menggunakan jurus-jurus andalan yang maut dan berbahaya.
Entah sudah berapa jurus pertarungan itu berlangsung. Dan sampai saat ini belum terlihat tanda-tanda akan berhenti. Rangga melihat kalau Mintarsih begitu bernafsu sekali hendak menjatuhkan Pandan Wangi. Tapi si Kipas Maut itu tampaknya terlalu alot. Terbukti, beberapa kali dia berhasil mendaratkan pukulan ke tubuh Mintarsih.
“Hiyaaa...!”
Tiba-tiba saja Pandan Wangi berteriak keras menggelegar. Dan secepat itu pula, tubuhnya bergerak cepat laksana kilat. Kipas baja putih yang terkenal itu berkelebat menghajar bagian pinggang Mintarsih. Begitu cepatnya serangan yang dilancarkan Pandan Wangi, sehingga Mintarsih tak sempat lagi berkelit menghindar.
Bret!
“Akh...!” Mintarsih terpekik agak tertahan.
Wanita itu terhuyung-huyung ke belakang sambil mendekap pinggangnya yang tersambar ujung kipas Pandan Wangi yang runcing dan tajam. Darah merembes keluar dari sela-sela jari tangan Mintarsih. Pada saat itu Pandan Wangi sudah bersiap hendak mengakhiri pertarungan, dengan mengeluarkan jurus pamungkasnya.
“Mampus kau sekarang, Setan...! Hiyaaa...!” teriak Pandan Wangi melengking tinggi.
“Tahan...!” seru Rangga tiba-tiba.
Pandan Wangi yang hampir saja melompat menyerang Mintarsih, jadi mengurungkan serangannya. Wajahnya berpaling. Tampak Rangga melompat cepat, dan tahu-tahu sudah berada di antara kedua wanita itu.
“Kakang Rangga! Mengapa kau hentikan pertarunganku?!” sentak Pandan Wangi tidak senang.
“Justru aku ingin bertanya, mengapa kau menyerang Mintarsih, Pandan? Apa kau tidak ingat kalau dia berada dalam lindungan kita?” agak mendesis suara Rangga.
“Bukan aku yang menyerang tapi dia!” dengus Pandan Wangi menuding Mintarsih.
Rangga menatap Mintarsih yang sedang meringis menahan sakit pada pinggangnya yang berdarah. Keadaan tubuhnya kelihatan lemah, karena memang belum lagi sembuh benar dari luka-luka akibat bertarung melawan Pendekar Rajawali Sakti.
“Sudahlah, Kakang. Sebaiknya tanyakan saja, kenapa dia ada di sini!” kata Pandan Wangi lagi
Rangga kembali menatap Pandan Wangi, lalu beralih pada Mintarsih. Pendekar Rajawali Sakti memang sudah tahu, Mintarsih berada di Lembah Kunir ini karena memiliki hubungan dengan Jari Maut. Tapi, hubungan itu memang belum diketahuinya secara pasti. Sebenarnya Rangga juga ingin tahu, mengapa wanita itu ada di lembah ini. Bahkan bersama si Jari Maut tadi.
“Kau dengar pertanyaan Pandan Wangi tadi, Mintarsih...? Untuk apa kau berada di sini? Bukankah aku telah memberimu tempat yang tenang untuk memulihkan kesehatanmu?” ujar Rangga meminta penjelasan.
“Itu urusanku!” dengus Mintarsih.
“Jelas itu urusannya, Kakang. Dia masih dendam padamu, lalu bergabung dengan si Jari Maut,” selak Pandan Wangi ketus.
Rangga menatap Mintarsih tajam-tajam. Sebetulnya dia terkejut juga mendengar kata-kata Pandan Wangi barusan. Hanya saja, keterkejutannya segera ditutupi. Namun demikian di benaknya timbul pertanyaan, dari mana Pandan Wangi tahu kalau Mintarsih punya hubungan dengan si Jari Maut..? Dan pertanyaan itu hanya ada dalam benaknya saja.
“Aku tahu, waktu itu kau hanya berpura-pura saja, Mintarsih. Kau ingin mengadu domba antara aku dengan Jari Maut, dengan berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang penculikan Sangkala. Tapi, ternyata kau berada di belakang semua ini. Kau memang sekuntum mawar, Mintarsih. Sekuntum mawar berbisa...!” desis Rangga dingin.
“Ha ha ha...!” Mintarsih jadi tertawa terbahak-bahak.
Sampai di situ saja, Rangga sudah dapat memahami arti semua ini. Antara si Jari Maut, Mintarsih, dan Panglima Durangga rupanya selama ini terjalin suatu hubungan. Dan masing-masing memiliki alasan yang berbeda. Memang benar apa yang pernah dikatakan Pandan Wangi. Walaupun si Jari Maut sudah bertobat dan berjanji hendak meninggalkan semua perbuatan buruknya, tapi tetap saja memiliki dendam atas kekalahannya oleh Pendekar Rajawali Sakti. Sedangkan Mintarsih sendiri sudah jelas. Dia tidak akan puas sebelum berhasil membunuh Rangga. Wanita itu telah bersumpah untuk melenyapkan Pendekar Rajawali Sakti beserta keturunannya.
“Tingkat kepandaianmu memang sukar ditandingi, Pendekar Rajawali Sakti. Tapi kau bodoh...!” dengus Mintarsih dingin.
“Keparat..! Kubunuh kau, Setan Jalang...!
Hiyaaat..!”
Rangga tidak sempat lagi mencegah ketika Pandan Wangi tiba-tiba sekali melompat menyerang Mintarsih. Gadis itu langsung mengebutkan kipas mautnya ke arah dada wanita cantik yang dijuluki si Mawar Berbisa oleh Pendekar Rajawali Sakti.
Bet!
“Uts! Yeaaah...!”
Mintarsih berhasil mengelakkan serangan Pandan Wangi. Tapi begitu si Kipas maut melepaskan satu tendangan keras bertenaga dalam kuat, dia tak mampu lagi berkelit. Tendangan Pandan Wangi yang begitu keras dan cepat itu mendarat telak di dadanya.
“Yeaaah...!”
Begkh!
“Akh...!”
Mintarsih terhuyung-huyung sambil mendekap dadanya yang terkena tendangan keras Pandan Wangi. Dan sebelum sempat menguasai keseimbangan tubuhnya, Pandan Wangi sudah melancarkan serangan lagi. Kali ini kipas baja putih andalannya dikebutkan ke dada Mintarsih. Dan serangan itu benar-benar cepat, tak mampu dihindari lagi.
Bet!
Cras!
“Aaa...!” lagi-lagi Mintarsih menjerit keras melengking tinggi. Darah kembali menyembur deras dari dadanya yang terkena sabetan kipas maut berwarna putih keperakan itu. Mintarsih tak mampu lagi berbuat banyak, dan kembali terjungkal begitu Pandan Wangi memberi satu pukulan telak di dadanya. Wanita berbaju biru itu menggelepar di tanah sambil mengerang lirih.
“Cukup, Pandan...!” sentak Rangga ketika Pandan Wangi hampir saja melancarkan serangan kembali.
Pandan Wangi menurunkan tangannya yang sudah terangkat naik di atas kepala. Wajahnya berpaling menatap Pendekar Rajawali Sakti. Kemudian, berpaling lagi menatap tajam Mintarsih penuh kebencian. Pandan Wangi benar-benar melampiaskan kebenciannya pada wanita itu. Sementara Rangga bergegas menghampiri Mintarsih yang tampak masih merintih kesakitan.
“Kau pernah bersumpah ingin membunuhku. Sekarang kau kuberikan kesempatan untuk hidup. Dan kau bisa melaksanakan sumpahmu itu, Mintarsih. Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya. Di mana Sangkala, dan siapa sebenarnya Korapati itu.”
Mintarsih menatap tajam Pendekar Rajawali Sakti, penuh kebencian. Dan karena tawaran Pendekar Rajawali Sakti cukup menarik, mata wanita itu tampak agak berbinar-binar. Sebab, paling tidak dia akan memiliki kesempatan lagi untuk melaksanakan sumpahnya.
“Bisa kupegang janjimu, Pendekar Rajawali Sakti?” Mintarsih ingin kepastian.
“Mengapa tidak?”
“Baik. Sangkala ada di..., akh!”
Rangga tersentak kaget Karena tiba-tiba leher Mintarsih terhunjam senjata rahasia seperti mata anak panah. Sungguh hal itu tidak diketahui Pendekar Rajawali Sakti. Wanita itu mengejang sesaat, lalu diam tak bergerak lagi. Mati.
Sekejap, Rangga melihat semak-semak di dekat pohon di depannya bergoyang-goyang. Dengan rasa kekesalan yang tinggi akibat keterangan dari Mintarsih terputus, Pendekar Rajawali Sakti segera mencabut senjata rahasia itu. Dengan pengerahan tenaga dalam, senjata rahasia itu dilemparkan ke arah datangnya tadi. Maka....
“Aaakh...!”
Sosok tubuh berbaju merah tiba-tiba keluar dari semak-semak, dan langsung ambruk ke tanah. Sebentar dia menggelepar, kemudian mati. Pandan Wangi yang saat itu tidak melihat kejadiannya, karena perhatiannya tertuju ke arah lain, langsung terkejut. Dan ketika matanya melihat ke arah Mintarsih, gadis itu baru mengerti, apa yang terjadi. Rupanya orang berbaju merah itu anak buah si Jari Maut yang tidak ingin rahasia mereka terbongkar. Hanya saja, mereka tidak tahu kalau Pendekar Rajawali Sakti telah mengetahui sarang mereka.

54. Pendekar Rajawali Sakti : Pembalasan MintarsihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang