Sebuah panggilan terdengar dimana-mana, suara itu terdengar indah memanggil orang-orang yang merindu terhadap tuhannya untuk segera datang dan menyimpuhkan sujud sebagai tumpahan rindu yang menyesak.
Kania bangkit dari tidurnya, mengerjapkan matanya dan bergegas ke kamar mandi. Ia meencuci wajahnya, menggosok gigi dan segera bersuci. Kania meraih alat sholat yang terletak manis di atas lacinya. Sebuah sajadah terhampar dilantai, sebagai alas untuk wajah yang hendak bersujud.
Kania lahir sebagai seorang muslim, orangtua Kania telah mengajarkan anak-anaknya untuk tidak meninggalkan sholat sejak dini hingga pada saat besar nanti mereka telah terbiasa dengan panggilan ‘adzan’. Keluarga Kania bukan keluarga dari kalangan pemuka agama, keluarga Kania adalah keluarga biasa yang memahami sebatas kewajiban sholat wajib, puasa ramadhan, zakat dan hal lain yang familiar di kalangan masyarakat.
Kania melipat alat sholatnya, dan meletakkannya kembali pada tempatnya. Kania menuju ke kasurnya kembali. Memang hari masih gelap dan masih ada waktu untuk tidur kembali berhubung hari ini adalah hari sabtu, maka hari ini adalah hari tidur panjang untuk Putri Marisa.
Kania merebahkan tubuhnya, memeluk gulingnya dan terbang menuju alam mimpi.
“Kania sayang, bangun nak kamu belum sarapan,” mama Kania mengucapkannya dari depan pintu kamar Kania.
Kania terbangun dari tidurnya, ia membuka mata secara perlahan mencoba menyesuaikan dengan keadaaan kamarnya yang sudah sangat terang karena jam sudah menunjukkan pukul 08.00. “iya maaaa,” balas Kania dengan suara serak akibat baru bangun tidur.
Kania duduk diatas kasurnya, mencoba mengumpulkan nyawa sebelum ia menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Hampir satu menit Kania hanya duduk menanti nyawa yang hendak menjadi satu dalam dirinya kemudian melangkah perlahan menuju kamar mandi.
Kania keluar kamar dengan wajah yang segar, ia menuruni setiap anak tangga kemudian sampai di lantai bawah dan segera menuju dapur. Cacing-cacing di perut Kania sudah protes untuk meminta jatah sarapan pagi.
Dapur terlihat kosong, tak ada mamanya ataupun mbak yang biasa mengurus rumah. “mungkin pada sibuk kali yaaa,” ucap Kania pelan. Kania mengedarkan pandangannya, kemudian jatuh pada meja makan.
Kania menghampiri meja makan, duduk di salah satu kursi dan meraih sebuah roti yang sudah teroles selai. Kemudian melahapnya secara perlahan.
***
“kak, mama sama papa kemana?” tanya Kania kepada seorang laki-laki yang duduk manis sambil menatap ponsel. Kemudian Kania mengambil posisi disamping laki-laki itu, kakak Kania. Gilang Herjuno.
Gilang menatap adiknya sebentar, kemudian kembali menatap posel. “mama sama papa pergi, katanya si ada acara temen kuliahnya,” ucap Gilang.
Kemudian Kania hanya ber-oh menanggapi ucapan kakaknya. Kakak Kania, Gilang Herjuno adalah anak pertama sekarang berstatus mahasisiwa di salah satu perguruan tinggi di jakarta.
Kania menaikkan alis sambil menatap kakaknya, ada ekspresi yang berbeda yang dilihat Kania pada Gilang hari ini. “kak, dapet pacar baru ya?”
Gilang tersentak dengan pertanyaan adiknya, “apaan si kamu, jangan sok tau deh. Bukan urusan anak kecil.” Ucap Gilang lalu bangkit meninggalkan adiknya yang masih menatapnya dengan tatapan jail.
“cie kak Gilang, ciiiieeee. Fall in love niiiii, ciieeeee” ucap Kania semakin mengejek kakak satu-satunya.
Gilang menghentikan langkahnya, tubuhnya yang tinggi dengan kulit sawo matang membuat ia terlihat manis, apalagi saat senyumnya merekah. “kamu diem deh,”
Kania segera mengatupkan mulutnya setelah mendengar perintah kakaknya, takut-takut kakaknya marah karena ejekan Kania. “kak mau kemana?” tanya Kania melihat kakaknya hendak meninggalkannya sendiri.
“mau ke kamar,” ucap Gilang tanpa menoleh sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
hijrah story
Genç KurguKania Marissa Putri, perempuan sederhana yang mulai bosan dengan kehidupannya, mencari sesuatu. hal terindah yang ia temukan melalui orang-orang yang beriman.