6 •Catatan Safa•

166 9 0
                                    

Zaman sekarang orang banyak melihat level kehidupan ketimbang level kebaikan.
.
.

Pagi ini Safa terbangun. Bahkan lebih dari biasanya, Safa bergegas mandi,lalu ia pergi kedapur untuk membuat sarapan.

Safa tak keberatan,jika ini memang pekerjaannya. Ia dikasih makan dan tempat tidur aja,Safa allhamdulillah.

"Bangunnya cepet banget,"

Safa menoleh. Ia menemukan Bi Ijah. Safa tersenyum ramah lalu ia mengangguk,"semangat nih. Safa kan sekolah lagi,"

"Selamat ya. Kamu harus bisa raih cita cita kamu, bibi dukung kamu kok"

Safa memeluk Bi Ijah,"aku sayang bude,"

"Sekarang mending kamu siap siap. Nanti tinggal berangkat kan?"

Safa mengangguk,"yaudah deh. Safa tinggal dulu ya de,"

Safa pergi menuju kamarnya. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian seragam dengan Revan.

Ia tak yakin hari pertama bakalan berjalan lancar. Pasalnya,sekolah Revan ini adalah sekolah Nasional.

Safa takut,jika dirinya yang kasta nya lebih rendah justru dibully. Tetapi dengan tekat,ia percaya. Ia bisa.

*****

"Yaampun,ini anak gadis. Cantik banget," ucap Fira kepada Safa,saat Safa keluar dari kamarnya.

Tatapan Revan pun tak berhentinya melihat tampilan Safa yang tampaknya berbeda.

"Lo mau ngapain?" Tanya Revan.

"Mulai hari ini, Safa udah bisa sekolah. Dan dia satu sekolah sama kamu," Ucap Fira.

Revan tercengang. Ia melihat penampilan Safa lagi dari atas sampai bawah,"yakin cewe kaya dia masuk sekolah Revan?"

Fira mengangguk,"dan inget. Kamu harus barengan terus perginya. Inget tuh,"

"Buset. Kagaklah. Ngapain?" Bantah Revan,"ogah,Bun. Lagian apaansih. Nggak!"

"Bunda belum ceritain ke kamu ya?" Ucap Fira,"semalem kamu bolos kan?"

"Ng-Nggak! Bun. Aku sekolah. Aku aja nggak keluar kelas semalem. Bolos gimana?"  Revan berkata sinis.

"Laporan kamu itu ada Revan. Mau ngelak gimana?" Fira menjeda ucapannya,"kamu inget,kata Bunda. Kalo sampe kamu bolos lagi,mobil kamu serta kartu ATM kamu Bunda sita,"

"Astaga Bunda! Jangan kaya anak kecil gini dong. Ngapain pake sita sita segala?"

"Makanya. Kalo gak mau,pergi bareng Safa. Bunda gak mau tau harus sama Safa"

Revan mendengus kasar,"IYA!" Revan mengambil tasnya lalu pergi menuju halaman depan.

"Aku bisa nge angkot kok,Bun. Lagian kan gak apa apa kali,gak usah di paksain juga," ucap Safa berat hati.

"Bunna percaya kok Revan aman kalo sama kamu," Fira tersenyum,"udah sana,ntar telat"

Safa mengangguk,lalu mencium punggung tangan Fira,"aku pamit,Bunna,"

Catatan SafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang