•14• CatatanSafa

139 13 5
                                    

Bukankah cinta hanya menyisakan luka ?
.
.
.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, pertanda siswa siswi di beri izin untuk pulang kerumah.

Namun berbeda dengan Safa. Ia harus melanjutkan piket kelas, emang melelahkan bukan ? Piket pada hari senin ?

"Saf, gue duluan ya?" Ucap salah satu temannya pada Safa.

Safa hanya mengangguk, membiarkan gadis itu pergi menjauh. Kini hanya ia sendiri di sana.

Safa meletakkan sapu di kelasnya lalu ia menutup pintu. Ia menuruni anak tangga tanpa ia sadari Revan sudah menunggunya, ntahlah sejak kapan.

Revan bermain basket di halaman sekolahnya, saat Revan melihat Safa, Revan melangkah mendekat.

"Udah ?" Tanya Revan.

"Lo kenapa nungguin gue ?" Tanya Safa, "biasanya juga langsung pulang,"

Revan menghela nafasnya, ia membuang sembarang bola basket yang ia pegang itu ke lapangan, ia mengambil tasnya dan juga kemeja sekolahnya, kemudian ia pergi.

"Eh, kok ditinggal ?!" Kata Safa kaget dengan perubahan Revan.

Revan memasuki mobilnya, Safa juga ikut. Mobil itu berjalan keluar dari halaman sekolah.

Perasaan Safa mendadak menjadi tidak enak. Sejak tadi Revan sama sekali tak berbicara. Safa mendadak takut.

"Kenapa sih ?" Tanya Safa bingung pada Revan.

Revan masih diam, ia masih mengendarai mobilnya. Ntah apa yang Revan fikirkan saat ini.

"Gue ada salah ya ?" Kata Safa masih bertanya.

Revan menoleh, lalu ia menggeleng. Safa menghela nafasnya berat, "please dong, kalo gue ada salah bilang dong,"

"Lo kalo marah gini ya ? Diem diem?" Ucap Safa lagi mengalihkan pandangannya ke depan, "serem"

"Brisik lo," jawab Revan.

"Jangan judes judes, Van. Ntar kalo suka ke gue, gue gak tanggung jawab" Ucap Safa tertawa kecil.

"Dih. Pede amat," ucap Revan.

"Gitu dong ngomong. Gue lebih suka lo judes sih daripada diem," kata Safa tersenyum.

"Sebenernya mau lo apa sih?" Tanya Revan mengerutkan keningnya.

"Gue baik salah. Gue marah marah salah. Kapan sih lo sadarnya ?" Ucap Revan mulai naik nada.

"Sadar apa ?" Tanya Safa.

Revan diam. Ia menggeleng. Sungguh aneh bukan ?

****

Tepat jam sepuluh malam, Safa keluar kamar. Ia mengambil air, namun ia mengurungkan niatnya saat mendengar Revan melantunkan gitarnya.

Safa mendekat, dan Revan ternyata sedang bermain ayunan di pinggiran kolam renang.

"Suka banget begadang" ucap Safa mendekat.

Catatan SafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang