Kania menghempaskan tubuh di atas kasur empuk miliknya, hendak melepas seluruh penat yang yang dirasa. Mata indahnya mengerjap untuk beberapa kali, seperti ada sebuah pikiran yang mengganjal di otaknya. Sebuah bayangan wanita berjilbab kembali muncul dan Kania kembali bingung. Kania menghembus napas panjang, memposisikan tubuhnya di posisi terenak dan memejam untuk beberapa saat, beberapa saat untuk memastikan bahwa dirinya baik-baik saja.
Kania meraih smartphonenya, ia membuka aplikasi twitter dan membaca isi timeline. Terkadang ia harus mengetik sesuatu untuk membalas mention dari teman-temannya, sapa di dunia maya. Kania membaca satu per satu tweet di timelinenya, dan Kania membaca sebuah tweet yang menurutnya biasa saja namun ada yang berbeda.
“Jilbab mu identitas mu,” gumam Kania membaca tweet tersebut.
Kania penasaran, Kania membuka profil akun tersebut dan ternyata pemilik akun itu adalah kakak kelas Kania di sekolah. Walaupun akun tersebut tak memasang foto wajah namun Kania tahu pemilik nama tersebut dan dia juga menulis nama sekolah di biografinya. Kania juga tahu bahwa kakak kelas yang ini adalah anggota Rohis sekolah, dia memakai jilbab lebar dan selalu bergaul dengan teman perempuannya.
Kania meletakkan smartphone disampingnya, kemudian mulai menatap langit-langit kamarnya. “Jilbab mu identitas mu,” kania terus menggumamkan kalimat tersebut, seperti sedang mencerna makna dari kalimat tersebut.
***
Kania berangkat sekolah lebih awal dari biasanya, ada beberap urusan yang akan Kania selesaikan di sekolah dan hanya bisa diselesaikan di sekolah seperti bicara ke kakak kelasnya. Usai memakirkan skuter di tempat biasa, Kania berjalan menuju kelas. Tetapi dalam perjalanan Kania melihat seorang perempuan berjalan, dia menggunakan jilbab putih lebar bajunya lengan panjang serta rok abu-abu panjang hingga ke mata kaki.
“kak Ulfaaaah,” Kania memanggil kak Ulfa yang berada tak jauh darinya.
Merasa ada yang memanggil Ulfahtunnisa menghentikan langkahnya, kemudian dengan sedikit berlari Kania menghampiri kakak kelasnya. Alis Ulfah naik, seperti sedang bertanya namun bibirnya masih mengulum senyum manis kepada Kania.
“Assalamu’alaykum,” Ulfah mengucap salam dengan lembut,
“Wa’alaykumsalaam,” Kania menjawab salam Ulfah dan mengatur napasnya sebentar.
Kania sedang duduk di taman sekolah di sebelahnya duduk seseorang perempuan berjilbab, Ulfah.
“Jadi kamu mau tau kenapa kakak pake jilbab?” pertanyaan itu muncul setelah Kania meluncurkan beberapa pertanyaan.
Kania mengangguk sambil memamerkan senyumnya.
Ulfah menghembus napas, bersiap untuk menjawab pertanyaan Kania. “Kakak mau baca sebuah ayat untuk jawaban ya dek,”
“oke,” Kania siap untuk jawaban yang akan diberikan oleh kakak kelasnya.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS Al – Ahzab:59)
Ulfah selesai membacakan sebuah ayat beserta artinya, selama Ulfah membaca ayat tersebut Kania menyimak dengan seksama dan mendengar arti dari ayat tersebut dengan baik, mencoba memahami ma’na dari ayat tersebut.
“Jadi hukum berhijab adalah wajib untuk setiap wanita muslim sayang,” Ulfah mengakhiri jawabannya dengan sebuah penjelasan dan tersenyum.
Kania membalas senyum dan merenungi ma’na dari ayat yang dibacakan oleh kakak kelasnya itu. Beberapa saat kemudian bel berbunyi.
Pak Kirno sedang mengajar pelajaran IPS. Kania sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, tangannya hanya membolak-balik halaman di buku yang ada di depannya.
“hukum berhijab wajib untuk setiap wanita muslim”
Perkataan Ulfah terus mengiang dipikiran Kania.
“Kania coba jawab pertanyaan nomor 5!” perintah guru IPS terhadap Kania.
Kania tak menjawab, pandangannya tertuju ke papan tulis tapi pikirannya tak tertuju ke soal yang tertulis di papan tulis.
“Kania!” panggil Pak Kirno.
Kania terus melamun.
Pak Kirno mendobrak meja dan memanggil Kania dengan suara yang lebih lantang dari sebelumnya.
Kania tersentak, lamunannya buyar dan tergagap. “ah i....iya pak.”
Wajah Pak Kirno terlihat sangat menyeramkan. Mata bulatnya membelalak, kumis tebalnya menghias di kulit wajah yang gelap. Telapak tangannya memerah sehabis mendobrak meja. Jantung Kania berdegup sangat kencang melihat wajah sangar pak Kirno.
“Kalau kamu tidak ingin belajar pelajaran ini, silahkan keluar dari kelas,” Pak Kirno menunujukkan jarinya keluar, dia sangat marah ternyata.
“Ma... maaf pak, saya masih ingin belajar,” Kania tergagap menjawab pernyataan Pak Kirno tadi.
“Yasudah,” ucap Pak Kirno sambil mengalihkan pandangan ke buku yang berad di tangannya dan membolak-balik halaman. “Kerjakan soal yang saya tulis, dikumpulkan hari ini.” Tegas Pak Kirno sambil meredakan emosi yang meledak tadi.
Kania masih sibuk dengan pikirannya sendiri, kata-kata Ulfah tadi terus diputar oleh memori otak Kania. Kania bimbang.
***
maafkan kalau update terlalu lama, vote & comment jika kamu suka ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
hijrah story
Ficção AdolescenteKania Marissa Putri, perempuan sederhana yang mulai bosan dengan kehidupannya, mencari sesuatu. hal terindah yang ia temukan melalui orang-orang yang beriman.