1 •Catatan Safa•

497 17 2
                                    

Hanya rasa penyesalan yang tumbuh dari seorang anak yang sangat ingin kedua orangtuanya kembali hidup Ke Dunia.
.
.
.

"Ayah dan ibu kamu kecelakaan,Safa"

Kalimat itu mengguncang hati Safa. Sangat menampar dirinya. Ketika ia ditakdirkan tidak bisa bersama sama lagi dengan usia yang cukup muda.

"Mereka gak sadari diri. Nyawanya terancam,Safa. Kamu Ke rumah sakit Husada pusat sekarang,"

Safa Hanya bisa mematung dengan diam seribu bahasa. Yang dapat menjelaskan hanyalah air matanya.

"Ayah dan ibu ditabrak apa?" Tanya Safa lirih.

"Truk. Dan saat ini masih belum ada keterangan dari pihak kepolisian. Truk itu melarikan diri. Sekarang cepat kamu pergi kerumah sakit,Safa. Sebelum semuanya terlambat."

Kemudian sambungan itu terputus. Dengan cepat Safa berlari pergi menuju Rumah sakit untuk mengecek semua yang terjadi.

Safa memaku,di IGD sungguh banyak warga yang mengelilingi pintu masuk.

"Safa,kamu yang sabar ya. Semua pasti ada jalannya,Ndok.." ucap Pak Dhe yang dekat dengan keluarga Safa.

Safa mengangguk pelan,"makasih pak de,"

"Kita kita disini cuma mau kasih semangat buat Safa. Safa pasti bisa sabar dan tabah. Ayah Ibu pasti sembuh ya," ucap salah satu ibu rumag tangga yang tampaknya tak asing di fikiran Safa.

"Kami pulang dulu ya Safa,kalo membutuhkan sesuatu, kamu bisa minta tolong diantara kami semua. Pasti bakal kami bantu,"

"Terimakasih ibu,bapak semua. Terimakasih banyak," jawab Safa.

"Kami yang berterimakasih. Ayah dan ibumu sering sekali membantu. Kami semua bingung membantunya lewat mana,kalo kamu gak tahan,kamu bilang ya Nak. Gak usah sungkan," ucap bapak itu tersenyum menatap Safa.

"keluarga pasien pak Darto dan Bu Sri ?" Ucap seorang suster dari balik pintu.

"Saya sus," ucap Safa mengajukan diri.

"Anda dipersilahkan masuk,"

Safa memasuki ruangan itu dan benar,ruangan itu sudah terisi kedua orang tuanya yang terbaring lemah tak berdaya.

"Maaf,tuhan berkata lain,Nak. Kedua orang tua kamu sudah berpulang ke rumah tuhan" ucap Dokter itu.

"Jaga omongan anda ya! Ayah ibu saya bisa sembuh! Anda jadi dokter tanganinnya yang bener dong!" Maki Safa.

"Maaf nak. Jalan Tuhan sudah berkehendak. Semoga keluarga diberikan ketabahan," ucap Dokter itu lalu pergi.

Suster itu menutup wajah ibu dan ayahnya dengan kain,Safa tak kuasa menahan tangis.

*****

Itulah wajah terakhir yang Safa lihat,kerutan wajah yang masih samar samar.

Siapa yang bakal menyiapkannya bekal ? Siapa yang akan membayar SPP nya ? Siapa yang akan menemaninya jika ia ketakutan ?

Safa memandangi kedua batu nisan orang tuanya,ia menangis. Kemungkinan Minggu depan ia akan dikeluarkan dari sekolah akibat tidak membayar SPP.

****

Pagi ini tampak berbeda,Safa menghela nafasnya saat melihat meja makan tak satu pun ada orang yang tengah duduk disana.

"Selamat pagi,Bu. Yah" sapa Safa. Ia tersenyum lalu bersiap kesekolah.

******

"Dipanggil Safananda Ferdina, kelas XI IPA 2 harap keruang TU sekarang juga," jelas panggilan itu ditunjukan kepada Safa.

Safa berdiri,meminta izin kepada guru yang mengajar. Ia berjalan menuju ruang TU. Dia bahkan tau guru itu akan membicarakan apa.

Safa harus siap keluar dari sekolah ini,karna ia nunggak SPP 3 Bulan. Safa selalu sabar. Ia fikir ini adalah ujian dihidupnya yang harus ia jalani.

"Kamu tau saya memanggil kamu karna apa,Safa ?" Ucap Tety. Selaku kepala staf tata usaha.

Safa hanya diam tak berkutip,ia menundukkan kepalanya dalam dalam. Ia takut.

"Maaf, ibu sudah mengambil keputusan yang tepat untuk meng-Outkan kamu dari sekolah. Maaf beribu maaf Safa. Tapi ibu tidak bisa bantu apapun," ucap Bu Tety.

Safa mengangguk lalu tersenyum,"makasih atas pengertiannya Bu,makasih banyak sudah menerima saya disekolah ini," ucap Safa. Sejujurnya ia ingin menangis. Ia tak punya harapan lagi untuk menjadi Dokter. Satu persatu impiannya sudah lenyap.

Impian pertama,ia ingin ayah ibunya bisa melihat Safa sukses. Impian kedua,sukses itu sekarang di halangi oleh biyaya.

*****

Safa sudah pulang dan berpamitan kepada seluruh teman temannya,ia langsung pulang untuk bergegas mengganti baju.

Ia pergi,bukan tanpa tujuan. Tujuannya jelas,untuk mencari pekerjaan agar Safa bisa hidup.

Ia sangat butuh pekerjaan. Apapun itu pasti ia terima.

Safa sudah mengelilingi jalan Jakarta. Tak satupun ia bisa mendapatkan pekerjaan.

Safa menoleh ke arah pagar rumah minimalis di sampingnya,dipagar beton itu tertempel sebuah poster sedang mencari asisten rumah tangga.

Safa segera mencabutnya lalu ia pergi ke alamat yang tertera. Ia menemukan rumah itu. Rumah mewah besar,bernuansa putih hitam,dengan taman yang sangat luas.

"Mampus kalo ngebersihin satu rumah. Gede banget!" Ucap Safa takjub.

"Permisi!" Ucap Safa dari pagar. Tak lama ada seorang bapak bapak yang memakai atribut putih hitam dengan topi di kepalanya.

"Cari apa siapa ya ?" Tanya Satpam itu.

"Saya mau lamar kerja pak,soalnya saya liat poster ini di kompleks depan," ucap Safa tersenyum sambil menyodorkan poster lowongan pekerjaan itu kepada Satpam yang dari tadi melongo.

"Silahkan masuk," ucap Satpam itu memberikan izin agar Safa masuk.

Safa menunggunya di depan rumah,ia mengetok kembali pintu itu dengan perasaan yang cukup membuatnya gemetar sekujur tubuh.

"Permisi?" Ucap Safa sambil mengetuk pintu itu lagi.

Tak lama pintu itu terbuka,menampilkan sosok cowo dengan celana pendek se lutut,baju kaos tanpa lengan.

"Cari siapa Lo?" Tanya cowo itu sedikit ketus.

Wajah cowo ini,sungguh sangat membuat Safa merasa hilang dunia. Mata yang indah,bibir yang manis,kulit yang putih,tubuh yang tinggi,badan yang ideal.

Cowo ini namanya siapa ?




Halo!!!!!



New story ya wkwkwk. Bodo olip banyak ceritanya bodo amat eh,oiya. ElangSenja2 soon kalo pembacanya udah 15K yaa.

Tungguin Elang aja,kalo mau tungguin Angkasa juga gak apa apa. Biar kalian tau rasanya nungguin itu gimana hahahahahaha

Jika suka,dan kepo sama ceritanya coba vote dan komen,bagusnya lanjut apa ini dulu ?

Jawab dikomentar yaaa!


Salam,Olip




Catatan SafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang