Persahabatan

125 4 0
                                    

        Taman sekolah begitu ramai di jam istirahat, banyak murid yang lalu lalang. Ada yang sedang duduk-duduk, ada yang sedang menikmati jajanan yang mereka beli di kantin, ada juga yang sedang membaca sambil menikmati pemandangan taman yang asri. Di sebuah bangku taman duduk seorang siswi, ia memiliki rambut panjang yang lurus, rambut yang indah. Kania meremas-remas seragamnya. “aku harus bagaimana?” Kania terus menanyai dirinya sendiri. Kadang bersuara terkadang juga hanya disuarakan melalui hati.

            “Kamu kok sendirian? Temen-temen kamu kemana?”

            Lamunan Kania buyar seketika mendengar suara itu, Kania menengok ke sisi kanan. Dan disana Ulfah baru saja duduk. “Kak Ulfah,” panggil Kania

            Ulfah memamerkn senyumnya, “Iya, kamu kenapa sendiri disini? Temen-temen kamu kemana?”

            “Hmmm, aku pengen sendiri aja yang lain ada di kantin.”    

            Ulfah ber-oh ria.

            “Kak Ulfah kenapa ada disini?” tanya Kania

            “Tadi kakak liat kamu disini sendiri, kakak penasaran kamu kenapa jadi kakak samperin deh,” giliran Kania yang ber-oh ria.

            Semenjak kejadian kemarin Ulfah dan Kania menjadi lebih dekat, Ulfah menjadi lebih peduli dengan keadaan adik kelasnya.

            Kania mencuri pandangan ke arah kakak kelasnya, Kania membandingkan dirinya dengan Ulfah. Ulfah adalah seorang muslimah, auratnya terjaga perilakunya sangat baik bahkan Ulfah seorang juara kelas. Sedangkan Kania hanyalah wanita biasa, ia belum menutup aurat dengan baik, ia terlalu sering mengecewakan saudara-saudaranya dan Kania bukanlah seorang juara kelas.

            Ulfah tidak betah dengan keheningan saat ini, Ulfah menengok adik kelasnya. Dia meihat seperti ada yang mengganggu pikiran Kania. “Dek, kamu kenapa sih? Kok diem aja,”

            Kania menatap kakak kelasnya, “hm, aku nggak papa kok kak.” Kania mencoba tersenyum, namun yang ada hanyalah sebuah senyum getir.

            Kania memainkan kakinya, “hmm, kaaaak. Kakak sejak kapan pakai kerudung lebar?” Kania menyuarakan pertanyaan itu dengan hati-hati.

            Ulfah menggumam sebentar, “Kakak mulai pakai kerudung sejak kakak jadi anak SMA.”

            Kania  menyimak jawaban Ulfah. “Kami mau tau ceritanya dek?” tanya Ulfah dan dijawab anggukan mantap dari Kania.

            Bell berbunyi.

            “Yaaaah,” Ucap Kania

            Ulfah menepuk punggung Kania, “lain kali kakak ceritain ya,”

            Kania tersenyum, “iya kak.” Kemudian mereka berpisah menuju kelas masing-masing.

***

            Kelas sudah ramai, namun guru yang akan mengajar belum kunjung tiba, jadilah kelas seperti pasar. Ramai dan berisik. Dari depan pintu Kania melihat sahabat-sahabatnya sedang mengobrol, mereka tampak sangat bahagia mereka tertawa bersama bercada bersama, dan disana tidak ada Kania. Kania iri.

            Pada saat bel istirahat tadi Kania memang izin untuk pergi sebentar, saat Tiara bertanya Kania hendak kemana Kania tersenyum dan menjawab ia mau ke taman cari angin segar. Dan temany-temannya mengiyakan kemudian mereka berpisah di depan pintu kelas.

            Kania menuju taman sendiri, sedang Uli, Yossi, Tiara dan Bagas menuju kantin. Kania memang waktu sendiri untuk berpikir atas jawaban kakak kelasnya kemarin. Jawababn yang diberikan Ulfah kemarin terus berada dipikiran Kania, dan itu sangat mengganggu.

            Kania melangkahkan kakinya mendekati bangku, berarti mendekati sahabat-sahabatnya juga. Ketika sudah sangat dekat, Kania menatap sahabat-sahabatnya dan tersenyum, lalu duduk. Di tempat duduknya Kania sedang harap-harap cemas, berharap sahabatnya tak akan bertanya apa yang terjadi dengan Kania.

            Tapi bukan sahabat namanya jika mereka tak memahami perbedaan Kania saat ini, karena berbagai musim telah dilewati untuk mereka saling memahami. Sebuah tepukan mendarat di bahu Kania dan hampir membuat Kania jatuh karena kaget, Kania menoleh ke belakang dan didapati sahabat-sahabatnya sedang bertanya-tanya.

            “Kania lo kenapa?” Tiara menyuarakan ekspresi sahabat-sahabatnya kepada Kania.

            Kania menatap satu persatu sahabatnya. Bagas dengan alis tebal mata coklat sangat manis ditambah wajah yang khawatirnya, Yossi si kumis tipi, mengerutkan dahinya dan itu tidak melunturkan ketampanan yang dimiliknya, sedangkan Tiara dan Uli tetap terlihat cantik walaupun sambil bertopang dagu.

            Kania tersenyum, “Gue nggak papa,”

            Jawaban Kania barusan menambah keyakinan sahabat-sahabatnya bahwa Kania sedang ada masalah. Tapi mereka adalah sahabat terindah yang Kania meliki, pasalnya setiap Kania belum sempat berceita mereka akan bersabar hingga Kania siap untuk berbagi keluh kesah yang Kania rasa.

            “Oh, yaudah. Kalo lo butuh pendengar kita bakal ada buat lo kok Kan,” ucap Bagas dengan senyum tulusnya. Ah, mereka sahabat idaman.

            Kania menatap sahabat-sahabatnya ingin rasanya memeluk mereka tetapi beberapa detik kemudian Bu Sinta masuk ke kelas.

            “Anak-anak hari ini Pak Yono tidak masuk kelas,” Ucapan Bu Sinta terpotong oleh sorakan murid XI IPA.

            “Tapi kerjakan latihan soal halaman 164,” lanjut Bu Sinta.

            “Yaaaaah,” ucap serentak murid XI IPA.

            “Okey, ibu pergi dulu ya.” Ucap Bu Sinta sambil melangkahkan kaki keluar kelas, dan kelas kembali ramai.

            Kania menoleh kebelakang, “Main Truth or Dare yuk!”

            Ajakan Kania disetujui oleh sahabat-sahabatnya, dan mereka kembali bercanda bersama.

hijrah storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang