My King [ Park Jisung ]

03 - Don't Go

im·mor·tal
/i(m)ˈmôrdl/
living forever; never dying or decaying.

~~~~~~

"Anak ku, kemarilah." Panggil Arlenda kepada sang putri.

"Ada apa, mah?"

"Kondisi badan ibu sudah tambah parah hari demi hari. Dan kau tau kan, bahwa orang di Therondia ga immortal seperti orang yang di Alynthia?"

Gadis tersebut mengangguk.

"Ibu akan memberi tahta sebagai ratu Therondia kepada kamu, nak."

Gadis tersebut kaget karena ucapan ibu nya. "Tapi..." gadis tersebut mengambil nafas dalam. "Baiklah. Jika ibu mau nya begitu, aku akan memimpin rakyat Therondia saat mamah sudah tiada."

"Itu baru putri ku." Arlenda tersenyum bangga terhadap anak nya tersebut.

👑👑👑👑👑👑

"Ra, gue pulang dulu ya." Pamit Nia sambil melambai kan tangan nya ke arah Nara.

"Iya. Hati-hati ya, Ni."

Lalu Nia hilang dari pandangan Nara.

Tiba-tiba suatu memori muncul di benak kepala Nara.

Flashback

"Ayah, bunda, Yena! Nara berangkat ke sekolah dulu ya!" Pamit Nara kepada kedua orang tua nya dan adik nya.

"Hati-hati ya, Ra." Ucap bunda Nara sebelum Nara pergi dari rumah tersebut.

Sepanjang hari di sekolah, Nara merasa kan sesuatu yang tidak beres.

Saat sekolah selesai, Nara lari menuju rumah nya. Untung rumah Nara dekat dengan sekolah, jadi ia tidak terlalu capek.

Seperti biasa, Nara mengetuk pintu rumah nya.

Ttok ttok

"Bunda? Ayah? Nara sudah pulang!"

Tidak ada jawaban.

Pintu nya terkunci, jadi Nara terpaksa harus masuk melalui jendela.

Saat ia masuk ke dalam rumah nya, Nara mendapat pemandangan kedua orang tua nya yang sedang berbaring di lantai dengan badan tak bernyawa mereka.

"BUNDA, AYAH!!!" Nara lari menuju dua mayat tersebut.

"Hiks... Nara maaf jika telah melakukan kesalahan kepada kalian... tapi Nara mohon, jangan ninggalin Nara seperti ini!!! Hiks..." Nara memohon sambil terisak.

Saat Nara menoleh ke arah tangan ibu nya, ia melihat sebuah kertas dan mengambil nya.

"Nara ku sayang,

Kita minta maaf sebesar-besar nya karena telah meninggal kan mu seperti ini.

Ayah dan bunda sudah tahu bahwa ini akan terjadi suatu hari nanti. Dan ini lah alasan mengapa kita menulis surat ini terlebih dahulu sebelum kita meninggal.